Tantangan dimulai deh, motor jalannya ajrut-ajrutan nggak bisa milih jalan, stamina terkuras karena harus konsen dan menjaga keseimbangan, tapi sambil ngeliat pemandangan juga hehehe…..; kira-kira dua kilo jalan gak ada perubahan malah makin parah, jadi sempet ragu juga bener nggak sih ini jalannya. Tanya lagi ke penduduk, dijawab bener. Nanya lagi “ini jalannya kayak gini terus ya sampai di Agra Binta?” dijawab “oh nggak pak nanti ada yang bagusnya juga selang seling deh” katanya.
Bagus deh ada harapan jalan bagus, soalnya di pal kilometer tadi disebutkan Agra Binta 34km…..kan kalo 34km ajrut-ajrutan gini bakalan gempor juga kita.
Perjalanan dilanjutkan dengan pelan-pelan saja paling gigi 1 atau gigi 2 aja, akhirny sekitar 20 km dari Agra Binta jalanan membaik – wuih lega rasanya.
Sepanjang perjalanan Tegal beleud – Agra Binta kontur alam masih sama, perbukitan dan banyak kebun kelapa, jarak antar kampong berjauhan kendaraan yang melintas hanya truck ¾ dan pickup yang mengangkut hasil bumi, angkutan umum tidak terlihat, sepi banget. Lumayan runyam kalo motor ada trouble di ruas ini. Motor sang suhu aja sil shockbrekernya jadi bocor…..tapi masih sanggup melanjutkan perjalanan.
Akhirnya kami tiba di Agra Binta sekitar jam 11.15, kami lanjutkan perjalanan menuju sindang barang yang berjarak 15km dari Agra Binta, kali ini jalanan sudah lebih baik dan terlihat angkutan umum berupa minibus Elf. Namun walaupun jalanan sudah lebih baik untuk mencapai Sindang Barang kami harus melalui 2 buah jembatan darurat, berupa jembatan baley yang lantainya berupa balok papan kayu……
Bener-bener deh kami seperti habis menembus daerah terisolir saja….padahal ini dipulau jawa lho.
Adzan dzuhur terdengar ketika kami memasuki Sindang Barang – dan ternyata tidak ada pom bensin di Sindang Barang ini padahal kota ini termasuk kota yang cukup ramai. Bro Arif terpaksa mengisi bensin eceran untuk bisa melanjutkan perjalanan, sedangkan bensin mat item masih cukup untuk mencapai pamengpeuk.
Saya sudah lega bisa mencapai Sindang Barang ini dengan selamat, karena dari Sindang Barang ke arah Pamengpeuk sebagaian besar saya sudah pernah lewati, tinggal sepotong saja yaitu dari Cidaun/Cijayanti ke Ranca Buaya itu saja yang belum saya lewati. Artinya rute selanjutnya saya sudah familiar.
Kami lanjutkan perjalanan menuju Cidaun (sekitar 25km dari Sindang Barang) – saya pernah ke Cidaun Maret 2009 kemarin bersama bro Djafron dan bro Wawan, kali ini saya lihat disamping jembatan darurat yang menuju cidaun sudah dibangun jembatan baru……baguslah sudah ada perbaikan, juga sebagian lubang saya liat sudah ditambal.
Dicidaun ini kami mampir dulu ke pantai Cijayanti – buat santap siang dan istirahat saat itu jam sudah menunjukan pukul 13.00. Santap siangnya nikmat banget pake ikan bawal bakar yang masih seger dan daging semua (bawal fillet?) sampai nggak abis tuh ikan bakarnya udah kekenyangan….yummy banget bo.
Menjelang jam 15 perjalanan kami lanjutkan dalam cuaca hujan, antara Cijayanti – Rancabuaya (15km) ini ada ruas yang masih rusak kira-kira sepanjang 2 kilo meter adanya selepas Cijayanti selanjutnya jalanan bagus.
Sayangnya saat itu hujan lebat, kalo tidak kami akan lebih bisa menikmati pemandangan yang disuguhkan alam kepada kita, kami berada diperbukitan dimana disebelah kanan ada persawahan hijau yang membentang dan berbatasan dengan laut/pantai, disebelah kiri kami perbukitan terbuka yang digunakan berladang oleh penduduk. Sangat indah – ditempat-tempat yang tidak digarap manusia perbukitannya masih berupa hutan2 kecil penuh pepohonan.
Setibanya di persilangan jalan Ranca Buaya, hujan semakin deras kami putuskan untuk lanjut ke Pamengpeuk dan tidak mampir ke pantai Ranca Buaya. Jarak Ranca Buaya – Pamengpeuk sekitar 33km sekitar tiga kilometer selepas persilangan jalan tadi…..hujan semakin menggila, kini disertai angin kencang sementara kami berada diperbukitan yang terbuka, akhirnya ketika kami melihat ada sebuah masjid cantik di kanan jalan kami putuskan berhenti.
Mesjid ini cantik karena terletak diatas perbukitan, dari teras disebelah kanan kami bisa melihat hamparan sawah dan tepi laut. Bangunan mesjid ini masih baru dan arsitekturnyapun modern, jadinya betah deh nunggu hujan disini. Kami sholat dzuhur dan ashar terus istirahat, selain kami juga ada pengendara2 lain yang berteduh disini.
Sekitar pukul 16.30 hujan reda dan kamipun melanjutkan perjalanan menuju pamengpeuk, sepanjang jalan kami masih disuguhi pemandangan indah sampai akhirnya kami tiba disatu-satunya pom bensin di Pamengpeuk pada pukul 17.50 setelah sempet mampir ke depan gerbang pusat peluncuran roket LAPAN untuk ngambil foto bro Arif sebagai bukti sudah nyampe Pamengpeuk.
Pom bensin ini ternyata tidak buka 24 jam, jam 18.00 dia akan tutup jadi kami termasuk pelanggan terakhir hari ini, di pom bensin ini kami lepas jas hujan dan bersih2 terus sholat magrib sekalian. Tadinya kami ingin lanjut ke Garut (90km dari pamengpeuk) tapi melihat mendung mulai datang dan badan sudah lelah akhirnya kami putuskan untuk menginap di Pamengpeuk saja……
Setelah makan malam kami langsung istirahat di penginapan dan langsung tertidur kelelahan, sepertinya semua makanan yang kita makan hari itu tidak ada yang tersisa jadi daging deh, semua terkonversi menjadi energy yang kita pake hari itu…..hehehehe
Minggu, 27 Desember 2009
Etappe III : Pamengpeuk – Garut – Cijapati – Bandung – Cianjur – Puncak – Bogor – Jakarta = 329km
Udara cerah Pamengpeuk di minggu pagi ini mengiringi kami di etappe terakhir touring kami, kami start dari penginapan sekitar pukul 07.00 dan langsung menuju ke arah Cikajang – Garut. Ruas Pemengpeuk – Cikajang – Garut ini buat saya sudah cukup familiar karena saya sudah tiga kali melalui rute ini.
Kondisi rute ini jalanannya baik, beberapa kilometer bahkan sudah ada yang baru diaspal dengan hotmix, tidak terlalu lebar dan intensitas kendaraannya cukup ramai. Sedangkan konturnya sendiri berada didaerah perbukitan sehingga kadang dijumpai tanjakan dan turunan. Kelokan-kelokan banyak sekali karena jalan ini mengikuti atau melipir di pinggang bukit, sehingga biasanya disalah satu sisi adalah dinding bukit dan disebelahnya lembah atau jurang.
Pemandangannya yang jelas cantik dan tidak membosankan, ada perkebunan teh yang menutupi perbukitan seperti karpet hijau tebal, ada bukit batu yg menjulang, pokoknya enak dilihat deh.
Perjalanan sangat lancar karena hari masih pagi, kami juga sering berpapasan dengan mobil bak terbuka yang mengangkut orang yang kelihatannya akan rekreasi ke pantai-pantai yang ada di Pamengpeuk.
Menjelang pukul 09.30 kami sudah tiba di Garut, bro Asep mampir sebentar ke tempat penjualan oleh2. Digarut inilah baru kami bertemu dengan biker2 lain yang sedang turing – maklum garut juga salah satu daerah tujuan turing……hehehe berbeda banget dengan saat kami melintas di rute Surade – Tegal Beleud – Agra Binta – Sindang Barang, tidak satupun rombongan biker yg berpapasan….hihihi (kayaknya sih emang kita yang nyeleneh cari rutenya hahahaha).
Dari Garut kita lanjut ke arah Bandung, tapi kali ini kita tidak lewat Nagrek, tapi mencoba jalur alternative lewat Cijapati. Ternyata jalur alternative ini memang menantang, tanjakannya gila-gilaan hehehe……dan pemandangannya pun cukup indah. Sayang di ujungnya (Majalaya – Dayeuhkolot) masih sering macet.
Lepas dari Bandung kami sempat makan siang di Cimahi, di Padalarang rante motor sang suhu putus – untung deket bengkel jadi bisa langsung ganti rante.
Selanjutnya perjalanan lancar di Cianjur hujan lebat, Puncak lancar karena satu arah dan kering(saat itu jam 16.00), tapi di Cibulan hujan lagi terus sampai Bogor dan lalulintas menjadi padat merayap untungnya motor masih bisa nyelap nyelip diantara celah mobil yang ada……
Depok kami lewati dan kami berpisah di bawah flyover TB Simatupang bro Arif lurus ke arah pancoran sedangkan saya berbelok ke kanan menuju Poltangan. Saya tiba dihalaman rumah pukul 19.10 hari minggu tangga 27 Desember 2009 dengan selamat setelah menempuh total 730km.
Alhamdulillah selesai juga selusur jalur pantai Selatan ini di tahun 2009, Alhamdulillah sudah diberi kesempatan oleh Allah untuk menyelusuri jalan mulai dari Muara Binangeun sampai Pangandaran.
Sampai jumpa dalam catatan perjalan saya yang lain.
Imam arkananto
Samudera Indonesia Motor Community (SIMC) – 018
Mailing List Yamaha Scorpio (MiLYS) – 170
Skywave Owner Club (SOC) - 157
Data angka :
total kilometer 730km
total biaya bensin Rp 102.500,- (full to full)
konsumsi bensin = 1 : 32km
Penginapan di Ujung Genteng = Rp 250.000,-
Penginapan di Pamengpeuk = Rp 100.000,-