Pendaki abal-abal beraksi kembali.
Nopember 2016,
PT Samudera Indonesia Tbk berulang tahun yang ke 52, tepatnya pada tanggal 13
November, Komunitas Pecinta Alam Samudera Indonesia (KomPAS) mengadakan
ekspedisi pendakian gunung Sumbing (3.371mdpl) – jawa tengah, untuk
memperingati hari jadi PT. Samudera Indonesia ini.
Kegiatan ini
mengingatkan saya kembali ke masa dua tahun yang silam (Nov 2014), dimana saat
itu KomPAS mengadakan ekspedisi pendakian Gunung Semeru (3.676 mdpl) untuk
memperingati 50 tahun Samudera Indonesia. Dan saat itulah saya memulai
aktivitas saya sebagai pendaki gunung abal-abal.
Pada pendakian
perdana tersebut saya ditemani anak perempuan saya (Alin) yang memang sudah biasa naik gunung – Alin
memang diminta beberapa teman untuk mengawal saya karena merasa kuatir dengan
kesehatan saya yang belum ada setahun pasang ring jantung.
Sayangnya pada
pendakian tersebut saya gagal sampai ke puncak Semeru, namun dari sisi mental
sukses karena mampu membangun percaya diri saya bahwa saya mampu mendaki gunung
(meskipun Cuma sebagai pendaki abal-abal :D )
Sejak saat
tersebut saya selalu ikut dalam pendakian-pendakian yang di adakan oleh KomPAS
Ekspedisi
Kompas ke gunung Sumbing kali inipun saya ikut serta; bagi saya adalah
kebanggaan bisa mengucapkan selamat ulang tahun ke Perusahaan tempat saya
bekerja sebagai karyawan selama hampir 25 tahun ini, apalagi disampaikannya
dari puncak gunung…..Epic banget gitu lho….
Dan kali ini
saya seperti mengulangi kejadian dua tahun silam, saya ajak Alin untuk ikut
dalam pendakian ini. Alin hampir dua tahun ini vakum dari kegiatan pendakian, hal
ini disebabkan musibah kecelakaan motor yang dialaminya yang membuat tulang
paha kirinya patah dan harus dipasangi pen – setiap kali saya pergi mendaki
dengan teman-teman Kompas dia hanya bisa memandang iri kepada saya, apalagi
gunung yang saya daki adalah gunung yang belum sempat dia datangi seperti
Ciremai, Selamet dan Kerinci.
Kini setelah
lebih satu setengah tahun masa pemulihan kakinya saya ajak Alin untuk mulai
mendaki lagi, biar dia tidak iri dan stress lagi dan mudah-mudahan tidak
berdampak buruk pada kaki kirinya.
----///---
Jumat, 11 November 2016 traffic jam
Hujan lebat
yang mengguyur Jakarta sejak jam 14.30 membuat lalulintas Jakarta macet total,
usaha saya untuk hadir di acara pelepasan ekspedisi di Kantor Pusat Samudera
Indonesia di Slipi akhirnya harus berakhir dan menyerah setelah sampai jam
17.00 tidak bisa menembus kemacetan di underpass dukuh atas.
Saya putuskan
untuk belok kiri menuju Semanggi, kemudian mengarah ke Gatot Subroto untuk menjemput alin di
seberang kantornya dan lanjut ke parkiran Bis di UKI yang merupakan meeting
point keberangkatan.
Jam 18.30 dalam
cuaca hujan rintik-rintik saya tiba di meeting point; beberapa teman Kompaser
sudah sampai lebih dulu, antara lain, kang Jaen, Lae Charles, bang Mardiansyah,
Kang Yayan dan isteri, Jiunk, Pepy Agung, capt America pak Abu, bang Dewa dan
beberapa lagi yang lain; yang lain yang belum hadir kelihatannya masih berjuang menembus macet
untuk mencapai meeting point ini; total peserta pendakian kali ini akan di
ikuti oleh 43 pendaki jumlah yang cukup banyak sayangnya tidak sampai 52
peserta, supaya sama dengan angka umur Samudera Indonesia.
Dua sleeper
bus (Doraemon dan Hello Kity) sudah siap menunggu di parkiran; dua bus ini unik
bukan tempat duduk yang tersedia untuk penumpangnya tapi tempat tidur…..setiap
bus mampu menampung 20 penumpang sleeper.
Jadi kabin bus
ini didesain sisi kiri dan kanan menempel ke dinding dipasang tempat tidur, susun dua sebanyak
lima buah ke belakang dengan sekat pembatas antara tempat tidur. Setiap
kompartemen tidur ini dilengkapi kasur busa, bantal, selimut, colokan listrik
dan pada dinding sekat pembatasnya terdapat satu layar TV Lcd 14”, satu botol
air mineral 600ml tersedia untuk minum kita, untuk privacy kompartemen tidur
ini juga dilengkapi tirai sehingga tidur bisa lebih nyaman, selain itu juga
disediakan sandal hotel untuk masing2 penumpang (alas kaki yg kita pakai
disimpan di bagasi bus). Jadi mirip seperti hotel mini berjalan. Kalau yang
kemarin malah tiap kompartemen dapet satu nasi box – bebek kaleyo……(tapi yang
ini dari panitia, bukan dari bus…hehehe)
Rasanya sudah
lewat jam 20.30 ketika bus mulai bergerak meninggalkan meeting point, aahhh
akhirnya berangkat juga berarti peserta sudah lengkap….pikir saya sambil
melanjutkan tidur di kompartemen saya….zzz….zzz….zzz sejak selesai makan malam
saya memang langsung naik ke sleeper bus dan langsung rebahan tidur tidak
kumpul dengan teman-teman yang asyiik ngobrol sambil menunggu teman yang belum
datang.
Sabtu, 12 November welcome to Garung
Efek dari
keberangkatan yang terlambat dari meeting point menyebabkan kami baru bisa
sampai di Garung desa tempat basecamp pendakian Sumbing sekitar jam 09.30 – kami
segera turun dan mempersiapkan diri, sarapan dan repacking, apa-apa yg tidak
perlu dibawa dititipkan di basecamp.
Info dari mas
Kukuh – Kutu Gunung Indonesia yang menjadi EO pendakian kali ini menyampaikan
bahwa cuaca di puncak Sumbing kurang kondusif, hujan turun hampir setiap hari.
Gunung Sumbing
sendiri mempunyai ketinggian 3.371 mdpl merupakan gunung berapi aktif dan
meletus terakhir pada tahun 1730. Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ke
tiga di pulau jawa setelah gunung Semeru dan gunung Slamet.
Berhadap-hadapan
dengan gunung Sumbing terdapat gunung Sindoro, kedua gunung ini dipisahkan oleh
jalan raya Temanggung – Wonosobo, jalan ini biasa juga disebut kledung pass.
Kalau kita melintas di jalan ini pada siang hari yang cerah pemandangan kedua
gunung ini seperti lukisan pemandangan
alam anak TK; mungkin masih ingat lukisan sewaktu kita TK, ada dua gunung terus
dipertemuan kedua-nya ada jalan yang memisahkan dan dikiri kanan jalan ada
sawahnya….hehehe nah seperti itulah pemandangannya.
Gunung sumbing
yang terletak di tiga kabupaten yaitu kabupaten Wonosobo, Temanggung dan
Magelang, ini memiliki beberapa jalur pendakian yaitu :
-
via Garung – Wonosobo, jalur ini yang paling
popular dan jalur ini juga yang akan di pakai kompaser.
-
Jalur Cepit – Temanggung
-
Jalur Bowongso – Wonosobo

Memang kalau
bicara gunung, tiap gunung itu punya karakter dan kepribadiannya masing-masing,
satu dan lainnya tidak bisa disamakan. Ada gunung yang ramah menawarkan
kemolekannya kepada pengunjung, seperti gunung Bromo di jawa timur, atau gunung
Tangkuban Prahu di jawa barat pengunjung dengan mudah bisa mencapai puncaknya
dan menikmati keindahannya; tapi sebagian besar gunung tidak mudah untuk di
jamah bahkan banyak yang tidak ramah kepada pendakinya.
Sehingga tidak
berarti jika telah berhasil mendaki gunung yang lebih tinggi maka akan dengan
mudah bisa menaklukan gunung yang lebih rendah – tergantung karakter si Gunung
tadi, ramah dan bersahabat atau tidak dengan para pendakinya.
Namun justru yang
tidak ramah itu yang menantang para pendaki untuk menggapai puncak setiap
gunung, semakin tidak ramah semakin besar kepuasan batin yang diperoleh jika
berhasil mencapai puncaknya – sensasinya luar biasa ada rasa puas karena telah
mampu mengatasi rasa lelah, mampu melewati rintangan alam, mampu mengatasi
cuaca extrim, mampu mengalahkan diri sendiri, dan dibalut rasa takjub dan syukur
kepada sang Pencipta akan kebesaran ciptaan NYA.
Sekitar jam
10.30 kami dikumpulkan untuk briefing mas Kukuh menjelaskan bahwa kita akan
segera berangkat dan nantinya akan ngecamp sesudah Pos III tapi sebelum Pestan
(pekan setan atau pasar setan); dari lokasi ngecamp ini untuk menuju puncak
masih sekitar 3-4 jam lagi. Pilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan
keamanan, karena jika ngecamp lebih ke atas lagi di pestan atau watu kotak
tempatnya terlalu terbuka sehingga jika ada badai sangat beresiko.
“Waktu tempuh
dari pos satu ke lokasi ngecamp diperkirakan 3,5 – 4 jam” papar mas kukuh.
“Itu waktu
tempuhnya siapa mas?” Tanya salah seorang peserta.
“3,5 – 4jam
itu waktu tempuh dengan kecepatannya pak Imam” jelas mas Kukuh; wkwkwkwk semua
peserta tertawa – rupanya kecepatan saya jalan sudah dijadikan standar sama mas
Kukuh (kebetulan waktu di Kerinci mas kukuh juga yang menjadi EO nya jadi dia
tau speed saya).

Saya sih
sebagai pendaki abal-abal enjoy aja dijadikan standar malah tidak ada beban
harus mengikuti speed seseorang; dan ternyata bukan Cuma kecepatan saya saja
yang dijadikan standar, bahkan saya juga dijadikan altimeter hidup untuk
mengukur ketinggian yang sudah dicapai.
Jadi kalau mau
tau sekarang di ketinggian berapa tinggal liat aja pak Imam, kalau baru pucat,
pusing dan mual-mual berarti itu baru sampai ketinggian 2.500 mdpl, kalau sudah
sampai muntah-muntah berarti sudah di 3.000mdpl huahahahaha – ada-ada aja
memang teman2 kompaser ini.
Setelah
briefing dilakukan penunjukan panglima pendakian, kali ini kang Rudi TSJ yang
ditunjuk sebagai panglima pendakian – dengan gelar Panglima Sumbing…..(hihihi
bukan sumbing bibirnya lho ini sumbing nama gunung) Panglima lah yang berhak
mengambil keputusan jika terjadi sesuatu kondisi darurat ataupun perubahan
rencana. Yah kira-kira kalau dalam turing motor dia bertindak sebagai Road
Captain.

Soalnya kalo
yang mbonceng duduk dibelakang di kuatirkan akan jatuh terjengkang saat melibas
tanjakan terjal dengan jalanan berupa makadam dengan kecepatan tinggi………
Naik ojeknya
Cuma 20 menit tapi rasanya berjam-jam plus full doa…..kalau sudah seperti ini
saya pasrah aja sama ridernya nggak usah sok nyeimbangin dan lain-lain…..itu
liat batu2 makadamnya…wedew kalo jatuh dijamin periiihhh…….
Akhirnya
sampai juga di pos 1 Malim, beberapa teman juga sudah sampai di pos 1 yang lain
masih di basecamp nunggu ojek yang kami pakai kembali ke bawah. (jumlah ojek
lebih sedikit dari jumlah pendaki).
Dari kelompok
yang sudah sampai itu kita sepakat untuk mulai jalan terlebih dahulu tidak
menunggu yang lain tiba, maka kami pun segera melangkahkan kaki
Dari pos 1
menuju pos 2 kami langsung disambut dengan jalanan menanjak; belum ekstrim
memang tapi cukup untuk mulai membuat badan berkeringat dan nafas tersengal,
ini memang baru awal, baru pemanasan namun jika dari awal sudah salah setting
speed bisa-bisa belum sampai pos 2 nafas dan tenaga sudah habis.
Saya sendiri
jalan santai sekali, sehingga tidak mengherankan saya dan alin langsung
tercecer dibelakang dari rombongan pertama ini.
Ternyata bener
apa yang ditulis di blog pendaki, tracknya nanjak terus nyaris nggak ada
datar-datarnya; saya tiba di pos 2 setelah jalan lebih dari satu jam.
Pos 2 Genus,
saya tidak tau pasti berapa ketinggiannya tapi perkiraan saya belum mencapai
2.000mdpl, koq tau?.....soalnya saya belum pusing dan mual-mual hehehehe
….wkwkwkwk
Saya dan alin
hanya beristirahat sebentar di pos 2 ini.
Pos 2 ke pos 3
jalurnya semakin berat dan sewaktu briefing mas Kukuh sudah wanti-wanti kalau
jalur pos 2 ke pos 3 ada jalur yang harus diwaspadai karena curam dan licin,
rupanya yang dimaksud adalah jalur engkol-engkolan.
Jalur
engkol-engkolan ini berupa tanjakan terjal, tanjakannya ini terbelah-belah oleh
beberapa jalur air sehingga tampaknya ada beberapa jalur yang semuanya terjal
dan kita tidak tau mana jalur yang paling mudah dan nggak banyak jebakan
batmannya.
Ketika saya
dan alin mendaki di engkol-engkolan ini kami dipandu crew kutu gunung yang
sudah stand by mereka mengarahkan kami ke jalur yang benar, itupun beberapa
kali kami terpaksa diminta pindah jalur ketika didepan kami ketemu tanjakan yg
ekstra terjal.
Begitu
engkol-engkolan kita lewati maka akan segera tiba di pos 3, dari sini tidak
sampai setengah jam saya dan Alin tiba di camp tempat kami bermalam, beberapa
teman seperti kepala suku kang Yayan dan isteri, pak abu, dll sudah tiba
terlebih dahulu; saya segera cari tenda yang paling datar dan langsung
rebahan…… untuk menstabilkan kembali kondisi saya, soalnya sudah mulai pusing
dan mual……kemungkinan besar tempat kami ngecamp ini diketinggian 2.500 an mdpl.
Saya tiba di
tempat ngecamp tersebut sekitar jam 1400 lebih sedikit, jadi dari pos satu
tempat turun dari ojek sampai ke camp saya membutuhkan waktu 3 jam lebih
sedikit….heh lumayan capek…..
Satu demi satu
teman-teman yang di belakang tiba di lokasi camp; yang paling kompak memang
teman-teman dari tim silkargo kami menyebutnya tim pos kota, mereka selalu
bersama tidak terpisah-pisah tim ini dimotori kakak beradik lain bapak lain ibu
Yudha dan yudhis, terus ada dua bomber (badannya gede-gede) japra dan hegar,
terus ada Edoy (dulu waktu masih main bola bareng saya kenalnya edy kebot),
terus ada Onny (yang jaket consinanya samaan sama saya) dan 2-3 orang lagi saya
lupa namanya yang jelas ada satu yg ikut summit slamet.
Tim pendakian
kali ini memang kumplit bukan saja mencerminkan NKRI tapi internasional, dari
Panjang (Lampung) diwakili Yasin Striker, wakil sumatera Selatan - Palembang
ada pak Abu Capt Amerika, dari Balikpapan Lae Charles, dari Pontianak (?) Timor
M, dari Banten-Merak ada Dodo chupet, perwakilan Korea ada Kang Jaen (KMTC),
perwakilan jepang ada Paman Budi Mazbro (Hinode), perwakilan Singapore ada
Rommy dan Bernard (SSL)….
.
Juga banyak
muka baru yang langsung menunjukan performa luar biasa seperti kang Puspito
Budi Winarko (PBW) dari awal sampai di camp nggak keliatan lelah sama sekali,
juga da bro Ino (sutrisno ijar) yang tinggi langsing pastinya langkahnya
enteng, mas Suhendra dari SSTI juga pemain baru yang pendiam,
Petinggi lain
yang ikut adalah bang Lukas (orangnya memang jangkung tinggi), Ada kang Andi
yang selalu sibuk nyari sisir, dari CIA diwakili Dony (apa Donno ya….)
Sesampainya di
lokasi camp seperti biasa ngobrol becanda saling ledek-ledekan sesama pendaki
yang bikin kita ketawa lepas melupakan kepenatan dan juga lupa kerjaan kantor hehehehe.
Bagusnya lagi
lokasi yang dipilih kutu gunung ini strategis sekali dengan view pemandangan
yang cantik sehingga cocok di jadikan foto booth. Maka segera saja foto booth
alam ini di okupansi oleh teman-teman kompaser, sampai-sampai pendaki lain yang
kebetulan ngecamp di lokasi yang sama tidak dapat kesempatan untuk foto-foto,
kebayangkan gimana susahnya ngusir 43 orang yang lagi pada narsis selfie an
hehehehehe.
Belum lagi
hebohnya pengambilan video shooting ucapan selamat ulang tahun Samudera
Indonesia yang harus dilakukan retake beberapa kali – sengaja di shoot saat masih
di camp untuk jaga-jaga jika besok tidak bisa summit karena cuaca buruk, maka
sudah ada dokumentasinya.
Menjelang
senja bendera kompas, bendera samudera dan bendera merah putih plus spanduk
diserahkan ke kang yasin – striker gunung ini dipercaya mampu membawa
panji-panji kebesaran ini ke puncak sumbing dini hari nanti saat summit attack.
Ketika senja
tiba kami pun sholat magrib dan isya berjamaah di lanjut dengan becandaan lagi
sambil nunggu makan malam tiba, sambil ngobrol tersebut kang aam menyampaikan akan
ada pemilihan pendaki keren katanya…..yang kreterianya apa saya juga nggak
jelas hihihi karena waktu itu saya sudah didalam tenda dan tidur-tidur
ayam…..setelah dapet makan malam langsung tidur beneran….zzz….zzz.zzz…zzz
Minggu, 13 Nopember 2016…Summit attack
Sesuai apa
yang disampaikan saat briefing setelah sholat isya bahwa kita akan start untuk
summit attack pada pukul 03.00 dini
hari, maka pada pukul 02.30 camp kami sudah mulai ramai dengan suara kehidupan,
masing-masing mempersiapkan diri, sebenernya saya males bangun sudah enak
didalam sleeping bag soalnya tapi karena ini momen penting jadi saya segera
bangun dan untunglah udara tidak terlalu dingin menurut saya – entah mungkin
karena musim hujan atau hal lain, yang jelas saya merasakan tidak sedingin
gunung-gunung sebelumnya, tidak lama segelas kacang ijo dan dua lembar roti
tawar dibagikan panitia sebagai sarapan sebelum summit.
Sarapan ini
segera berpindah tempat dari gelas ke
lambung perut saya....

Kami terus
berjalan bersama sampai kemudian terdengar adzan subuh, di imami oleh mas bro
kamipun menunaikan sholat subuh berjamaah.
Tidak lama
kemudian kami melewati pos pestan (pekan setan – atau pasar setan dlm bahasa
indonesianya), dinamai pasar setan dikarenakan memang di daerah ini beberapa
kali pendaki mengalami penampakan adanya pasar ghaib. Sebenarnya di beberapa
gunung lain ada tempat semacam ini setidaknya ada 7 pasar setan yang dikenal
orang yaitu : pasar setan gunung Merbabu, pasar bubrah gunung Merapi, pasar
setan gunung Argopuro, Pasar setan gunung Lompo Batang-bawakaraeng, Pasar setan
Gunung lawu, pasar setan Gunung Arjuno dan pasar setan Gunung Sumbing.
Namun demikian
kita tidak perlu takut dengan hal-hal mistis tersebut, asalkan hati dan pikiran
kita bersih dan selalu berdzikir insya Allah tidak ada gangguan apa-apa.
Saya dan Alin
terus berjalan entah kenapa mas bro tertinggal di belakang, mungkin dia masih
nunggu temannya atau ngobrol dulu, tidak lama kemudian saya melewati beberapa
teman yang sedang beristirahat antara lain pak PBW.
Lepas dari
Pestan sekarang kami masuk track berbatu-batu pepohonan juga sudah mulai
jarang, track sekarang berada di alam terbuka, jika kita memandang ke langit
maka tampak bintang-bintang bertaburan menghiasi langit-indah…..udara bersih
enak sekali cuacanya….tidak berangin seperti waktu rinjani dan kerinci.
Saya dan alin
terus berjalan perlahan tapi pasti naik meter demi meter ketinggian kami terus
bertambah, Pasar watu kami lewati…..di sebuah tanjakan ketemu kang aam, dodo,
odink dan beberapa teman lain, lumayan dapet pudding dari kang aam buat ganjel
lambung yang mulai mual-mual.
Istirahat
sebentar kemudian saya lanjut jalan lagi kali ini kang dodo menemani kami, kang
dodo goweser handal ini punya tubuh kecil dan ringan jadi dia saya minta di
depan mencari jalan, di beberapa tempat memang kita setengahnya manjat
batu-batu yang ada sampai akhirnya kita tiba di watu kotak.
Menurut info
di internet dari watu kotak ke puncak itu butuh waktu satu jam mendaki,
sementara itu hari sudah semakin terang sekitar jam 6.30 saat itu jadi kalau
jalan terus sekitar jam 7.30-8.00 akan tiba di puncak…..wedew masih lama juga
ya….. sementara mual makin menjadi ini…hmmm 2.900 an meter kayaknya nih.
Saya yakin
teman-teman yang jalan duluan pasti sudah sampai di puncak, ah ayoolah saya
harus juga bisa sampai puncak, saya harus bisa summit sama alin kali
ini…..begitulah pikiran saya coba menyemangati tubuh saya yang mulai kelelahan
dan tidak nyaman terserang AMS (acute mountain syndrome).
Sementara kang
dodo nunggu kang aam saya lanjutkan perjalanan dengan alin dalam perjalanan
naik ini saya ketemu crew dari kutu gunung yang member tau bahwa nanti
setibanya di percabangan saya harus ambil jalur yang kanan menuju puncak kawah,
jangan ambil ke kiri yang menunju ke puncak buntu.
Aahh berarti
sudah semakin dekat ini…..bongkahan batu demi bongkahan batu kami langkahi,
panah petunjuk arah ke puncak kawah sudah terlihat… semakin semangat
saya…….tiba-tiba dari arah kanan kang dodo muncul dari bawah….halah motong
jalan dia rupanya, kami kembali bertiga di ikuti kang aam dibelakangnya di
track menuju puncak kawah…..kami berpapasan dengan beberapa teman yang sudah
dari puncak dan akan kembali ke base camp. Mereka menyemangati kami dengan
memberitahukan puncak tidak sampai 15 menit lagi sampai.
Sementara itu
cuaca cerah sudah berubah menjadi berawan dan sesekali kabut menutup pandangan.
Seorang crew
kutu gunung Indonesia membantu kami saat harus melipir melewati batu yang
berada dipinggir jurang, selanjutnya jalan ke puncak terbentang datar berupa
punggungan sempit dimana disuatu titik disisi kanannya ada bongkahan2 batu
membentuk puncak…..kami tiba di Puncak Kawah…… 3.371 mdpl, tertinggi ketiga di
pulau jawa setelah Semeru dan Slamet.
Alhamdulillah……Allahu
Akbar…..gumamku bersyukur kepada Allah karena akhirnya saya bisa summit bersama
Alin, saya pun sujud syukur ke hadirat Allah Subahanallah Wata’alla.
Obsesi saya
untuk summit bersama putriku yang dua tahun lalu gagal diwujudkan kini berhasil
saya realisasikan, terima kasih ya Allah yang telah memberikan kesempatan dan
kekuatan kepada saya untuk bisa sampai ke puncak Sumbing ini.
Tidak lama
kemudian teman-teman yang lain pun tiba di puncak; bang Dewa, Odink, PBW, kang
Andi dan yang lain-lainnya. Seperti biasa acara dipuncak adalah foto foto dan
menikmati indahnya puncak – dan tentunya yang terpenting adalah video shooting
ucapan selamat ulang tahun Samudera Indonesia ke 52.
Kelihatannya
akan ada beberapa versi ucapan selamat ulang tahun, karena ada beberapa kali
pengambilan video – entah yang mana yang akan di jadikan sebagai ucapan yang official; aahh tapi yang manapun
sebenarnya sama sahnya karena diucapkan dengan tulus dan penuh antusias dari
puncak gn sumbing ini.
Kami tidak
puas-puasnya selfi dan becanda di puncak sampai-sampai salah satu crew kutu
gunung mengingatkan agar kami segera turun karena sudah lewat jam 08.30;
setelah membereskan perlengkapan agar tidak ada yang ketinggalan kami pun
turun.
Ujian belum selesai……
Kalau anda
berfikir setelah berhasil summit maka semuanya sudah selesai, anda salah besar.
Naik gunung dan
turun gunung adalah dua cerita yang berbeda, walaupun secara teoritis turun
gunung selalu lebih cepat dari pada naik gunungnya namun turun gunung ternyata
sering kali lebih menyiksa daripada naiknya – apalagi jika cuaca tidak
bersahabat seperti kali ini.
Satu hal yang
harus kita waspadai saat beraktifitas outdoor di puncak gunung adalah perubahan
cuaca, perubahan cuaca sering kali terjadi dengan cepat dan mengubah situasi
safety menjadi berbahaya. Contoh datangnya kabut akan menyebabkan jarak pandang
terbatas sangat berbahaya untuk terus berjalan, atau yang extrim datangnya
badai misalnya akan mengubah situasi secara drastis.
Kali ini hujan
turun mengiringi kami turun dari puncak…..air yang membasahi permukan bebatuan
menjadikannya licin, kami harus melangkah hati-hati.
Alin yang baru
pulih dari kaki patahnya harus berjalan ekstra hati-hati karena dokternya sudah
wanti-wanti jangan sampai jatuh lagi. Maka saya dan alin pun segera tercecer
dari rombongan, di kelompok terakhir ini ada 5 orang, Saya dan Alin, agus dan
endah (dua teman ini dari Hanjin) serta pak Rodi.
Kami terus
diguyur hujan yang sekali-kali berhenti kemudian turun lagi demikian
seterusnya, jalur turun berbatu ini
terasa demikian panjang dan sulit – buat saya sebenarnya tidak terlalu masalah
tapi yang membuat saya risau adalah Alin saya kuatir kalau sampai dia
terpeleset.
Untungnya Alin
juga cukup tanggap dengan kondisinya, jadi kalau turunannya terlalu terjal dan
tidak aman maka dia turunnya mbrosot (istilahnya apa ya dalam bahasa Indonesia yg
tepat) sehingga mengurangi resiko terpeleset – tapi konsekuensinya perjalanan
jadi lambat.
Setelah
berjuang cukup lama akhirnya watu kotak pun terlewati demikian juga pasar
watu….trek berubah menjadi jalur tanah yang sama licinnya ketika kita melewati
pestan menuju ke camp kita.

Sekitar pukul
13.00 kami berlima (Saya, Alin, Agus, Endah dan Rodi) meninggalkan camp turun
tanpa didampingi crew kutu gunung yang masih sibuk membongkar tenda dan
merapikan kembali lokasi camp kita.
Hujan yang
semula tidak deras kali ini menjadi deras selepas kami meninggalkan pos 3,
hujan deras ini mengubah track engkol-engkolan yang jika tidak hujan saja sudah
menyulitkan kini berubah menjadi mimpi buruk buat saya.
Tanpa penunjuk
jalan saya memasuki track yang salah disebelah kiri, jalur menurun licin ini
benar-benar tanpa pijakan berundak dan miskin belukar untuk pegangan parahnya
di ujung turunan ini sekitar 10m kebawah berupa turunan terjal sekitar 1,5m.
Saya yang
didepan coba membuka jalan dan terpeleset sehingga meluncur ke bawah dengan
cepat beruntung saya bisa menggapai alang-alang ditepiannya dan bertahan disana
(saya terjebak disini), alin yg kuatir berteriak minta tolong ke pendaki lain
yang lewat.
Seorang
pendaki yang lewat mencoba membantu saya dari sisi kanan dengan menjulurkan
dahan pohon ke tengah track, posisinya ada dibawah saya sekitar 5 meteran, jadi
saya harus meluncur dulu sambil berusaha menangkap dahan pohon…..hiks sedikit
acrobat dan butuh ketepatan ini, jika gagal menangkap maka saya akan jatuh dari
ujung terjal sekitar 1,5m.
“Bismillah….”
Saya lepaskan alang-alang yang saya gandolin dan tubuh saya pun meluncur di
permukaan lumpur yang licin dengan derasnya….dan hupp!! Saya berhasil menangkap
dahan pohon tersebut.
Dengan
berpegangan dahan pohon tersebut saya berdiri dan berpindah jalur ke kanan,
dalam pada itu Ubay crew dari kutu gunung sampai di lokasi kami tertahan, dan
dengan dibantu ubay kami merayap menuruni engkol-engkolan ini.
Setelah
beberapa kali terpeleset jatuh yang menyebabkan seluruh tubuh saya kotor dengan
lumpur termasuk muka yang cemong-cemong track engkol-engkolan kami lalui dan
tiba di pos 2, aahh tinggal etape terakhir nih pos 2 ke pos 1 pikir saya…..tapi
baru jalan sebentar seorang pendaki yang menyusul kami mengabarkan kalau pak
Rodi sendirian dan keliatannya kepayahan untuk turun. Mendengar itu saya minta
ubay agar ke pak Rodi saja untuk memback up dia, biar saya dan alin turun ke
pos 1 sendirian insya Allah kami bisa.
Maka kini saya
dan alin menuruni track ke pos 1 tanpa back up lagi, track yang saya pikir
sudah enteng ternyata tetep aja licin dan susah dilalui hehehe; terus terang
bukan kali ini saja saya turun gunung dalam keadaan hujan, waktu turun dari
semeru dan turun dari ciremai pun kami di hajar hujan tapi tidak sesulit ini
melalui tracknya – yang ini benar-benar membutuhkan kesabaran.
Suara adzan
Ashar terdengar sayup-sayup, saya ingat kebiasaan di daerah wonosobo jika azan
ashar itu bukan pas jam nya ashar (bisasanya 15.15 -15.30) tapi mereka azan
ashar di jam 16.00 – 16.30 konon alasannya jika azan tepat pas ashar biasanya warga masih di ladang
belum sampai di rumah, sehingga nggak ada yang sholat jamaah di mesjid, makanya
azannya di geser lebih sore nunggu orang orang pulang dari ladang tsb.
Berdasarkan
azan tersebut saya coba perkirakan posisi saya dan coba menghitung berapa lama
saya telah berjalan dan perkiraan kami tiba di basecamp (saya tidak pakai jam
karena jam tangan saya talinya putus saat summit tadi pagi jadi jam saya simpan
di ransel). Saya start tadi jam 13.00, kalau azan tsb jam 16.30 berarti saya
sudah berjalan 3,5 jam jika waktu tempuh normal adalah 4 jam maka perkiraan
saya harusnya akan tiba di base camp antara 30 menit – 60 menit lagi atau
antara jam 17.00 – 17.30.
Terus terang
saya semakin semangat, terdengarnya azan dan deru motor di kejauhan menunjukan
kami makin mendekati kampung dan artinya penderitaan kami akan segera berakhir
hehehehe. Apalagi selepas pos 2 Alin sambat kalau lututnya sakit, saya sudah
pernah merasakan lutut sakit pas turun gunung, itu berarti setiap langkah
adalah siksaan karena nyeri sampai ke ubun-ubun – kalau ketemu jalan datar
rasanya nikmat banget tidak sakit sama sekali…..tapi begitu turunan bahkan jika
berupa undakan pun nyerinya luar biasa….jadi saya sudah kebayang apa yg
dirasakan Alin, satu-satunya solusi adalah segera keluar dari medan berat ini.
Kami terus
menuruni jalanan tanah basah yang kini makin bersahabat karena berbentuk
undakan, sampai kami tiba disuatu tikungan dimana diujung tikungan tersebut
terlihat atap pos 1 tempat ojek-ojek mangkal……Alhamdulillah kami sampai di pos
1, rasanya senang sekali melihat tukang ojek yang menyambut kami….seperti
melihat malaikat penolong…..hahaha.
Dua ojek
segera membawa kami turun menuju base camp pendakian, saya tidak peduli dengan
penampilan saya yang mirip tentara baru keluar hutan setelah berhari-hari
bertempur hehehe alias dekil, basah kuyup dan cemong-cemong, sepatu penuh
lumpur……yang penting saya keluar hutan sebagai pemenang bukan
pecundang…..hehehe
Teman-teman
sudah rapi semua ketika saya tiba di base camp, mereka bertepuk tangan ketika
ojek kami tiba….karena kami adalah 5 terakhir yang sampai ke base camp – saya
segera duduk istirahat dan minta tolong dodo untuk memesankan teh panas
hangat…..thanks ya do ini teh hangat ternikmat yang pernah saya rasakan.
Saya
lepaskan ransel, jaket, sepatu yang
semuanya basah dan kotor berlumpur dan segera pergi mandi bersih-bersih dengan
air yang super dingin.
Semangkok
indomie rebus plus telur segera berpindah tempat ke perut saya rasanya nikmat
apalagi setelah mandi air es, sementara saya menyantap mie instant azan magrib
terdengar. Teman-teman sudah siap-siap untuk naik bis ketika saya selesai
menunaikan sholat magrib + isya; dibantu seorang crew kutu gunung saya packing
barang-barang saya yang masih berantakan…….
Saya jadi
penumpang terakhir yang menaiki sleeper bus hello kitty dan segera masuk ke
dalam kompartemen tidur saya…..aahhh nikmatnya berbaring di kasur empuk dan
hangat….

Begitu bus
bergerak tidak sampai lima menit kesenyapan menyelimuti kabin bus, kalaupun
masih ada yang bangun umumnya asyiik menshare foto-foto pendakian via whatsapp…….ah
betapa nikmatnya berbaring dan mengingat waktu2 summit dengan teman-teman
terbaik…..tidak ada lagi rasa lelah atau sakit yang ada kini adalah kenangan
manis yang bisa membuat kita tersenyum sendiri……dan saya rasa saya tertidur
dengan senyuman di bibir……zzz….zzz…..zzz
Tiga jam
kemudian kami sudah tiba di Purwokerto dan dibangunkan untuk makan malam saat
itu sekitar jam 22.00, kami turun bus seperti zombie berjalan dengan malas –
makan tanpa semangat, selesai – dan kembali berjalan gontai ke bus untuk
meneruskan tidur kami dengan perut kenyang….
Senin, 14 November 2016 welcome back to the
jungle……
Tau-tau pukul
lima pagi kami sudah ada di depan UKI pemberhentian terakhir, kami segera turun
kenek bus menurunkan barang-barang kami dari bagasi bus, karena saya kemarin
naik yang terakhir barang saya di simpan di bagasi sebelah kanan terpisah
dengan barang-barang teman yang lain – jadi malah memudahkan saat diturunkan
tidak perlu milih milih.
Perpisahan dengan
teman-teman menjadi suatu anti klimaks berlangsung dalam suasana rush pagi hari
kerja – Senin, saya bahkan tidak sempat berpamitan dengan teman-teman, semuanya begitu tergesa-gesa, begitu
barang-barang saya kumplit saya langsung mencegat taksi, memasukannya ke bagasi
dan say good bye ke kang Yasin yang juga sudah mendapatkan taksinya…….sebelum
akhirnya saya masuk kedalam taksi…..aahhh welcome back to the jungle….called Jakarta,
that always rush and never sleep.
Di dalam taksi
saya minta Alin untuk menghubungi rumah, ngasih tau agar si bungsu Aliya jangan
pesen go jek dulu karena nanti saya akan antarkan dia ke sekolah seperti
biasanya.
Jam 06.00 saya
sudah diatas motor siap mengantar Aliya, nanti sepulangnya mengantar Aliya jam tujuh
saya sudah harus beangkat ke kantor berboncengan dengan isteri saya.
Jam 08.30 saya
sudah ada di ruang kerja saya kembali di Tanjung Priok, setelah sebelumnya
dalam perjalanan ke kantor mengantarkan isteri saya dulu ke kantornya…… aahhh
what wonderfull week end…rasanya seperti mimpi Jum’at pulang kantor, sabtu –
minggu naik gunung dengan teman-teman yang luar biasa dan kini senin pagi sudah
siap lagi di kantor……
Selamat Ulang
Tahun ke 52 Samudera Indonesia………………….
----the end----
Special thanks
buat
Kutu Gunung
Indonesia
Panglima
Sumbing
Agung Jiunk –
yg sudah nyiapin sleeper bus
Kang Aam –
buat Puding nya
Kang Dodo
Bang Dewa
Dan teman-teman
lain yg tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Juga mohon
maaf kalau karena saya jadi lama nunggu…..