Friday, December 02, 2016

Mount Sumbing Trip (3.371masl) - Father and Daughter Summit Together


Pendaki abal-abal beraksi kembali.

Nopember 2016, PT Samudera Indonesia Tbk berulang tahun yang ke 52, tepatnya pada tanggal 13 November, Komunitas Pecinta Alam Samudera Indonesia (KomPAS) mengadakan ekspedisi pendakian gunung Sumbing (3.371mdpl) – jawa tengah, untuk memperingati hari jadi PT. Samudera Indonesia ini.

Kegiatan ini mengingatkan saya kembali ke masa dua tahun yang silam (Nov 2014), dimana saat itu KomPAS mengadakan ekspedisi pendakian Gunung Semeru (3.676 mdpl) untuk memperingati 50 tahun Samudera Indonesia. Dan saat itulah saya memulai aktivitas saya sebagai pendaki gunung abal-abal. 

Pada pendakian perdana tersebut saya ditemani anak perempuan saya (Alin)  yang memang sudah biasa naik gunung – Alin memang diminta beberapa teman untuk mengawal saya karena merasa kuatir dengan kesehatan saya yang belum ada setahun pasang ring jantung.

Sayangnya pada pendakian tersebut saya gagal sampai ke puncak Semeru, namun dari sisi mental sukses karena mampu membangun percaya diri saya bahwa saya mampu mendaki gunung (meskipun Cuma sebagai pendaki abal-abal :D )

Sejak saat tersebut saya selalu ikut dalam pendakian-pendakian yang di adakan oleh KomPAS

Ekspedisi Kompas ke gunung Sumbing kali inipun saya ikut serta; bagi saya adalah kebanggaan bisa mengucapkan selamat ulang tahun ke Perusahaan tempat saya bekerja sebagai karyawan selama hampir 25 tahun ini, apalagi disampaikannya dari puncak gunung…..Epic banget gitu lho…. 

Dan kali ini saya seperti mengulangi kejadian dua tahun silam, saya ajak Alin untuk ikut dalam pendakian ini. Alin hampir dua tahun ini vakum dari kegiatan pendakian, hal ini disebabkan musibah kecelakaan motor yang dialaminya yang membuat tulang paha kirinya patah dan harus dipasangi pen – setiap kali saya pergi mendaki dengan teman-teman Kompas dia hanya bisa memandang iri kepada saya, apalagi gunung yang saya daki adalah gunung yang belum sempat dia datangi seperti Ciremai, Selamet dan Kerinci.

Kini setelah lebih satu setengah tahun masa pemulihan kakinya saya ajak Alin untuk mulai mendaki lagi, biar dia tidak iri dan stress lagi dan mudah-mudahan tidak berdampak buruk pada kaki kirinya.
----///---
Jumat, 11 November 2016 traffic jam

Hujan lebat yang mengguyur Jakarta sejak jam 14.30 membuat lalulintas Jakarta macet total, usaha saya untuk hadir di acara pelepasan ekspedisi di Kantor Pusat Samudera Indonesia di Slipi akhirnya harus berakhir dan menyerah setelah sampai jam 17.00 tidak bisa menembus kemacetan di underpass dukuh atas.

Saya putuskan untuk belok kiri menuju Semanggi, kemudian mengarah ke  Gatot Subroto untuk menjemput alin di seberang kantornya dan lanjut ke parkiran Bis di UKI yang merupakan meeting point keberangkatan.

Jam 18.30 dalam cuaca hujan rintik-rintik saya tiba di meeting point; beberapa teman Kompaser sudah sampai lebih dulu, antara lain, kang Jaen, Lae Charles, bang Mardiansyah, Kang Yayan dan isteri, Jiunk, Pepy Agung, capt America pak Abu, bang Dewa dan beberapa lagi yang lain; yang lain yang belum hadir  kelihatannya masih berjuang menembus macet untuk mencapai meeting point ini; total peserta pendakian kali ini akan di ikuti oleh 43 pendaki jumlah yang cukup banyak sayangnya tidak sampai 52 peserta, supaya sama dengan angka umur Samudera Indonesia.

Dua sleeper bus (Doraemon dan Hello Kity) sudah siap menunggu di parkiran; dua bus ini unik bukan tempat duduk yang tersedia untuk penumpangnya tapi tempat tidur…..setiap bus mampu menampung 20 penumpang sleeper.

Jadi kabin bus ini didesain sisi kiri dan kanan menempel ke dinding  dipasang tempat tidur, susun dua sebanyak lima buah ke belakang dengan sekat pembatas antara tempat tidur. Setiap kompartemen tidur ini dilengkapi kasur busa, bantal, selimut, colokan listrik dan pada dinding sekat pembatasnya terdapat satu layar TV Lcd 14”, satu botol air mineral 600ml tersedia untuk minum kita, untuk privacy kompartemen tidur ini juga dilengkapi tirai sehingga tidur bisa lebih nyaman, selain itu juga disediakan sandal hotel untuk masing2 penumpang (alas kaki yg kita pakai disimpan di bagasi bus). Jadi mirip seperti hotel mini berjalan. Kalau yang kemarin malah tiap kompartemen dapet satu nasi box – bebek kaleyo……(tapi yang ini dari panitia, bukan dari bus…hehehe)

Rasanya sudah lewat jam 20.30 ketika bus mulai bergerak meninggalkan meeting point, aahhh akhirnya berangkat juga berarti peserta sudah lengkap….pikir saya sambil melanjutkan tidur di kompartemen saya….zzz….zzz….zzz sejak selesai makan malam saya memang langsung naik ke sleeper bus dan langsung rebahan tidur tidak kumpul dengan teman-teman yang asyiik ngobrol sambil menunggu teman yang belum datang.

Sabtu, 12 November welcome to Garung
Efek dari keberangkatan yang terlambat dari meeting point menyebabkan kami baru bisa sampai di Garung desa tempat basecamp pendakian Sumbing sekitar jam 09.30 – kami segera turun dan mempersiapkan diri, sarapan dan repacking, apa-apa yg tidak perlu dibawa dititipkan di basecamp.

Info dari mas Kukuh – Kutu Gunung Indonesia yang menjadi EO pendakian kali ini menyampaikan bahwa cuaca di puncak Sumbing kurang kondusif, hujan turun hampir setiap hari.
 
Gunung Sumbing sendiri mempunyai ketinggian 3.371 mdpl merupakan gunung berapi aktif dan meletus terakhir pada tahun 1730. Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ke tiga di pulau jawa setelah gunung Semeru dan gunung Slamet.

Berhadap-hadapan dengan gunung Sumbing terdapat gunung Sindoro, kedua gunung ini dipisahkan oleh jalan raya Temanggung – Wonosobo, jalan ini biasa juga disebut kledung pass. Kalau kita melintas di jalan ini pada siang hari yang cerah pemandangan kedua gunung ini seperti lukisan  pemandangan alam anak TK; mungkin masih ingat lukisan sewaktu kita TK, ada dua gunung terus dipertemuan kedua-nya ada jalan yang memisahkan dan dikiri kanan jalan ada sawahnya….hehehe nah seperti itulah pemandangannya.

Gunung sumbing yang terletak di tiga kabupaten yaitu kabupaten Wonosobo, Temanggung dan Magelang, ini memiliki beberapa jalur pendakian yaitu :
-          via Garung – Wonosobo, jalur ini yang paling popular dan jalur ini juga yang akan di pakai kompaser.
-          Jalur Cepit – Temanggung
-          Jalur Bowongso – Wonosobo

Walaupun jalur Garung disebutkan yang paling popular digunakan oleh para pendaki, namun tidak bisa dikatakan jalur ini bakalan enteng saja dilibas, dari ulasan para bloger pendaki, jalur gunung Sumbing ini bisa dibilang nyaris tanpa bonus alias minim jalur datarnya…..artinya nanjak poll – dan memang terbukti sih track antar pos nya tidak sepanjang rinjani atau semeru, track antar pos nya menurut saya pendek-pendek tapi pedes…..hehehe

Memang kalau bicara gunung, tiap gunung itu punya karakter dan kepribadiannya masing-masing, satu dan lainnya tidak bisa disamakan. Ada gunung yang ramah menawarkan kemolekannya kepada pengunjung, seperti gunung Bromo di jawa timur, atau gunung Tangkuban Prahu di jawa barat pengunjung dengan mudah bisa mencapai puncaknya dan menikmati keindahannya; tapi sebagian besar gunung tidak mudah untuk di jamah bahkan banyak yang tidak ramah kepada pendakinya.

Sehingga tidak berarti jika telah berhasil mendaki gunung yang lebih tinggi maka akan dengan mudah bisa menaklukan gunung yang lebih rendah – tergantung karakter si Gunung tadi, ramah dan bersahabat atau tidak dengan para pendakinya.

Namun justru yang tidak ramah itu yang menantang para pendaki untuk menggapai puncak setiap gunung, semakin tidak ramah semakin besar kepuasan batin yang diperoleh jika berhasil mencapai puncaknya – sensasinya luar biasa ada rasa puas karena telah mampu mengatasi rasa lelah, mampu melewati rintangan alam, mampu mengatasi cuaca extrim, mampu mengalahkan diri sendiri, dan dibalut rasa takjub dan syukur kepada sang Pencipta akan kebesaran ciptaan NYA.

Sekitar jam 10.30 kami dikumpulkan untuk briefing mas Kukuh menjelaskan bahwa kita akan segera berangkat dan nantinya akan ngecamp sesudah Pos III tapi sebelum Pestan (pekan setan atau pasar setan); dari lokasi ngecamp ini untuk menuju puncak masih sekitar 3-4 jam lagi. Pilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan keamanan, karena jika ngecamp lebih ke atas lagi di pestan atau watu kotak tempatnya terlalu terbuka sehingga jika ada badai sangat beresiko.

“Waktu tempuh dari pos satu ke lokasi ngecamp diperkirakan 3,5 – 4 jam” papar mas kukuh.
“Itu waktu tempuhnya siapa mas?” Tanya salah seorang peserta.
“3,5 – 4jam itu waktu tempuh dengan kecepatannya pak Imam” jelas mas Kukuh; wkwkwkwk semua peserta tertawa – rupanya kecepatan saya jalan sudah dijadikan standar sama mas Kukuh (kebetulan waktu di Kerinci mas kukuh juga yang menjadi EO nya jadi dia tau speed saya).

Saya sih sebagai pendaki abal-abal enjoy aja dijadikan standar malah tidak ada beban harus mengikuti speed seseorang; dan ternyata bukan Cuma kecepatan saya saja yang dijadikan standar, bahkan saya juga dijadikan altimeter hidup untuk mengukur ketinggian yang sudah dicapai.

Jadi kalau mau tau sekarang di ketinggian berapa tinggal liat aja pak Imam, kalau baru pucat, pusing dan mual-mual berarti itu baru sampai ketinggian 2.500 mdpl, kalau sudah sampai muntah-muntah berarti sudah di 3.000mdpl huahahahaha – ada-ada aja memang teman2 kompaser ini.

Setelah briefing dilakukan penunjukan panglima pendakian, kali ini kang Rudi TSJ yang ditunjuk sebagai panglima pendakian – dengan gelar Panglima Sumbing…..(hihihi bukan sumbing bibirnya lho ini sumbing nama gunung) Panglima lah yang berhak mengambil keputusan jika terjadi sesuatu kondisi darurat ataupun perubahan rencana. Yah kira-kira kalau dalam turing motor dia bertindak sebagai Road Captain.

Briefing sudah, panglima sudah ada maka dilanjutkan dengan doa bersama agar pendakian berjalan lancar dan selamat, kelar itu semua maka pendakianpun dimulai dengan menu pertama adalah uji nyali naik ojek edan…melalui track berupa jalanan macadam dengan kecepatan tinggi melibas tanjakan terjal dan panjang dan yang seru adalah yang mbonceng duduk di depan……iya yang mbonceng duduk di depan….wkwkwkwk.

Soalnya kalo yang mbonceng duduk dibelakang di kuatirkan akan jatuh terjengkang saat melibas tanjakan terjal dengan jalanan berupa makadam dengan kecepatan tinggi………

Naik ojeknya Cuma 20 menit tapi rasanya berjam-jam plus full doa…..kalau sudah seperti ini saya pasrah aja sama ridernya nggak usah sok nyeimbangin dan lain-lain…..itu liat batu2 makadamnya…wedew kalo jatuh dijamin periiihhh…….

Akhirnya sampai juga di pos 1 Malim, beberapa teman juga sudah sampai di pos 1 yang lain masih di basecamp nunggu ojek yang kami pakai kembali ke bawah. (jumlah ojek lebih sedikit dari jumlah pendaki).
Dari kelompok yang sudah sampai itu kita sepakat untuk mulai jalan terlebih dahulu tidak menunggu yang lain tiba, maka kami pun segera melangkahkan kaki

Dari pos 1 menuju pos 2 kami langsung disambut dengan jalanan menanjak; belum ekstrim memang tapi cukup untuk mulai membuat badan berkeringat dan nafas tersengal, ini memang baru awal, baru pemanasan namun jika dari awal sudah salah setting speed bisa-bisa belum sampai pos 2 nafas dan tenaga sudah habis.
Saya sendiri jalan santai sekali, sehingga tidak mengherankan saya dan alin langsung tercecer dibelakang dari rombongan pertama ini.

Ternyata bener apa yang ditulis di blog pendaki, tracknya nanjak terus nyaris nggak ada datar-datarnya; saya tiba di pos 2 setelah jalan lebih dari satu jam. 

Pos 2 Genus, saya tidak tau pasti berapa ketinggiannya tapi perkiraan saya belum mencapai 2.000mdpl, koq tau?.....soalnya saya belum pusing dan mual-mual hehehehe ….wkwkwkwk
Saya dan alin hanya beristirahat sebentar di pos 2 ini.
Pos 2 ke pos 3 jalurnya semakin berat dan sewaktu briefing mas Kukuh sudah wanti-wanti kalau jalur pos 2 ke pos 3 ada jalur yang harus diwaspadai karena curam dan licin, rupanya yang dimaksud adalah jalur engkol-engkolan.

Jalur engkol-engkolan ini berupa tanjakan terjal, tanjakannya ini terbelah-belah oleh beberapa jalur air sehingga tampaknya ada beberapa jalur yang semuanya terjal dan kita tidak tau mana jalur yang paling mudah dan nggak banyak jebakan batmannya.

Ketika saya dan alin mendaki di engkol-engkolan ini kami dipandu crew kutu gunung yang sudah stand by mereka mengarahkan kami ke jalur yang benar, itupun beberapa kali kami terpaksa diminta pindah jalur ketika didepan kami ketemu tanjakan yg ekstra terjal.

Begitu engkol-engkolan kita lewati maka akan segera tiba di pos 3, dari sini tidak sampai setengah jam saya dan Alin tiba di camp tempat kami bermalam, beberapa teman seperti kepala suku kang Yayan dan isteri, pak abu, dll sudah tiba terlebih dahulu; saya segera cari tenda yang paling datar dan langsung rebahan…… untuk menstabilkan kembali kondisi saya, soalnya sudah mulai pusing dan mual……kemungkinan besar tempat kami ngecamp ini diketinggian 2.500 an mdpl.

Saya tiba di tempat ngecamp tersebut sekitar jam 1400 lebih sedikit, jadi dari pos satu tempat turun dari ojek sampai ke camp saya membutuhkan waktu 3 jam lebih sedikit….heh lumayan capek…..

Satu demi satu teman-teman yang di belakang tiba di lokasi camp; yang paling kompak memang teman-teman dari tim silkargo kami menyebutnya tim pos kota, mereka selalu bersama tidak terpisah-pisah tim ini dimotori kakak beradik lain bapak lain ibu Yudha dan yudhis, terus ada dua bomber (badannya gede-gede) japra dan hegar, terus ada Edoy (dulu waktu masih main bola bareng saya kenalnya edy kebot), terus ada Onny (yang jaket consinanya samaan sama saya) dan 2-3 orang lagi saya lupa namanya yang jelas ada satu yg ikut summit slamet.
 
Tim pendakian kali ini memang kumplit bukan saja mencerminkan NKRI tapi internasional, dari Panjang (Lampung) diwakili Yasin Striker, wakil sumatera Selatan - Palembang ada pak Abu Capt Amerika, dari Balikpapan Lae Charles, dari Pontianak (?) Timor M, dari Banten-Merak ada Dodo chupet, perwakilan Korea ada Kang Jaen (KMTC), perwakilan jepang ada Paman Budi Mazbro (Hinode), perwakilan Singapore ada Rommy dan Bernard (SSL)….
.
Juga banyak muka baru yang langsung menunjukan performa luar biasa seperti kang Puspito Budi Winarko (PBW) dari awal sampai di camp nggak keliatan lelah sama sekali, juga da bro Ino (sutrisno ijar) yang tinggi langsing pastinya langkahnya enteng, mas Suhendra dari SSTI juga pemain baru yang pendiam, 

Petinggi lain yang ikut adalah bang Lukas (orangnya memang jangkung tinggi), Ada kang Andi yang selalu sibuk nyari sisir, dari CIA diwakili Dony (apa Donno ya….)

Sesampainya di lokasi camp seperti biasa ngobrol becanda saling ledek-ledekan sesama pendaki yang bikin kita ketawa lepas melupakan kepenatan dan juga lupa kerjaan kantor hehehehe.

Bagusnya lagi lokasi yang dipilih kutu gunung ini strategis sekali dengan view pemandangan yang cantik sehingga cocok di jadikan foto booth. Maka segera saja foto booth alam ini di okupansi oleh teman-teman kompaser, sampai-sampai pendaki lain yang kebetulan ngecamp di lokasi yang sama tidak dapat kesempatan untuk foto-foto, kebayangkan gimana susahnya ngusir 43 orang yang lagi pada narsis selfie an hehehehehe.

Belum lagi hebohnya pengambilan video shooting ucapan selamat ulang tahun Samudera Indonesia yang harus dilakukan retake beberapa kali – sengaja di shoot saat masih di camp untuk jaga-jaga jika besok tidak bisa summit karena cuaca buruk, maka sudah ada dokumentasinya.

Menjelang senja bendera kompas, bendera samudera dan bendera merah putih plus spanduk diserahkan ke kang yasin – striker gunung ini dipercaya mampu membawa panji-panji kebesaran ini ke puncak sumbing dini hari nanti saat summit attack.

Ketika senja tiba kami pun sholat magrib dan isya berjamaah di lanjut dengan becandaan lagi sambil nunggu makan malam tiba, sambil ngobrol tersebut kang aam menyampaikan akan ada pemilihan pendaki keren katanya…..yang kreterianya apa saya juga nggak jelas hihihi karena waktu itu saya sudah didalam tenda dan tidur-tidur ayam…..setelah dapet makan malam langsung tidur beneran….zzz….zzz.zzz…zzz

Minggu, 13 Nopember 2016…Summit attack
Sesuai apa yang disampaikan saat briefing setelah sholat isya bahwa kita akan start untuk summit attack  pada pukul 03.00 dini hari, maka pada pukul 02.30 camp kami sudah mulai ramai dengan suara kehidupan, masing-masing mempersiapkan diri, sebenernya saya males bangun sudah enak didalam sleeping bag soalnya tapi karena ini momen penting jadi saya segera bangun dan untunglah udara tidak terlalu dingin menurut saya – entah mungkin karena musim hujan atau hal lain, yang jelas saya merasakan tidak sedingin gunung-gunung sebelumnya, tidak lama segelas kacang ijo dan dua lembar roti tawar dibagikan panitia sebagai sarapan sebelum summit.

Sarapan ini segera berpindah tempat dari gelas  ke lambung perut saya....

Setelah briefing singkat dan doa, rombongan pun bergerak, saya dan alin start terakhir karena alin perlu buang ballast dulu……; tapi tidak lama saya bertemu maz bro yang tengah berjalan bersama teman-teman barunya yang salah satunya seorang wanita dan kelihatannya sudah berkali-kali naik ke sumbing, dia menunjukan lokasi spot foto yang bagus di sebatang pohon kepada kami dan paman budi, (paman budi ini panggilan mereka ke mas bro yang memang nama aslinya budi).

Kami terus berjalan bersama sampai kemudian terdengar adzan subuh, di imami oleh mas bro kamipun menunaikan sholat subuh berjamaah.

Tidak lama kemudian kami melewati pos pestan (pekan setan – atau pasar setan dlm bahasa indonesianya), dinamai pasar setan dikarenakan memang di daerah ini beberapa kali pendaki mengalami penampakan adanya pasar ghaib. Sebenarnya di beberapa gunung lain ada tempat semacam ini setidaknya ada 7 pasar setan yang dikenal orang yaitu : pasar setan gunung Merbabu, pasar bubrah gunung Merapi, pasar setan gunung Argopuro, Pasar setan gunung Lompo Batang-bawakaraeng, Pasar setan Gunung lawu, pasar setan Gunung Arjuno dan pasar setan Gunung Sumbing.

Namun demikian kita tidak perlu takut dengan hal-hal mistis tersebut, asalkan hati dan pikiran kita bersih dan selalu berdzikir insya Allah tidak ada gangguan apa-apa.

Saya dan Alin terus berjalan entah kenapa mas bro tertinggal di belakang, mungkin dia masih nunggu temannya atau ngobrol dulu, tidak lama kemudian saya melewati beberapa teman yang sedang beristirahat antara lain pak PBW.

Lepas dari Pestan sekarang kami masuk track berbatu-batu pepohonan juga sudah mulai jarang, track sekarang berada di alam terbuka, jika kita memandang ke langit maka tampak bintang-bintang bertaburan menghiasi langit-indah…..udara bersih enak sekali cuacanya….tidak berangin seperti waktu rinjani dan kerinci.

Saya dan alin terus berjalan perlahan tapi pasti naik meter demi meter ketinggian kami terus bertambah, Pasar watu kami lewati…..di sebuah tanjakan ketemu kang aam, dodo, odink dan beberapa teman lain, lumayan dapet pudding dari kang aam buat ganjel lambung yang mulai mual-mual. 

Istirahat sebentar kemudian saya lanjut jalan lagi kali ini kang dodo menemani kami, kang dodo goweser handal ini punya tubuh kecil dan ringan jadi dia saya minta di depan mencari jalan, di beberapa tempat memang kita setengahnya manjat batu-batu yang ada sampai akhirnya kita tiba di watu kotak.

Menurut info di internet dari watu kotak ke puncak itu butuh waktu satu jam mendaki, sementara itu hari sudah semakin terang sekitar jam 6.30 saat itu jadi kalau jalan terus sekitar jam 7.30-8.00 akan tiba di puncak…..wedew masih lama juga ya….. sementara mual makin menjadi ini…hmmm 2.900 an meter kayaknya nih.

Saya yakin teman-teman yang jalan duluan pasti sudah sampai di puncak, ah ayoolah saya harus juga bisa sampai puncak, saya harus bisa summit sama alin kali ini…..begitulah pikiran saya coba menyemangati tubuh saya yang mulai kelelahan dan tidak nyaman terserang AMS (acute mountain syndrome). 

Sementara kang dodo nunggu kang aam saya lanjutkan perjalanan dengan alin dalam perjalanan naik ini saya ketemu crew dari kutu gunung yang member tau bahwa nanti setibanya di percabangan saya harus ambil jalur yang kanan menuju puncak kawah, jangan ambil ke kiri yang menunju ke puncak buntu.

Aahh berarti sudah semakin dekat ini…..bongkahan batu demi bongkahan batu kami langkahi, panah petunjuk arah ke puncak kawah sudah terlihat… semakin semangat saya…….tiba-tiba dari arah kanan kang dodo muncul dari bawah….halah motong jalan dia rupanya, kami kembali bertiga di ikuti kang aam dibelakangnya di track menuju puncak kawah…..kami berpapasan dengan beberapa teman yang sudah dari puncak dan akan kembali ke base camp. Mereka menyemangati kami dengan memberitahukan puncak tidak sampai 15 menit lagi sampai.

Sementara itu cuaca cerah sudah berubah menjadi berawan dan sesekali kabut menutup pandangan.

Seorang crew kutu gunung Indonesia membantu kami saat harus melipir melewati batu yang berada dipinggir jurang, selanjutnya jalan ke puncak terbentang datar berupa punggungan sempit dimana disuatu titik disisi kanannya ada bongkahan2 batu membentuk puncak…..kami tiba di Puncak Kawah…… 3.371 mdpl, tertinggi ketiga di pulau jawa setelah Semeru dan Slamet.

Alhamdulillah……Allahu Akbar…..gumamku bersyukur kepada Allah karena akhirnya saya bisa summit bersama Alin, saya pun sujud syukur ke hadirat Allah Subahanallah Wata’alla.
Obsesi saya untuk summit bersama putriku yang dua tahun lalu gagal diwujudkan kini berhasil saya realisasikan, terima kasih ya Allah yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan kepada saya untuk bisa sampai ke puncak Sumbing ini.

Tidak lama kemudian teman-teman yang lain pun tiba di puncak; bang Dewa, Odink, PBW, kang Andi dan yang lain-lainnya. Seperti biasa acara dipuncak adalah foto foto dan menikmati indahnya puncak – dan tentunya yang terpenting adalah video shooting ucapan selamat ulang tahun Samudera Indonesia ke 52.

Kelihatannya akan ada beberapa versi ucapan selamat ulang tahun, karena ada beberapa kali pengambilan video – entah yang mana yang akan di jadikan sebagai ucapan  yang official; aahh tapi yang manapun sebenarnya sama sahnya karena diucapkan dengan tulus dan penuh antusias dari puncak gn sumbing ini.

Kami tidak puas-puasnya selfi dan becanda di puncak sampai-sampai salah satu crew kutu gunung mengingatkan agar kami segera turun karena sudah lewat jam 08.30; setelah membereskan perlengkapan agar tidak ada yang ketinggalan kami pun turun.

Ujian belum selesai……
Kalau anda berfikir setelah berhasil summit maka semuanya sudah selesai, anda salah besar.

Naik gunung dan turun gunung adalah dua cerita yang berbeda, walaupun secara teoritis turun gunung selalu lebih cepat dari pada naik gunungnya namun turun gunung ternyata sering kali lebih menyiksa daripada naiknya – apalagi jika cuaca tidak bersahabat seperti kali ini.

Satu hal yang harus kita waspadai saat beraktifitas outdoor di puncak gunung adalah perubahan cuaca, perubahan cuaca sering kali terjadi dengan cepat dan mengubah situasi safety menjadi berbahaya. Contoh datangnya kabut akan menyebabkan jarak pandang terbatas sangat berbahaya untuk terus berjalan, atau yang extrim datangnya badai misalnya akan mengubah situasi secara drastis.

Kali ini hujan turun mengiringi kami turun dari puncak…..air yang membasahi permukan bebatuan menjadikannya licin, kami harus melangkah hati-hati.

Alin yang baru pulih dari kaki patahnya harus berjalan ekstra hati-hati karena dokternya sudah wanti-wanti jangan sampai jatuh lagi. Maka saya dan alin pun segera tercecer dari rombongan, di kelompok terakhir ini ada 5 orang, Saya dan Alin, agus dan endah (dua teman ini dari Hanjin) serta pak Rodi.

Kami terus diguyur hujan yang sekali-kali berhenti kemudian turun lagi demikian seterusnya, jalur  turun berbatu ini terasa demikian panjang dan sulit – buat saya sebenarnya tidak terlalu masalah tapi yang membuat saya risau adalah Alin saya kuatir kalau sampai dia terpeleset.

Untungnya Alin juga cukup tanggap dengan kondisinya, jadi kalau turunannya terlalu terjal dan tidak aman maka dia turunnya mbrosot (istilahnya apa ya dalam bahasa Indonesia yg tepat) sehingga mengurangi resiko terpeleset – tapi konsekuensinya perjalanan jadi lambat.

Setelah berjuang cukup lama akhirnya watu kotak pun terlewati demikian juga pasar watu….trek berubah menjadi jalur tanah yang sama licinnya ketika kita melewati pestan menuju ke camp kita.

Hari sudah pukul 12.00 siang ketika akhirnya saya tiba di camp, teman-teman lain sudah rapi dan siap siap turun ke bawah. Saya segera menuju tenda saya dan mulai merapikan barang-barang saya untuk di packing kembali dalam keril, sambil packing saya minta ke mas kukuh apakah masih ada makanan? Karena perut saya terasa lapar saat itu – mas kukuh menjawab hanya ada mie instant. Ok lah tidak apa-apa yang penting ada yang bisa masuk ke lambung saya.

Sekitar pukul 13.00 kami berlima (Saya, Alin, Agus, Endah dan Rodi) meninggalkan camp turun tanpa didampingi crew kutu gunung yang masih sibuk membongkar tenda dan merapikan kembali lokasi camp kita.
Hujan yang semula tidak deras kali ini menjadi deras selepas kami meninggalkan pos 3, hujan deras ini mengubah track engkol-engkolan yang jika tidak hujan saja sudah menyulitkan kini berubah menjadi mimpi buruk buat saya.

Tanpa penunjuk jalan saya memasuki track yang salah disebelah kiri, jalur menurun licin ini benar-benar tanpa pijakan berundak dan miskin belukar untuk pegangan parahnya di ujung turunan ini sekitar 10m kebawah berupa turunan terjal sekitar 1,5m.

Saya yang didepan coba membuka jalan dan terpeleset sehingga meluncur ke bawah dengan cepat beruntung saya bisa menggapai alang-alang ditepiannya dan bertahan disana (saya terjebak disini), alin yg kuatir berteriak minta tolong ke pendaki lain yang lewat.

Seorang pendaki yang lewat mencoba membantu saya dari sisi kanan dengan menjulurkan dahan pohon ke tengah track, posisinya ada dibawah saya sekitar 5 meteran, jadi saya harus meluncur dulu sambil berusaha menangkap dahan pohon…..hiks sedikit acrobat dan butuh ketepatan ini, jika gagal menangkap maka saya akan jatuh dari ujung terjal sekitar 1,5m.

“Bismillah….” Saya lepaskan alang-alang yang saya gandolin dan tubuh saya pun meluncur di permukaan lumpur yang licin dengan derasnya….dan hupp!! Saya berhasil menangkap dahan pohon tersebut.

Dengan berpegangan dahan pohon tersebut saya berdiri dan berpindah jalur ke kanan, dalam pada itu Ubay crew dari kutu gunung sampai di lokasi kami tertahan, dan dengan dibantu ubay kami merayap menuruni engkol-engkolan ini.

Setelah beberapa kali terpeleset jatuh yang menyebabkan seluruh tubuh saya kotor dengan lumpur termasuk muka yang cemong-cemong track engkol-engkolan kami lalui dan tiba di pos 2, aahh tinggal etape terakhir nih pos 2 ke pos 1 pikir saya…..tapi baru jalan sebentar seorang pendaki yang menyusul kami mengabarkan kalau pak Rodi sendirian dan keliatannya kepayahan untuk turun. Mendengar itu saya minta ubay agar ke pak Rodi saja untuk memback up dia, biar saya dan alin turun ke pos 1 sendirian insya Allah kami bisa.

Maka kini saya dan alin menuruni track ke pos 1 tanpa back up lagi, track yang saya pikir sudah enteng ternyata tetep aja licin dan susah dilalui hehehe; terus terang bukan kali ini saja saya turun gunung dalam keadaan hujan, waktu turun dari semeru dan turun dari ciremai pun kami di hajar hujan tapi tidak sesulit ini melalui tracknya – yang ini benar-benar membutuhkan kesabaran.

Suara adzan Ashar terdengar sayup-sayup, saya ingat kebiasaan di daerah wonosobo jika azan ashar itu bukan pas jam nya ashar (bisasanya 15.15 -15.30) tapi mereka azan ashar di jam 16.00 – 16.30 konon alasannya jika  azan tepat pas ashar biasanya warga masih di ladang belum sampai di rumah, sehingga nggak ada yang sholat jamaah di mesjid, makanya azannya di geser lebih sore nunggu orang orang pulang dari ladang tsb.

Berdasarkan azan tersebut saya coba perkirakan posisi saya dan coba menghitung berapa lama saya telah berjalan dan perkiraan kami tiba di basecamp (saya tidak pakai jam karena jam tangan saya talinya putus saat summit tadi pagi jadi jam saya simpan di ransel). Saya start tadi jam 13.00, kalau azan tsb jam 16.30 berarti saya sudah berjalan 3,5 jam jika waktu tempuh normal adalah 4 jam maka perkiraan saya harusnya akan tiba di base camp antara 30 menit – 60 menit lagi atau antara jam 17.00 – 17.30.

Terus terang saya semakin semangat, terdengarnya azan dan deru motor di kejauhan menunjukan kami makin mendekati kampung dan artinya penderitaan kami akan segera berakhir hehehehe. Apalagi selepas pos 2 Alin sambat kalau lututnya sakit, saya sudah pernah merasakan lutut sakit pas turun gunung, itu berarti setiap langkah adalah siksaan karena nyeri sampai ke ubun-ubun – kalau ketemu jalan datar rasanya nikmat banget tidak sakit sama sekali…..tapi begitu turunan bahkan jika berupa undakan pun nyerinya luar biasa….jadi saya sudah kebayang apa yg dirasakan Alin, satu-satunya solusi adalah segera keluar dari medan berat ini.

Kami terus menuruni jalanan tanah basah yang kini makin bersahabat karena berbentuk undakan, sampai kami tiba disuatu tikungan dimana diujung tikungan tersebut terlihat atap pos 1 tempat ojek-ojek mangkal……Alhamdulillah kami sampai di pos 1, rasanya senang sekali melihat tukang ojek yang menyambut kami….seperti melihat malaikat penolong…..hahaha.

Dua ojek segera membawa kami turun menuju base camp pendakian, saya tidak peduli dengan penampilan saya yang mirip tentara baru keluar hutan setelah berhari-hari bertempur hehehe alias dekil, basah kuyup dan cemong-cemong, sepatu penuh lumpur……yang penting saya keluar hutan sebagai pemenang bukan pecundang…..hehehe

Teman-teman sudah rapi semua ketika saya tiba di base camp, mereka bertepuk tangan ketika ojek kami tiba….karena kami adalah 5 terakhir yang sampai ke base camp – saya segera duduk istirahat dan minta tolong dodo untuk memesankan teh panas hangat…..thanks ya do ini teh hangat ternikmat yang pernah saya rasakan.

Saya lepaskan  ransel, jaket, sepatu yang semuanya basah dan kotor berlumpur dan segera pergi mandi bersih-bersih dengan air yang super dingin. 

Semangkok indomie rebus plus telur segera berpindah tempat ke perut saya rasanya nikmat apalagi setelah mandi air es, sementara saya menyantap mie instant azan magrib terdengar. Teman-teman sudah siap-siap untuk naik bis ketika saya selesai menunaikan sholat magrib + isya; dibantu seorang crew kutu gunung saya packing barang-barang saya yang masih berantakan…….

Saya jadi penumpang terakhir yang menaiki sleeper bus hello kitty dan segera masuk ke dalam kompartemen tidur saya…..aahhh nikmatnya berbaring di kasur empuk dan hangat….

Bus pun segera bergerak….sementara itu rupanya sudah ada hasil voting pendaki terkeren, lucunya ternyata saya dimasukan sebagai salah satu nominator (gak jelas kriterianya apa hihihi) nominator lain adalah bang Lukas, Pak Abu dan Edoy dan pemenangnya adalah om Edoy dari tim pos kota.

Begitu bus bergerak tidak sampai lima menit kesenyapan menyelimuti kabin bus, kalaupun masih ada yang bangun umumnya asyiik menshare foto-foto pendakian via whatsapp…….ah betapa nikmatnya berbaring dan mengingat waktu2 summit dengan teman-teman terbaik…..tidak ada lagi rasa lelah atau sakit yang ada kini adalah kenangan manis yang bisa membuat kita tersenyum sendiri……dan saya rasa saya tertidur dengan senyuman di bibir……zzz….zzz…..zzz

Tiga jam kemudian kami sudah tiba di Purwokerto dan dibangunkan untuk makan malam saat itu sekitar jam 22.00, kami turun bus seperti zombie berjalan dengan malas – makan tanpa semangat, selesai – dan kembali berjalan gontai ke bus untuk meneruskan tidur kami dengan perut kenyang….

Senin, 14 November 2016 welcome back to the jungle……
Tau-tau pukul lima pagi kami sudah ada di depan UKI pemberhentian terakhir, kami segera turun kenek bus menurunkan barang-barang kami dari bagasi bus, karena saya kemarin naik yang terakhir barang saya di simpan di bagasi sebelah kanan terpisah dengan barang-barang teman yang lain – jadi malah memudahkan saat diturunkan tidak perlu milih milih.

Perpisahan dengan teman-teman menjadi suatu anti klimaks berlangsung dalam suasana rush pagi hari kerja – Senin, saya bahkan tidak sempat berpamitan dengan teman-teman,  semuanya begitu tergesa-gesa, begitu barang-barang saya kumplit saya langsung mencegat taksi, memasukannya ke bagasi dan say good bye ke kang Yasin yang juga sudah mendapatkan taksinya…….sebelum akhirnya saya masuk kedalam taksi…..aahhh welcome back to the jungle….called Jakarta, that always rush and never sleep.

Di dalam taksi saya minta Alin untuk menghubungi rumah, ngasih tau agar si bungsu Aliya jangan pesen go jek dulu karena nanti saya akan antarkan dia ke sekolah seperti biasanya.

Jam 06.00 saya sudah diatas motor siap mengantar Aliya, nanti sepulangnya mengantar Aliya jam tujuh saya sudah harus beangkat ke kantor berboncengan dengan isteri saya.

Jam 08.30 saya sudah ada di ruang kerja saya kembali di Tanjung Priok, setelah sebelumnya dalam perjalanan ke kantor mengantarkan isteri saya dulu ke kantornya…… aahhh what wonderfull week end…rasanya seperti mimpi Jum’at pulang kantor, sabtu – minggu naik gunung dengan teman-teman yang luar biasa dan kini senin pagi sudah siap lagi di kantor……

Selamat Ulang Tahun ke 52 Samudera Indonesia………………….
----the end----
 

Special thanks buat
Kutu Gunung Indonesia
Panglima Sumbing
Agung Jiunk – yg sudah nyiapin sleeper bus
Kang Aam – buat Puding nya
Kang Dodo
Bang Dewa
Dan teman-teman lain yg tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Juga mohon maaf kalau karena saya jadi lama nunggu…..

Thursday, September 15, 2016

EXPLORING DANAU GUNUNG TUJUH

EXPLORING DANAU GUNUNG TUJUH - JAMBI

Selasa, 16 Agustus 2016 – Danau Gunung Tujuh – Tanpa Bonus

“Woi ...sudah jam dua belas nih kita makan dulu aja lah” kata Maz Bro - nama asli lelaki berusia 50 th ini sebenarnya Budi, tapi beliau lebih senang di panggil mas Bro, mungkin supaya lebih kekinian, tapi pembawaannya yang periang dan kocak memang cocoklah dengan panggilan Maz Bro ini karena orangnya memang gaul banget.


“Iya lah kita makan aja disini, nggak usah nunggu sampai Danau” sahut Andi mendukung usulan mas Bro; Andi pemuda gagah ini memang berbadan besar dan tegap – jadi pantas lah kalau tenaganya boros jam 12.00 sudah kelaparan hihihi.


“Maz bro coba naik dikit ke atas cari tempat yang enak buat kita makan” Pinta Adi yang kelihatannya juga sudah lapar....

Maz bro dengan langkah ringan menapaki jalan menanjak yang sebagian besar tertutup akar-akar pohon kayu, yang kadang membentuk undakan anak tangga.
  
Kami berempat (Saya, Maz bro, Andi dan Adi) memang sedang tracking menuju danau Gunung Tujuh, grup kami memang tercecer di belakang induk rombongan yang sudah berjalan jauh didepan kami mungkin sudah sampai danau.

Hampir dua jam lebih kami sudah berjalan, track Danau Gunung Tujuh ini memang tidak ekstrim, tapi dari sejak awal masuk di jalur tracking terus menanjak tanpa ada bonus (baca à jalan datar) sedikitpun; Tanjakan panjang tanpa akhir ini memang menguras tenaga; apalagi sehari sebelumnya kami habis summit dari gunung Kerinci, jadi memang harus pandai-pandai menghemat dan mengatur tenaga.


Tracknya sendiri berupa tanah padat yang tertutup akar-akar pohon, maklumlah track ini menembus hutan lebat jadi dikiri kanan masih pohon besar-besar, sinar matahari juga sulit masuk terhalang rindangnya dedaunan dari pohon-pohon ini.

Danau Gunung Tujuh sendiri memperoleh namanya karena danau ini dikelilingi oleh tujuh gunung yaitu , Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl),Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), danGunung Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl).


Danau Gunung Tujuh ini masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, di Kabupaten Kerinci – Provinsi Jambi, luas danau ini 9,6km persegi dengan ketinggian 1.950m diatas permukaan laut à menurut Wikipedia ya, saya nggak ngukur lho.

Ketika kami summit ke Kerinci kemarin danau gunung tujuh ini bisa terlihat dari puncak kerinci.


Track yang kita tempuh sendiri, saya tidak tau itu ada digunung yang mana dari ke tujuh gunung yang mengitari danau (saya lupa nanya hehehe).

“Wooi naik kesini nih....ada tempat agak datar buat kita makan” suara Maz bro memberi tahu kita untuk bergegas ke atas.


Ditempat yang ditunjukan oleh Maz bro memang ada sepetak lahan sempit yang agak datar terletak di sisi kiri jalan setapak, cukuplah untuk kita duduk ngeriung berempat tanpa menggangu orang yang lewat di jalan setapak tersebut.


Kami pun duduk berkeliling dan mulai membuka bekal kami, nasi padang dengan lauk rendang, sambal merah dan lalap daun singkong, kami memang mampir dulu di warung makan padang sebelum ke gunung tujuh ini...dan pilihan lauk daging rendang adalah pilihan tepat, karena rendang konon dinobatkan sebagai  makanan terlezat di dunia hehehe.


Tapi saat ini dengan suasana santap siang di alam terbuka dinaungi teduhnya dedaunan rimba, sejuknya udara ketinggian 1.800an mdpl, dikelilingi pepohonan hijau, setelah lelah berjalan lebih dari 2 jam dan saat perut pas lapar-laparnya – menjadikan nasi- rendang super duper lezat....aahhh suasana yang sempurna tidak ada resto yang bisa menyajikan suasana seperti ini – setiap suapan  nasi, diikuti dengan gigitan pada potongan daging rendang terasa nikmat dilidah, belum lagi jumputan daun singkong yang di cocol ke sambal aahh betul betul maknyus... (aahh saya sampai menelan ludah lagi mebayangkan nikmatnya kala itu).

Suara satwa hutan, burung-burung dan tonggeret menambah sempurna suasana santap siang kami.....tapi aahh ada yang kurang..... Krupuk....ya tidak ada krupuk, kami baru sadar krupuk yang dibeli tadi pagi sudah dibawa rombongan di depan kami....hihihihi.

Semua bekal lincin tandas kami sikat.....tidak ada yang tersisa......ahh ini baru makan yang sempurna setelah beberapa hari kemarin saat muncak ke kerinci boleh dibilang kami makan seadanya....


Inget krupuk yang jalan duluan dari kami saya jadi inget sejumput gula asem saya yang jalan duluan juga hehehe, sebelum makan tadi saya sempet istirahat sama kang Aam, dia saya tawarin gula asem yg saya punya, tinggal sedikit sih sisa waktu muncak kemarin, gula asem ini dia bawa.....entah karena si gula asem ini emang bikin seger dan tenaga pulih atau ada sebab lain yang jelas setelah ngemut gula asem kang Aam jalannya jadi cepet.... alhasil saya ketinggalan dan gula asem saya ke bawa sama dia hihihi....capek coba ngejar dia akhirnya saya istirahat....waktu istirahat inilah saya ketemu maz bro cs, baru deh kami jalan bareng sampai makan siang itu.


Selesai santap siang kami lanjutkan perjalanan..... lucunya tidak sampai 15 menit kami tiba di puncaknya, yang berupa tanah cukup datar dan lumayan luas..... tau gitu tadi naik aja dulu ya baru makan di puncak tempatnya lebih lega dan nyaman – tapi ya gitulah kalo perut lapar biasanya pendek akal....hehehehe.

Seeorang teman (kang Yasin kalo gak salah) yang sempat mengukur ketinggian puncak ini dengan altimeter di HP nya menunjukan ketinggian puncak  adalah 2.113mdpl, hiks....lumayan tinggi dan tanpa bonus pantesan lumayan nguras tenaga.....


Jika ada tanjakan pasti ada turunan.....dan memang ada! tapi minta ampun curamnya kalo ketinggian danau adalah 1.950mdpl sebagaimana data di wikipedia berarti kami harus turun sekitar 160 an meter lagi, tracknya sekarang terus menurun, sampai suatu saat di turunan yang membelok ke arah danau – dibawah kami tampaklah danau gunung tujuh dengan airnya berwarna hijau dan biru gelap (menandakan tingkat kedalamannya sangat dalam) ditepinya tampak hutan yang masih lebat menutupi sampai ke puncak gunung-gunung yang mengelilinginya, garis bibir pantainya sempit dan tidak tampak perkampungan penduduk disini – baguslah biar ke asrian nya tetap terjaga.


Rasanya tidak puas puas kami memandangi keindahan danau ini, setelah mengambil beberapa foto, kami lanjutkan menuruni jalan setapak tadi, tidak sampai sepuluh menit kami sudah tiba di tepian danau gunung tujuh, kami segera bergabung dengan teman-teman yang sudah tiba lebih dahulu.

Tempat rombongan kami berhenti berada ditepian danau tepat di mana air danau melimpah keluar membentuk aliran sungai dan kemungkinan besar aliran sungai itu membentuk air terjun ataupun jeram karena diujungnya berupa tebing curam dan kesanalah sungai tersebut menghilang.

Di mulut sungai ini bermula ada batang kayu yang melintang yang bisa digunakan orang untuk menyeberangi sungai sehingga bisa tiba di sisi seberangnya. Sungai dangkal berair jernih ini dasarnya penuh batu-batu yang mana di beberapa tempat batu ini muncul dipermukaan sungai.


Jika kita menyeberangi sungai ini dan mengikuti jalan setapaknya maka kita akan tiba di tepian danau yang lain yang mempunyai bibir pantai lebih luas dan landai disini banyak pengunjung yang mendirikan tenda. Jika kita tidak ingin berjalan kaki maka dari tempat kami berhenti kita bisa menggunakan perahu dayung untuk mencapai tepian tempat berkemah tadi.


Saya, Andi dan pak Rusdipun sempat mencoba berperahu di danau gunung tujuh ini si pemilik perahu seorang yang sudah tua, jadi kami ikut membantu mendayung perahu kayu tersebut. Semakin ke tengah danau semakin tampak betapa luas keliling danau ini – namun dari penuturan pemandu lokal kami kang Andi belum ada jalan setapak yang mengelilingi danau; jadi kelihatannya danau ini memang belum banyak di explore orang. Atau mungkin ada yang mau mencoba merintis jalur keliling danau tujuh??


Setelah puas berperahu dan berfoto dari atas perahu, saatnya berenang......airnya memang jernih sekali mengundang untuk merenanginya – tapi dinginnya luar biasa. Saya mulai berenang dari tepian di sisi kanan dari tempat kami berhenti. Pada mulanya dasar tepiannya dipenuhi bebatuan yang licin karena ditumbuhi lumut tebal, air yang jernih dan masih bisa ditembus sinar matahari memungkinkan saya melihat dasar danau selain bebatuan didasar danau banyak sekali batang-batang pohon yang tampaknya tumbang dan terbenam disana....semakin agak ketengah dasarnya langsung tidak tampak hanya biru gelap.....hiiii....serem dan merinding ngeliatnya kelihatannya langsung tebing curam dalam sekali, saya langsung berenang membelok kembali ke arah mulut sungai yang jauh lebih dangkal dan jernih......aahhh aman (saya sendiri bukan perenang handal – berenang di kolam renang jauh berbeda dengan berenang di open water seperti ini, jadi saya nggak mau ambil resiko).


Setelah ambil beberapa foto under water saya liat teman-teman di tepian sudah berkemas-kemas untuk kembali pulang ke base camp; kami memang tidak berencana untuk menginap disini karena malam ini kami akan kembali ke padang dan besoknya akan kembali ke Jakarta.


Sebenarnya masih belum puas exploring danau gunung tujuh ini, namun apa boleh buat saya liat sebagian teman teman bahkan sudah mulai jalan duluan; saya segera mentas – kemudian saya sempatkan untuk sholat disebuah batu datar ditengah sungai; selanjutnya segera berkemas untuk siap-siap jalan pulang.

Perjalanan pulang kembali saya berada di grup paling belakang, bersama mbak Woro, Adi dan Mas Kukuh dengan timnya dari Kutu Gunung Indonesia.


Pada perjalanan pulang ini kami banyak sekali berpapasan dengan orang-orang yang naik menuju Danau gunung tujuh, sebagian besar adalah remaja usia sekolah – tampaknya mereka akan bermalam di danau dan keesokan harinya acara tujuh belasan di sana.


Ketika pukul 17.00 kami sampai di warung tempat memulai tracking; para pengunjung ini terus mengalir berdatangan rombongan demi rombongan seperti akan nonton konser di danau.....wah kebayang ramainya di danau malam ini. Menurut ibu penjaga warung, “memang demikian disini, kalau pas tujuh belasan, tahun baru, dan lebaran Danau gunung tujuh  memang ramai dipenuhi pengunjung.......”


Hmm bisa jadi memang karena kurang sarana rekreasi di daerah ini, kalo kita di jakarta mungkin banyak alternatif rekreasi bisa waterpark, pantai atau wahana permainan seperti dunia fantasi; paling tidak ada mall buat jalan-jalan dan window shoping hehehe; kalau disini ya yang ada Cuma wisata alam seperti danau gunung tujuh ini.


Sekitar jam 17.30 mobil bak terbuka yang menjemput kami pun tiba kami segera diangkut dan menjelang magrib kami sudah tiba di base camp.

Aahh trip yang menyenangkan.....sangat komplit ada track menanjak, bisa berperahu, bisa berenang di danau dan makan siang yang nikmat..dan yang tak kalah penting dilakukan bersama dengan teman-teman terbaik....sungguh menyenangkan.



Rabu, 17 Agustus 2016, Exploring Bukit Tinggi.


“Mas kalau nanti ke Bukit Tinggi mau makan nasi Kapau cari yang Uni Mez aja, dia lebih enak dari Uni Lis, emang yang terkenal uni Lis tapi kalo enak, enakan Uni Mes” begitu bunyi pesan WA dari Susan isteri adik saya yang orang Bukit Tinggi.


Rencananya hari ini saya dan Andi memang akan menghabiskan waktu ke Bukit Tinggi, setelah tadi malam kami menempuh perjalanan dari base camp di Palempok – Kerinci,  pagi tadi sekitar jam 07.00 kami (Saya, Andi dan Kang Yayan berserta Isteri) tiba di kantor Samudera Indonesia Group – Padang.


Sedangkan teman-teman yang lain langsung ke Bandara karena pesawat mereka ada yang jam 10 pagi dan jam 12 siang, Saya dan Andi sendiri jadwal pesawatnya masih jam 20.15 malam nanti, jadi masih punya waktu panjang untuk mampir ke Bukit Tinggi. Kalau pak Yayan dan Isteri memang lanjut liburannya karena memang masih cuti sampai hari Jum’at nanti.


Beruntung pak Imara berbaik hati meminjamkan mobil untuk dipakai ke Bukit Tinggi bahkan kami disopiri oleh Uda Adil salah satu karyawan Staff andalan di situ.

Pak Imara memang tuan rumah yang baik, bukan saja kami di pinjami mobil tapi kami juga disuguhi sarapan Ketupat Sayur khas Padang yang rasanya bener-bener maknyus – Thanks buat pak Imara, jangan kapok kalo kami sambangi lagi ya hehehehe.


Dan sekarang disinilah kami di kota Bukit Tinggi, setelah mengunjungi taman monumen bung Hatta yang asri dan teduh karena disekeliling nya masih banyak pohon-pohon besar, dan setelah berselfie ria di Jam Gadang sebagai salah satu ikon kota Bukit Tinggi tibalah saatnya berburu kuliner khas Bukit Tinggi – berbekal WA dari Susan dan dipandu uda Adil mudah saja kami temukan target kami tersebut.


Nasi Kapau Hj Uni Mes, kios makan ini letaknya disebelah depan dari kios makan Nasi Kapau Uni Lis.....wah rupanya head to head mereka. Penataan kios makan nasi kapau disini sama semua – si Penjual berdiri di atas semacam panggung  yang berada ditengah kios, kemudian di hadapannya berbagai macam lauk ditempatkan diatas sebuah meja yang lebih rendah dari si penjual berdiri  dan disekeliling panggung ini membentuk huruf U diletakan meja tempat pembeli menyantap nasi kapau – sipembeli tinggal menunjuk lauk apa yang diinginkan; dan untuk menjangkau lauk yang ditunjuk si pembeli – si penjual mengambilnya dengan sendok kayu yang bergagang panjang sehingga bisa menjangkau lauk yang jauh dari posisi dia berdiri.


Satu hal lagi nasi Kapau beda dengan nasi Padang lho....bedanya dimana....konon nasi kapau lauk-lauknya lebih tidak bersantan dibandingkan nasi padang....ah baiknya di coba sendiri aja nanti hahaha, buat saya lebih penting menikmati gulai tambusu yang saya pilih sebagai lauk nasi kapau saya....

Hmmm Gulai tambusu.....adalah gulai usus sapi yang di isi adonan telur...dari sejak awal masuk ke kios makan ini, tampilan gulai tambusu ini sudah sangat menggoda kelihatannya sangat menjanjikan – dan ternyata memang benar sangat lekker....ususnya ketika digigit kenyal dan empuk, sementara tekstur isinya begitu lembut, cita rasa lezaatnya memenuhi mulut sehingga ingin segera menyuapkan lagi dan lagi.


Uda Adil yang memang pernah makan nasi Kapau ditempat lain, mengakui kalo nasi kapau Hj Uni Mes ini memang lebih enak dari competitornya – hihihi ini bukan promosi lho tapi testimoni dari orang yang sudah nyicipin nasi kapau ditempat lain.


Yang dahsyat si Andi – dia seperti kalap makan nasi kapau Hj Uni Mes ini;  berbagai lauk dia coba, tak lupa nasinya nambah....brutal hahahaha.....

Setelah selesai santap siang dan menunaikan sholat kami lanjutkan city tour ini ke gua jepang, jaringan terowongan yang berada dibawah kota bukit tinggi ini sangat menarik – nggak kebayang bagaimana mereka membuat terowongan ini.


Lokasi gua jepang ini juga cukup unik karena berada di tebing sebuah bukit sehingga menyajikan panorama yang indah, belum lagi kehadiran monyet-monyet yang kelihatan jinak dan terbiasa dengan manusia membuat suasana yang berbeda.


Menjelang jam 14.00 kami meninggalkan lokasi untuk pindah ke lokasi untuk pencarian oleh-oleh khas Sumatera Barat. Kelar belanja oleh-oleh kami bergerak kembali ke Padang......tapi ditengah jalan mampir lagi makan sate padang mak Syukur.....hehehe entah mengapa setelah turun dari Kerinci saya jadi cepat lapar....seakan-akan tubuh saya meminta untuk recovery tenaga yang telah dikeluarkan selama pendakian kerinci.


Akhirnya tiba juga kami di bandara internasional Minangkabau sekitar jam 17.30, setelah kembali merapikan barang bawaan kami pun pamitan dan berpisah dengan uda Adil, thanks  Uda sudah menemani kita seharian.


Lion air yang akan membawa kami ke Jakarta kali ini terbang on time; pukul 20 kami sudah boarding, dan segera take off begitu mendapat ijin take off dari tower......duduk dibagian emergency door menyebabkan kami punya ruang kaki yang lebih luas (thanks buat Andi yg sudah booking kursi ini), ruang kaki yang lapang menyebabkan saya begitu nyaman.......dan segera tertidur begitu pesawat take off......ahh...selamat tinggal Padang...zzz....zzz..zzz.


-------///------



Special thanks to

 pak Imara and Tim

uda Adil