Wednesday, August 31, 2016

Kerinci Expedition.......by pendaki abal abal




18 July 2016 – Ruang Tunggu Rumah Sakit Jantung Bina Waluya
“Bapak Imam……!”
“Bapak Imam Arkananto…..silahkan masuk pak” Suara merdu suster memanggil nama saya memecah keheningan ruang tunggu membuyarkan lamunan saya yang sedang cemas menanti hasil pemeriksaan jantung saya. Saya segera bangkit dan ditemani isteri saya segera masuk ke ruangan dokter.

Saya memang sedang cemas menantikan hasil serangkaian pemeriksaan jantung saya (EKG, Treadmill dan USG) sejak dipasang ring pada jantung saya di Februari 2014, sudah hampir setahun ini saya tidak kontrol ke dokter jantung, walaupun saya rutin minum obat jantung namun sebagai Lord of The Rings (begitu beberapa teman menjuluki saya, karena jumlah ring yang dipasang di jantung saya 6 buah, terbanyak diantara teman-teman yang sudah pasang ring) tetap saja ada rasa was-was dan cemas.

Cemas jika hasil test jantung kali ini memberikan hasil yang kurang baik dan memaksa saya harus membatalkan rencana saya untuk mendaki Gunung Kerinci.
Iya benar Gunung Kerinci; Gunung Kerinci  - dengan ketinggian 3805 mdpl, terletak diperbatasan Jambi dan Sumatra Barat.

Kerinci menyandang predikat gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia, Kerinci mendapat  julukan sebagai atap Sumatra serta masuk sebagai salah satu gunung dalam jajaran seven summit Indonesia, membuat Kerinci memiliki pamor tersendiri dalam dunia pendakian gunung.

Belum lagi misteri orang pendek dan cerita2 mistis seputar jalur pendakian serta letaknya yg berada pada kawasan habitat Harimau Sumatra, melengkapi ke angkeran Kerinci.

Namun hal tsb diatas tidak menyurutkan Tim pendaki Kompas (Komunitas Pecinta Alam Samudera Indonesia) untuk menjajal mendaki gunung Kerinci.
Makanya pendakian Kerinci ini bagi saya pribadi sangat berarti, sangat prestisius……
---
“Silahkan duduk pak….” Suara Dokter Munawar (dokter yang disarankan oleh dokter Rurus yang menangani  pemasangan ring jantung saya sewaktu di Surabaya) mempersilahkan saya duduk.

Sambil matanya membaca hasil-hasil test jantung saya beliau berkata “Hhmmm hasilnya bagus; EKG bagus…Treadmill juga ok bias sampai di stage empat, USG hasilnya tampak normal hanya ada dilatasi jantung tapi masih baik”

“Dengan kondisi seperti ini Bapak cukup kontrol 6 bulan lagi, obat dilanjutkan saja – terus dijaga kondisinya ya” Demikian ujarnya…….

“Aaahhh lega” berarti plan pendakian kerinci tetap jalan……
--
Penetapan tanggal pendakian 12-17 Agustus 2016, membawa kesulitan sendiri; karena Juni adalah bulan puasa Ramadan, dan minggu pertama Juli adalah hari raya Iedul Fitri, hal ini menyebabkan waktu untuk latihan fisik sangat sedikit hanya 6 minggu (blm dikurangi kegiatan halal bihalal dan lain-lain) maka jika hanya mengandalkan latihan fisik pada akhir minggu saja pastinya akan sangat kurang. Untuk mengatasi hal tersebut saya memaksakan diri untuk rutin bersepeda selama 30 menit, 3 kali seminggu sesudah sholat subuh, baru pada akhir pekan porsi latihan ditambah dengan jogging 1 jam dan berenang.

Kelihatannya saya seperti memforsir diri untuk latihan fisik – tapi saya paham betul kegiatan mendaki gunung membutuhkan daya tahan fisik dan mental yang prima, beratnya medan dan kejamnya cuaca akan dengan mudah menguras tenaga dan merobohkan mental pendaki yang malas berlatih ataupun menganggap enteng kegiatan outdoor yang satu ini.

Apalagi untuk gunung Kerinci yg merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia, pastinya tidak mudah di taklukan begitu saja.

Belajar dari kegagalan saya summit di Semeru (pendakian perdana) dan kegagalan summit di Rinjani (tidak menduga cuaca akan se-ekstrim itu, sehingga salah memilih outdoor gear), maka saya gali semua informasi mengenai Kerinci  yang ada di internet baik itu dari blog, dari you to be maupun dari wiki pedia – saya coba dapatkan chemistry nya Kerinci bahkan rute pendakiannya saya jadikan wall paper laptop.

Dari semua blog umumnya mendeskripsikan track kerinci cukup kejam, cuaca yang ekstrim dan berubah dengan cepat – huh!! bikin keder bacanya, namun dari clip video You to be saya liat track menuju summit nya mirip Gn Ciremai dan Gn Slamet….aahh ini memberikan harapan besar buat saya yg pendaki abal-abal tua ini (53 th hehehe); kalau ketemu track summit seperti Gn Semeru rasanya nyerah duluan deh – Trauma.

Kamis, 11 Agustus 2016 H-1 dari kebarangkatan,
Anggota tim pendakian menyusut dari semula 25 Orang tinggal 13 orang saja – menyusut hampir 50% nya…… ya begitulah sebagian karena pekerjaan, sebagian karena cedera yg belum sembuh(mirip pemain bola ya), sebagian karena masalah finansial – maklum habis lebaran banyak pengeluaran, saya sendiri musti melego 2 set side box motor saya untuk menutup biaya pendakian ini (padahal dunia motor salah satu hobby saya juga, hihihi).

Meneliti list pendaki yang tersisa ternyata ada lima orang nih yang seumuran saya, ada pak Abu (53th), Saya sendiri 53, mbak Woro (52thn), Maz Bro (51thn) dan pak Rushdee (50thn) mantap nih the magnificent five yang termuda adalah kakak-beradik Liz dan Steven (25 dan 24 thn), selebihnya kepala 3 dan 4.
Aahh 13 orang yang berangkat mendaki, berarti akan ada 13 versi cerita yang sama sahnya karena tiap orang akan punya sensasinya sendiri, akan punya kesan sendiri akan pendakian kali ini……

Kalau cerita yang ini adalah versi saya pendaki tua abal-abal…..hahahaha

Jumat, 12 Agustus 2016 hari H 20.15 WIB – Bandara Minangkabau,

Batik Air ID6816 mendarat di bandara Minangkabau – Sumatera Barat, tepat 20.15 WIB, Enam orang tim pendaki Kompas (Kang Yayan, Mbak Rini, Maz Bro, Mbak Woro, Kang Aam dan Saya) bergegas menuju pengambilan bagasi, diluar bandara telah menunggu lima orang tim pendaki (Kang Andi, Liz, Steven, Pak Abu dan Pak Rusdi) mereka menggunakan pesawat lain dan tiba lebih awal dari rombongan kami, Sisa anggota tim masih dua orang lagi (Kang Adi, dan Bang Yasin) rencananya akan tiba dengan pesawat berikutnya.

Dengan bantuan tim dari Kantor Samudera Indonesia – Cabang Padang dibawah komando pak Imara kami pun di transfer dari Bandara ke kantor SI Padang, kami beristirahat sejenak di kantor ini sambil menunggu Adi dan Yasin (belakangan dapet info Yasin ketinggalan pesawat karena pesawat yg ditumpanginya gagal connecting dengan pesawat yg ke padang) – oleh-oleh dari pak Abu berupa empek-empek pun segera digoreng oleh tuan rumah dan di sajikan hangat-hangat plus cuka segar…..aahh nikmatnya menyantap empek2 asli Palembang ber ramai-ramai.

Setelah Adi bergabung di kantor SI Padang, tepat jam 24.00 dengan tiga buah mobil tim pun bergerak menuju Kersik Tuo – Jambi yang berjarak 195km dari Padang;

Sedangkan Yasi diharapkan bisa menyusul kami dengan penerbangan paling pagi esok harinya.

Sabtu, 13 Agustus 2016 – Day 1
Pelompek – demikian nama desa tempat basecamp kami, terletak di kecamatan gunung tujuh, basecamp kami memang lebih dekat ke lokasi gunung tujuh dibandingkan ke gunung kerinci, sebagian besar base camp untuk pendakian ke kerinci umumnya terletak di Kersik Tuo – didekat area perkebunan teh Kayu Aro.

Pagi itu setelah kami tiba di basecamp acaranya adalah bersih-bersih dan repacking; barang-barang yang tidak perlu dibawa mendaki ditinggalkan di base camp; sebisa mungkin bobot keril yang dibawa adalah seringan mungkin tapi tanpa meninggalkan barang2 yg diperlukan selama pendakian.

Menjelang tengah hari kami berkumpul, mas Kukuh dari Kutu Gunung Indonesia sebagai EO pendakian ini memberikan briefing, memperkenalkan timnya dan juga memperkenalkan tim bang Andi dengan pasukan porternya sebagai guide lokal dan tim support kami selama pendakian.

Setelah berdoa di pimpin kang Aam selaku panglima safar kami segera menaiki dua pick up, yang kemudian  bergerak membawa kami ke desa Kersik Tuo dimana pos R10 tempat kita melaporkan pendakian berada.

Memasuki kawasan desa Kersik Tuo hamparan hijau kebun teh Kayu Aro membuat teduh mata kita, dibelakang karpet hijau ini menjulang tegak Gunung Kerinci, puncaknya yang tanpa pepohonan berwarna abu-abu kecoklatan siang itu tersaput awan tipis, seakan puncak Kerinci menatap kami, mengawasi pergerakan kami di sepanjang jalan tersebut.

Di Tugu Macan, kami sempatkan berhenti dulu untuk foto-foto maupun membeli tambahan perbekalan, sementara itu awan hitam mulai berarak menggumpal di arah kami menuju – yang tak lama kemudian berubah jadi butiran-butiran air hujan – Kerinci seperti ingin menyapa kami dengan welcome rain (kalau di hotel ada welcome drink, digunung ada welcome rain hehehe) atau mungkin ingin membasuh kami sebelum menapak di jalur pendakiannya......Entahlah, untungnya sang hujan lekas berlalu; kebayang repotnya kalau baru mulai ngetrip di hajar hujan disepanjang trek.

Sekitar jam 13.00 kami sudah berada di trek jalur pendakian, trek masih bersahabat landai dan teduh di kiri kanan kami masih kebun-kebun penduduk, tidak berapa lama kami tiba di pos Pintu Rimba. Istirahat sebentar disini juga seperti biasa sessi foto foto....mumpung masih seger dan semangat hehehehe

Setelah melanjutkan perjalanan kira-kira setengah jam kami tiba di pos 1 Bangku Panjang udara semakin dingin karena kini kami berada di ketinggian 1.800 an, jalan menuju pos 2 Batu Lumut walaupun juga mendaki tapi masih belum extrim pos Batu Lumut berada di ketinggian 2.000 meter. Menapaki trek dari pos ke pos ini seperti memutar kembali tulisan-tulisan di blog yang saya baca di internet deskripsi mereka tidak jauh berbeda dengan kondisi di lapangannya.

Kami lanjutkan perjalanan ke pos 3 yang berada di ketinggian 2.200 mdpl, beban keril yang saya bawa kini tidak terasa berat lagi.......beratnya menyatu dengan berat badan saya hehehe tetep aja berat (karena miss komunikasi hari pertama ini saya musti bawa keril saya sendiri, padahal rencana saya keril dibawa porter dan saya cukup bawa daypack saja, tapi ah sudahlah......)

Perjalanan kami terkesan santai cenderung lambat, mungkin karena memang sesuai plan kami akan buka tenda di Shelter 1 yang berada di ketinggian 2.500mdpl, dan diperkirakan bisa ditempuh 3 – 4 jam jadi waktu masih cukup tidak perlu takut kemalaman.

Masalahnya kalau sampai kemalaman di ketinggian dibawah 2.500 ini masih kawasan habitat si Belang alias Harimau Sumatera, jadi tidak disarankan buka tenda dibawah shelter 1.

Perjalanan dari pos 3 menuju shelter 1 boleh dibilang mulai pendakian yang sebenarnya, tanjakannya mulai terjal, peluh makin bercucuran, perut saya mulai merasa mual – gejala mountain sickness (Acute mountain Sickness atau sering disingkat AMS) mulai muncul nih.......saya memang selalu mengalami AMS disetiap pendakian saya. Mountain Sickness atau penyakit akibat ketinggian ini disebabkan ketidak mampuan tubuh menyesuaikan diri dengan ketinggian yang dicapai dan umumnya terjadi di ketinggian diatas 2.500mdpl; pada ketinggian ini tekanan udara menurun akibatnya kadar oksigen juga menipis (bukti bahwa tekanan udara menurun bisa terlihat dari gembung nya plastik kemasan snack yang kita bawa); kali ini baru mau mencapai ketinggian 2.500mdpl saya sudah mulai merasakan gejala AMS, biasanya saya mendekati 3.000mdpl baru muncul; mungkin hal ini dikarenakan tubuh saya sudah lelah karena beban keril yg saya bawa.

Gejala AMS ini antara lain adalah pusing, mual, sulit tidur, kehilangan nafsu makan dan dalam kondisi sangat parah adalah kehilangan orientasi dan berhalusinasi; cara terbaik untuk menghilangkan AMS ini antara lain adalah beristirahat atau melakukan aklimatisasi atau jika tidak segera pulih ya harus turun ke ketinggian yang lebih rendah.

Meskipun setiap kali mendaki saya selalu mengalami AMS dan rasanya pastilah tidak enak, namun entah mengapa saya selalu tergoda untuk melakukan pendakian lagi; mungkin seperti makan sambal – sudah tau pedas sekali, tapi di ulang-ulang lagi; aahh sensasi naik gunung memang selalu menggoda.

Menjelang pukul 17.30 saya akhirnya mencapai shelter 1......dengan kondisi kelelahan dan perut mual/eneg saya bergegas mencari tenda saya....nah ketemu satu tenda dengan pak Rusdi dan kang Aam; keril saya turunkan......aaahh leganya tidak ada beban lagi... hehehe; setelah mengganti baju dengan baju yang kering saya segera beristarahat di tenda, Bang Kukuh yang tau kondisi saya kurang fit sebelum malam menjadi gelap mampir ke tenda saya dan menyemprotkan ramuan ajaib nya – ke seluruh punggung saya; entah ramuan apa dia nggak kasih tau tapi efeknya punggung saya terasa hangat dan nyaman.

Malam itu saya tidak sempat makan malam – langsung tertidur pulas didalam sleeping bag saya....zzzz...zzzz

Minggu, 14 Agustus 2016 Day 2.

Pagi itu saya bangun dengan kondisi badan yang jauh lebih segar dari kemarin, udara dingin membuat saya malas keluar dari tenda, tapi suara canda tawa teman-teman di luar akhirnya memancing saya untuk keluar tenda juga. Bergabung dengan teman-teman yang sedang menikmati pagi di ketinggian 2.500mdpl sungguh asyik ada saja bahan candaan mereka, ketawa lepas tanpa beban (mungkin karena jauh dari kantor jadi nggak mikir kerjaan hihihi).

View dari shelter 1 cukup baik, tempatnya cukup terbuka dan datar sehingga bisa memandang kebawah kearah Kersik Tuo, lucunya area yang viewnya bagus ini  merupakan ladang ranjau....jadi kalau mau foto-foto musti hati-hati.....hihihi
Pagi ini kami harus packing dan setelah sarapan harus siap-siap ngetrip lagi, hari ini rencananya kita akan bergerak dari shelter 1 menuju shelter 3 kita akan ngecamp di shelter 3 yang merupakan shelter terakhir sebelum puncak.

Kami masih asyik ngobrol sekitar jam 09.00 ketika Yasin muncul di shelter 1, luar biasa kawan satu ini setelah tertinggal pesawat beliau bisa mengejar ke tertinggalannya dan sudah bisa tiba di shelter 1 tempat kami nge-camp, padahal dia start dari basecamp jam 06.00 berarti untuk sampe ke shelter 1 hanya membutuhkan waktu 3 jam.

Setelah sarapan dan packing menjelang jam 10.00 kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan lagi, plan hari ini kita akan menuju shelter 3 di ketinggian 3.320mdpl, karena letak shelter 1 di ketinggian 2.500mdpl  berarti kami akan naik sekitar 800m.

Beruntung hari ini sudah ada porter yang bisa membawa keril saya sehingga saya cukup membawa day pack saja.

Track dari shelter 1 menuju shelter 2 terasa panjang, dan kondisinya semakin terjal di beberapa tempat kami harus memanjat atau dibantu tali naik dengan berpegangan tali webbing yang di pasang pemandu kami. Saya sendiri berusaha mengatur ritme langkah saya agar tidak terlalu cepat naik, agar memberi kesempatan tubuh melakukan penyesuaian dengan ketinggian yang semakin tinggi.

Namun seberapa besar usaha saya agar tidak timbul AMS akhirnya AMS itu muncul juga, perut saya kembali merasa eneg dan mual – saya coba untuk menekan rasa tersebut dengan meminum obat anti mual, atau mencoba minum air dan memakan permen yang asam.....tapi rasa tersebut sangat kuat sehingga memaksa saya beberapa kali hampir jackpot (muntah)....namun tidak ada yang keluar. Akhirnya beberapa kali saya terpaksa berhenti untuk beristirahat – tiduran sampai rasa mual ini berkurang; untungnya Ari porter saya begitu sabar dia mempersilahkan saya istirahat sesuka saya – yang penting saya harus bisa mencapai shelter 3 nantinya.

Untunglah track di kerinci ini seperti di gunung Ciremai dan gn Slamet, masih banyak pepohonan rimbun (hutan) yang menaungi track sehingga kita tidak terlalu panas terpapar sinar matahari, seandainya tracknya berupa padang savana seperti di rinjani dan semeru saya yakin akan lebih menyiksa lagi karena teriknya matahari
.
Setiba di shelter 2 – bayangan, saya istirahat cukup lama – tidur hehehe; beberapa orang bule juga datang istirahat di shelter 2 - bayangan ini, mereka juga akan menuju shelter 3 untuk nge-camp disana sebelum summit postur mereka yang tinggi besar tampaknya santai saja melibas track yang buat saya berat.... kadang heran juga saya dengan mereka koq mereka tau aja kalau ada gunung Kerinci yang menantang untuk di daki di indonesia ini. Kalau itu gunung Rinjani di Lombok atau Semeru di Jawa wajar lah mereka tahu karena keuda gunung ini sudah seperti daerah tujuan wisata, tapi ini Kerinci yang terletak di Jantung Sumatera koq mereka juga bisa tau.

Setelah cukup segar saya lanjutkan perjalanan menuju shelter 3, dalam perjalanan ini kami juga berpapasan dengan para pendaki yang turun gunung, kami tanyakan kepada mereka apakah mereka telah berhasil summit ke puncak kerinci – semuanya menjawab mereka gagal summit karena cuaca badai di puncak kerinci subuh tadi, sehingga mereka memutuskan untuk turun gunung saja.

Tapi ada juga pendaki yang masih penasaran, setelah gagal summit pagi tadi karena badai mereka memindahkan camp mereka yang semula di shelter 2 dipindahkan ke shelter 3 dan mencoba peruntungan besok pagi. Artinya mereka akan summit berbarengan dengan kami besok.

Terus terang saya berdoa agar besok pagi saat kami akan summit attack semoga cuaca kondusif, jangan sampai gagal summit karena cuaca buruk......sudah jauh-jauh gagal summit karena cuaca tentunya nyesek banget.....

Mendekati shelter 3 track semakin sulit setelah melewati jalur air yang membentuk lorong dengan atap rimbunnya dedaunan, track kini berubah menjadi lebih sering melipir tebing jalur air dengan berpegangan pada batang-batang perdu disisi jalur air tersebut. Demikian juga dengan vegetasinya kini tidak ada lagi pohon besar hanya perdu dan semak belukar saja, sehingga kini ruang lebih terbuka dan angin juga lebih keras menerpa.

Menjelang pukul 17.00 akhirnya saya bisa tiba di shelter 3 di ketinggian 3.320mdpl, teman-teman yang sudah lebih dulu sampai dari saya sudah bersistirahat di tendanya masing-masing; Shelter 3 memang berbentuk ruang yang terbuka sehingga angin sangat kencang berhembus jika berdiri atau ngobrol diluar pastinya akan dengan cepat kedinginan sehingga tidak heran jika teman-teman lebih memilih istirahat di tenda, berlindung dari terpaan angin.

Saya bukan orang terakhir yang sampai di shelter 3 – dibelakang saya masih ada kang Aam, Adi dan mbak Woro, Alhamdulillah tim kami semuanya tiba di shelter 3 sebelum magrib sehingga hari masih terang. Jika hari gelap pastinya agak sulit menemukan lokasi tenda kita, karena saat itu shelter 3 penuh dengan pendaki-pendaki lain, sehingga tenda kami harus sedikit berpencar-pencar; bisa bisa salah masuk tenda.....hihihihi.

Malam itu kami mencoba segera beristirahat di dalam tenda, mencoba mengumpulkan tenaga lagi untuk besok summit attack. angin yang terus berhembus kencang menggoyang-goyang atap tenda kami sekitar jam 23.00 saya terbangun kebelet pipis....hadeh ini situasi yang sulit males banget keluar tenda malem-malem udah kebayang dinginnya diluar, tapi kalo ditahan aja malah gak bisa tidur.....akhirnya terpaksa keluar juga hihihi...diluar gelap, angin kenceng dan dingin banget,.....buru buru cari semak-semak....dan aahhh legaaa; segera kembali ke tenda lanjut tidur lagi.....

Senin, 15 Agustus 2016 – Summit Attack.

Menjelang pukul 03.30 mulai terdengar tanda-tanda kehidupan di tenda-tenda sebelah, kelihatannya sudah mulai bangun dan siap-siap untuk summit attack......arrgghhh rasanya males banget mau summit attack enakan lanjutin tidur kayaknya – tapi teman satu tenda saya Adi dan pak Rusdi sudah keluar dari sleeping bagnya dan mulai memperlengkapi diri untuk summit attack.

Setelah mereka keluar tenda akhirnya saya mempersiapkan diri untuk summit attack saya cek logistik di day pack saya – air mineral botol 600ml, sekotak kurma, 2 batang coklat, seplastik kecil gula-asam sisa pendakian gn Slamet dan obat-obatan. Selanjutnya saya masukan juga jas hujan saya. Sudah komplit kayaknya; tinggal gear outdoor yg saya perlu check dan pakai, head lamp, sarung tangan (glove), balaclava ala ninja, tracking pole; saya tidak menggunakan gaiter karena medannya tidak terlalu berpasir seperti gn Semeru – jaket dan kaos kaki sudah saya pakai sejak tidur tadi jadi tinggal pake sepatu saja dan tidak lupa bawa kamera – Ok I am ready.

Begitu keluar tenda......brrr udara dingin langsung menyergap; teman-teman lain kelihatannya sudah bergerak lebih dahulu.....ketika saya sudah ada di track untuk summit di grup saya ada steven, Liz, maz Bro dan Adi....tapi itu tidak lama di tengah perjalanan maz bro, Liz dan Steven ngebut.....jadi tinggal saya dan Adi yang berjalan perlahan.

Cuaca saat itu angin kencang dan dingin sekali, kondisi ini mengingatkan saya saat mencoba summit attack di Rinjani – angin nya ekstrim banget; saya gagal saat itu karena pemilihan jaket dan kupluk yang tidak tepat; namun kini saya bisa bertahan, jaket tebal dengan lapisan polar dibagian dalam mempertahankan suhu tubuh saya, sementara balaclava tebal ala ninja menutupi telinga dan hidung saya dari terjangan angin......

Namun begitu, saking dinginnya cuaca saat itu hidung saya langsung ber air seperti orang pilek ataupun orang yang kepedesan makan sambel.....di gunung2 yg sebelumnya nggak sampe seperti ini saya.

Saya terus melangkah menapaki kemiringan Kerinci yang semakin terjal, track berupa bebatuan dan kerikil agak berpasir tapi tetap bisa dipijak dengan mantap; tatapan saya hanya fokus ke langkah berikutnya, hanya sesekali saja saya menatap ke atas untuk memastikan saya masih di arah yang benar. Jika saya menatap ke atas maka yang tampak adalah siluet puncak kerinci yang di hiasi dengan kerlip lampu-lampu dari head lamp para pendaki yang sudah jauh lebih tinggi mendaki dari tempat saya berdiri.....indah dan juga menggentarkan karena ternyata puncak masih jauh..... perjuangan saya masih panjang.....

Adi masih beberapa meter dibawah saya, sedang teman-teman lain sudah jauh didepan, mungkin kerlip lampu diatas sana adalah lampu mereka, sudah lebih satu jam saya berjalan kini suasana yang tadinya gelap total berangsur menjadi remang-remang karena pagi hari menjelang.

Saya sudah mencoba melangkah pelan-pelan agar nafas saya tidak memburu dan yang utama memberi kesempatan tubuh melakukan aklimatisasi dengan ketinggian yang saya capai, namun tetap saja gejala AMS (Acute mountain sickness) muncul mendera saya....perut terasa mual....bersendawa untuk mengeluarkan angin agar perut sedikit lega juga tidak membuahkan hasil – aahh tidak ada jalan lain saya harus beristirahat dulu.

Ketika hari semakin menjadi terang maka saat  saya beristirahat saya bisa melihat danau gunung tujuh di kejauhan, juga kota kersik tuo serta tepian pulau Sumatera....sementara itu awan-awan berada dibawah saya – amazing.....saya diatas awan......

Disini saya harus belajar sabar dan berkompromi dengan kondisi tubuh saya, saya tidak mungkin untuk memaksakan diri mengikuti irama langkah teman-teman saya yang sebagian besar jauh lebih muda dari saya; saya harus mengukur diri karena setiap pendaki punya irama dan speed nya sendiri-sendiri untuk mencapai puncak.
Saya harus belajar sabar dari mbak Woro, beliau meskipun selalu paling belakang tapi tidak pernah gagal summit.

Walau bagaimanapun kali ini saya harus summit demikian batin saya berucap....sambil saya duduk berlindung dibalik batu dari tiupan angin untuk beristirahat lagi.......rasa mual masih juga kuat terasa walaupun saya sudah coba tekan dengan minum obat, sudah juga saya gosok dengan aroma therapy plus ngemut gula asem masih juga eneg....weleh kalau tidak kunjung berkurang kacau ini....saya coba mengatur nafas dengan menghisap udara dalam-dalam mencoba menyerap oksigen sebanyak-banyaknya.

Disinilah situasi yang paling dilematis; pertentangan batin antara semangat untuk menuntaskan perjalanan, kondisi tubuh yang melemah dan akal sehat, kalau nuruti akal sehat maka turun kembali adalah pilihan yang tepat; sebaliknya jika nuruti semangat maka terus lanjut ke puncak adalah pilihan yang layak di perjuangkan.

Kali ini semangat saya lebih unggul dari akal sehat saya, saya bangkit untuk melanjutkan perjalanan, target saya bukan puncak tapi tugu Yudha – tugu yang didirikan untuk mengenang seorang pendaki yang hilang ketika mendaki kerinci, tugu ini terletak sekitar ketinggian 3.600. Hampir di setiap gunung ada prasasti untuk mengenang pendaki yang meninggal ataupun hilang dalam pendakian di gunung ybs; jadi olahraga naik gunung adalah olah raga yang beresiko tinggi jika dilakukan dengan sembrono.

Saya mulai melangkah lagi meskipun perlahan,  setiap langkah yang saya buat bagi saya begitu beharga karena setiap langkah tersebut membawa saya naik lebih tinggi setidaknya 20-30cm lebih tinggi......membuat   jarak ke puncak semakin kecil.....

Kali ini setiap langkah saya barengi lantunan dzikir dari antara kedua bibirku – setidaknya jika langkah ini tidak mampu mengantarkan diri ini sampai ke puncak Kerinci maka paling tidak insya Allah dicatatkan satu kebaikan dari tiap langkah yang saya buat karena diiringi dengan mengingat NYA, jadi tidak ada yang sia-sia.....

Ari porter saya yang dari pertengahan track setia menemani saya beberapa kali meminta day pack saya agar dibawakan oleh nya, namun saya tolak karena saya ingin day pack ini bersama saya – akhirnya dia saya suruh bawa kamera saya jadi biar dia yang mengambil foto saya – lumayan punya foto grafer pribadi hehehehe.

Gerimis sempet turun menjelang saya sampai Tugu Yudha – waduh mudah2an cuaca tidak berubah menjadi hujan badai..... Alhamdulillah cuaca kembali cerah ketika saya sampai di Tugu Yudha, disini saya sempatkan untuk berdoa, mendoakan alm Yudha dan mengenang perjuangannya mendaki Kerinci. Entah dari mana datangnya setelah saya berdoa di tugu Yudha ini ada dorongan kuat untuk menyelesaikan sisa track yang ada agar sampai ke puncak.....saya seperti bertenaga lagi, keyakinan saya bisa summit begitu menggumpal.

Saya langkahkan kembali kaki saya, dalam perjalanan tugu Yudha – Puncak Kerinci saya berpapasan dengan teman-teman yang sudah turun kembali mereka memberi semangat ke saya......Sampai akhirnya saya tiba di puncak Kerinci......sekitar pukul 08.00

Puncak Kerinci tidak terlalu luas, ia merupakan dataran sempit yang berada di punggungan bibir kawah (kaldera) Kerinci di situ terdapat tiang dengan bendera Merah Putih yang berkibar gagah di tiup derasnya angin, dibawahnya terdapat plat logam bertuliskan Kerinci – 3.805 mdpl......aahhh saya sudah sampai!!!, kegembiraan saya begitu membuncah, saya tidak pernah membayangkan bisa berdiri dipuncak gunung berapi tertinggi di Indonesia, Roof of Sumatera, the second summit of seven summit Indonesia;

Rasanya ingin berteriak – lihat dibawah kaki saya – dibawah tapak sepatu saya ada gunung api tertinggi di Indonesia.....sensasinya luar biasa hehehe

“ Ya Allah akhirnya Engkau mengizinkan hambaMu ini untuk mencapai puncak Kerinci, Terima kasih ya Allah, Alhamdulillah”.....tidak terasa saya menangis mencucurkan air mata saya tidak bisa menyembunyikan perasaan haru saya atas kesempatan yang diberikan Allah kepada saya.

Saya sujud syukur tidak jauh dari tiang puncak kerinci.......Aahhh Senangnya Alhamdulillah.... alhamdulillah ...semua atas kebesaran dan anugerah Mu ya Allah.
Tidak lama kemudian kang Aam sampai juga di puncak kemudian di susul mbak Woro dan terakhir Adi, kami empat terakhir dari 13 anggota tim pendaki Kompas yang berhasil mencapai puncak Kerinci.

Alhamdulillah semua anggota tim berhasil summit sampai di puncak Kerinci.......
Setelah mengambil beberapa foto saya ditemani Ari bergegas turun tidak tahan dengan anginnya yang keras dan dingin......

Dengan hari yang riang karena misi sudah berhasil saya turun dari puncak..........
Sampai di shelter 3 saya lihat teman-teman yang sudah lebih dulu summit dari saya sudah rapi siap turun kembali ke pos pintu rimba.....Ah saya tidak peduli silahkan duluan saya mau istirahat dulu memulihkan tenaga dan mengingat ingat momen summit tadi....

Setelah sholat dzuhur baru kami turun dari shelter 3 menuju pintu Rimba.
Perjalanan pulang walaupun sama beratnya dengan perjalanan naik tapi bisa kami lalui dengan santai tanpa beban karena sudah berhasil muncak.....hehehe

Karena engkel kaki mbak Woro keseleo ketika turun dari puncak tadi kami berjalan pelan-pelan saja, akhirnya kami bisa keluar dari pintu Rimba dan tiba di pos penjemputan sekitar jam 20.00. selanjutnya kami diangkut dengan pick up kembali ke base camp di Palempok;

Malam itu udara cerah dan bulan bersinar, tidak bulat penuh memang tapi cahayanya cukup terang menyinari alam; dari bak pick up yang membawa saya kembali ke base camp, saya memandangi siluet hitam gunung Kerinci yang diam tegak dan kini terlihat ramah seperti tersenyum kepada saya dan mengucapkan selamat jalan.....

Selamat tinggal Kerinci....gumam saya dalam hati......

Jakarta, 30 Agustus 2016//Pendaki Abal abal
Special thanks
-       Bang Kukuh CS dari Kutu Gunung Indonesia
-       Andi CS dan tim porternya – Palempok
-       My Family
-       Tim Pendakian Kerinci Kompas
-       Kang Imara CS