EXPLORING DANAU GUNUNG TUJUH - JAMBI
Selasa, 16 Agustus 2016 – Danau Gunung Tujuh –
Tanpa Bonus
“Woi ...sudah jam dua belas nih kita makan dulu aja lah” kata Maz Bro -
nama asli lelaki berusia 50 th ini sebenarnya Budi, tapi beliau lebih senang di
panggil mas Bro, mungkin supaya lebih kekinian, tapi pembawaannya yang periang
dan kocak memang cocoklah dengan panggilan Maz Bro ini karena orangnya memang
gaul banget.
“Iya lah kita makan aja disini, nggak usah nunggu sampai Danau” sahut Andi
mendukung usulan mas Bro; Andi pemuda gagah ini memang berbadan besar dan tegap
– jadi pantas lah kalau tenaganya boros jam 12.00 sudah kelaparan hihihi.
“Maz bro coba naik dikit ke atas cari tempat yang enak buat kita makan”
Pinta Adi yang kelihatannya juga sudah lapar....
Kami berempat (Saya, Maz bro, Andi dan Adi) memang sedang tracking menuju
danau Gunung Tujuh, grup kami memang tercecer di belakang induk rombongan yang
sudah berjalan jauh didepan kami mungkin sudah sampai danau.

Tracknya sendiri berupa tanah padat yang tertutup akar-akar pohon,
maklumlah track ini menembus hutan lebat jadi dikiri kanan masih pohon
besar-besar, sinar matahari juga sulit masuk terhalang rindangnya dedaunan dari
pohon-pohon ini.
Danau Gunung Tujuh sendiri memperoleh namanya karena danau ini dikelilingi
oleh tujuh gunung yaitu , Gunung
Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl),Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung
Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), danGunung
Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl).
Danau Gunung Tujuh ini masih masuk dalam
kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, di Kabupaten Kerinci – Provinsi Jambi,
luas danau ini 9,6km persegi dengan ketinggian 1.950m diatas permukaan laut à menurut
Wikipedia ya, saya nggak ngukur lho.
Ketika kami summit ke Kerinci kemarin
danau gunung tujuh ini bisa terlihat dari puncak kerinci.
Track yang kita tempuh sendiri, saya
tidak tau itu ada digunung yang mana dari ke tujuh gunung yang mengitari danau
(saya lupa nanya hehehe).

Ditempat yang ditunjukan oleh Maz bro
memang ada sepetak lahan sempit yang agak datar terletak di sisi kiri jalan
setapak, cukuplah untuk kita duduk ngeriung berempat tanpa menggangu orang yang
lewat di jalan setapak tersebut.
Kami pun duduk berkeliling dan mulai
membuka bekal kami, nasi padang dengan lauk rendang, sambal merah dan lalap
daun singkong, kami memang mampir dulu di warung makan padang sebelum ke gunung
tujuh ini...dan pilihan lauk daging rendang adalah pilihan tepat, karena
rendang konon dinobatkan sebagai makanan
terlezat di dunia hehehe.
Tapi saat ini dengan suasana santap
siang di alam terbuka dinaungi teduhnya dedaunan rimba, sejuknya udara
ketinggian 1.800an mdpl, dikelilingi pepohonan hijau, setelah lelah berjalan
lebih dari 2 jam dan saat perut pas lapar-laparnya – menjadikan nasi- rendang
super duper lezat....aahhh suasana yang sempurna tidak ada resto yang bisa
menyajikan suasana seperti ini – setiap suapan
nasi, diikuti dengan gigitan pada potongan daging rendang terasa nikmat
dilidah, belum lagi jumputan daun singkong yang di cocol ke sambal aahh betul
betul maknyus... (aahh saya sampai menelan ludah lagi mebayangkan nikmatnya
kala itu).
Suara satwa hutan, burung-burung dan
tonggeret menambah sempurna suasana santap siang kami.....tapi aahh ada yang
kurang..... Krupuk....ya tidak ada krupuk, kami baru sadar krupuk yang dibeli
tadi pagi sudah dibawa rombongan di depan kami....hihihihi.
Semua bekal lincin tandas kami
sikat.....tidak ada yang tersisa......ahh ini baru makan yang sempurna setelah
beberapa hari kemarin saat muncak ke kerinci boleh dibilang kami makan
seadanya....
Inget krupuk yang jalan duluan dari kami
saya jadi inget sejumput gula asem saya yang jalan duluan juga hehehe, sebelum
makan tadi saya sempet istirahat sama kang Aam, dia saya tawarin gula asem yg
saya punya, tinggal sedikit sih sisa waktu muncak kemarin, gula asem ini dia
bawa.....entah karena si gula asem ini emang bikin seger dan tenaga pulih atau
ada sebab lain yang jelas setelah ngemut gula asem kang Aam jalannya jadi
cepet.... alhasil saya ketinggalan dan gula asem saya ke bawa sama dia
hihihi....capek coba ngejar dia akhirnya saya istirahat....waktu istirahat
inilah saya ketemu maz bro cs, baru deh kami jalan bareng sampai makan siang
itu.
Selesai santap siang kami lanjutkan
perjalanan..... lucunya tidak sampai 15 menit kami tiba di puncaknya, yang
berupa tanah cukup datar dan lumayan luas..... tau gitu tadi naik aja dulu ya
baru makan di puncak tempatnya lebih lega dan nyaman – tapi ya gitulah kalo
perut lapar biasanya pendek akal....hehehehe.
Seeorang teman (kang Yasin kalo gak
salah) yang sempat mengukur ketinggian puncak ini dengan altimeter di HP nya
menunjukan ketinggian puncak adalah
2.113mdpl, hiks....lumayan tinggi dan tanpa bonus pantesan lumayan nguras
tenaga.....
Jika ada tanjakan pasti ada turunan.....dan
memang ada! tapi minta ampun curamnya kalo ketinggian danau adalah 1.950mdpl
sebagaimana data di wikipedia berarti kami harus turun sekitar 160 an meter
lagi, tracknya sekarang terus menurun, sampai suatu saat di turunan yang
membelok ke arah danau – dibawah kami tampaklah danau gunung tujuh dengan
airnya berwarna hijau dan biru gelap (menandakan tingkat kedalamannya sangat
dalam) ditepinya tampak hutan yang masih lebat menutupi sampai ke puncak
gunung-gunung yang mengelilinginya, garis bibir pantainya sempit dan tidak
tampak perkampungan penduduk disini – baguslah biar ke asrian nya tetap
terjaga.
Rasanya tidak puas puas kami memandangi
keindahan danau ini, setelah mengambil beberapa foto, kami lanjutkan menuruni
jalan setapak tadi, tidak sampai sepuluh menit kami sudah tiba di tepian danau
gunung tujuh, kami segera bergabung dengan teman-teman yang sudah tiba lebih
dahulu.
Tempat rombongan kami berhenti berada
ditepian danau tepat di mana air danau melimpah keluar membentuk aliran sungai
dan kemungkinan besar aliran sungai itu membentuk air terjun ataupun jeram
karena diujungnya berupa tebing curam dan kesanalah sungai tersebut menghilang.
Di mulut sungai ini bermula ada batang
kayu yang melintang yang bisa digunakan orang untuk menyeberangi sungai
sehingga bisa tiba di sisi seberangnya. Sungai dangkal berair jernih ini
dasarnya penuh batu-batu yang mana di beberapa tempat batu ini muncul
dipermukaan sungai.
Jika kita menyeberangi sungai ini dan
mengikuti jalan setapaknya maka kita akan tiba di tepian danau yang lain yang
mempunyai bibir pantai lebih luas dan landai disini banyak pengunjung yang
mendirikan tenda. Jika kita tidak ingin berjalan kaki maka dari tempat kami
berhenti kita bisa menggunakan perahu dayung untuk mencapai tepian tempat berkemah
tadi.
Saya, Andi dan pak Rusdipun sempat
mencoba berperahu di danau gunung tujuh ini si pemilik perahu seorang yang
sudah tua, jadi kami ikut membantu mendayung perahu kayu tersebut. Semakin ke
tengah danau semakin tampak betapa luas keliling danau ini – namun dari
penuturan pemandu lokal kami kang Andi belum ada jalan setapak yang
mengelilingi danau; jadi kelihatannya danau ini memang belum banyak di explore
orang. Atau mungkin ada yang mau mencoba merintis jalur keliling danau tujuh??
Setelah puas berperahu dan berfoto dari
atas perahu, saatnya berenang......airnya memang jernih sekali mengundang untuk
merenanginya – tapi dinginnya luar biasa. Saya mulai berenang dari tepian di
sisi kanan dari tempat kami berhenti. Pada mulanya dasar tepiannya dipenuhi
bebatuan yang licin karena ditumbuhi lumut tebal, air yang jernih dan masih
bisa ditembus sinar matahari memungkinkan saya melihat dasar danau selain
bebatuan didasar danau banyak sekali batang-batang pohon yang tampaknya tumbang
dan terbenam disana....semakin agak ketengah dasarnya langsung tidak tampak
hanya biru gelap.....hiiii....serem dan merinding ngeliatnya kelihatannya
langsung tebing curam dalam sekali, saya langsung berenang membelok kembali ke
arah mulut sungai yang jauh lebih dangkal dan jernih......aahhh aman (saya
sendiri bukan perenang handal – berenang di kolam renang jauh berbeda dengan
berenang di open water seperti ini, jadi saya nggak mau ambil resiko).
Setelah ambil beberapa foto under water
saya liat teman-teman di tepian sudah berkemas-kemas untuk kembali pulang ke
base camp; kami memang tidak berencana untuk menginap disini karena malam ini
kami akan kembali ke padang dan besoknya akan kembali ke Jakarta.
Sebenarnya masih belum puas exploring
danau gunung tujuh ini, namun apa boleh buat saya liat sebagian teman teman
bahkan sudah mulai jalan duluan; saya segera mentas – kemudian saya sempatkan
untuk sholat disebuah batu datar ditengah sungai; selanjutnya segera berkemas
untuk siap-siap jalan pulang.
Perjalanan pulang kembali saya berada di
grup paling belakang, bersama mbak Woro, Adi dan Mas Kukuh dengan timnya dari
Kutu Gunung Indonesia.
Pada perjalanan pulang ini kami banyak
sekali berpapasan dengan orang-orang yang naik menuju Danau gunung tujuh,
sebagian besar adalah remaja usia sekolah – tampaknya mereka akan bermalam di
danau dan keesokan harinya acara tujuh belasan di sana.
Ketika pukul 17.00 kami sampai di warung
tempat memulai tracking; para pengunjung ini terus mengalir berdatangan
rombongan demi rombongan seperti akan nonton konser di danau.....wah kebayang
ramainya di danau malam ini. Menurut ibu penjaga warung, “memang demikian
disini, kalau pas tujuh belasan, tahun baru, dan lebaran Danau gunung
tujuh memang ramai dipenuhi pengunjung.......”
Hmm bisa jadi memang karena kurang
sarana rekreasi di daerah ini, kalo kita di jakarta mungkin banyak alternatif
rekreasi bisa waterpark, pantai atau wahana permainan seperti dunia fantasi;
paling tidak ada mall buat jalan-jalan dan window shoping hehehe; kalau disini
ya yang ada Cuma wisata alam seperti danau gunung tujuh ini.
Sekitar jam 17.30 mobil bak terbuka yang
menjemput kami pun tiba kami segera diangkut dan menjelang magrib kami sudah
tiba di base camp.
Aahh trip yang menyenangkan.....sangat
komplit ada track menanjak, bisa berperahu, bisa berenang di danau dan makan
siang yang nikmat..dan yang tak kalah penting dilakukan bersama dengan
teman-teman terbaik....sungguh menyenangkan.
Rabu, 17 Agustus 2016, Exploring Bukit Tinggi.

Rencananya hari ini saya dan Andi memang
akan menghabiskan waktu ke Bukit Tinggi, setelah tadi malam kami menempuh
perjalanan dari base camp di Palempok – Kerinci, pagi tadi sekitar jam 07.00 kami (Saya, Andi
dan Kang Yayan berserta Isteri) tiba di kantor Samudera Indonesia Group –
Padang.
Sedangkan teman-teman yang lain langsung
ke Bandara karena pesawat mereka ada yang jam 10 pagi dan jam 12 siang, Saya
dan Andi sendiri jadwal pesawatnya masih jam 20.15 malam nanti, jadi masih
punya waktu panjang untuk mampir ke Bukit Tinggi. Kalau pak Yayan dan Isteri
memang lanjut liburannya karena memang masih cuti sampai hari Jum’at nanti.
Beruntung pak Imara berbaik hati
meminjamkan mobil untuk dipakai ke Bukit Tinggi bahkan kami disopiri oleh Uda
Adil salah satu karyawan Staff andalan di situ.
Pak Imara memang tuan rumah yang baik,
bukan saja kami di pinjami mobil tapi kami juga disuguhi sarapan Ketupat Sayur
khas Padang yang rasanya bener-bener maknyus – Thanks buat pak Imara, jangan
kapok kalo kami sambangi lagi ya hehehehe.
Dan sekarang disinilah kami di kota
Bukit Tinggi, setelah mengunjungi taman monumen bung Hatta yang asri dan teduh
karena disekeliling nya masih banyak pohon-pohon besar, dan setelah berselfie
ria di Jam Gadang sebagai salah satu ikon kota Bukit Tinggi tibalah saatnya
berburu kuliner khas Bukit Tinggi – berbekal WA dari Susan dan dipandu uda Adil
mudah saja kami temukan target kami tersebut.
Nasi Kapau Hj Uni Mes, kios makan ini
letaknya disebelah depan dari kios makan Nasi Kapau Uni Lis.....wah rupanya
head to head mereka. Penataan kios makan nasi kapau disini sama semua – si Penjual
berdiri di atas semacam panggung yang
berada ditengah kios, kemudian di hadapannya berbagai macam lauk ditempatkan
diatas sebuah meja yang lebih rendah dari si penjual berdiri dan disekeliling panggung ini membentuk huruf
U diletakan meja tempat pembeli menyantap nasi kapau – sipembeli tinggal
menunjuk lauk apa yang diinginkan; dan untuk menjangkau lauk yang ditunjuk si
pembeli – si penjual mengambilnya dengan sendok kayu yang bergagang panjang sehingga
bisa menjangkau lauk yang jauh dari posisi dia berdiri.
Satu hal lagi nasi Kapau beda dengan
nasi Padang lho....bedanya dimana....konon nasi kapau lauk-lauknya lebih tidak
bersantan dibandingkan nasi padang....ah baiknya di coba sendiri aja nanti
hahaha, buat saya lebih penting menikmati gulai tambusu yang saya pilih sebagai
lauk nasi kapau saya....
Hmmm Gulai tambusu.....adalah gulai usus
sapi yang di isi adonan telur...dari sejak awal masuk ke kios makan ini,
tampilan gulai tambusu ini sudah sangat menggoda kelihatannya sangat
menjanjikan – dan ternyata memang benar sangat lekker....ususnya ketika digigit
kenyal dan empuk, sementara tekstur isinya begitu lembut, cita rasa lezaatnya memenuhi
mulut sehingga ingin segera menyuapkan lagi dan lagi.
Uda Adil yang memang pernah makan nasi
Kapau ditempat lain, mengakui kalo nasi kapau Hj Uni Mes ini memang lebih enak
dari competitornya – hihihi ini bukan promosi lho tapi testimoni dari orang
yang sudah nyicipin nasi kapau ditempat lain.
Yang dahsyat si Andi – dia seperti kalap
makan nasi kapau Hj Uni Mes ini; berbagai
lauk dia coba, tak lupa nasinya nambah....brutal hahahaha.....

Lokasi gua jepang ini juga cukup unik
karena berada di tebing sebuah bukit sehingga menyajikan panorama yang indah,
belum lagi kehadiran monyet-monyet yang kelihatan jinak dan terbiasa dengan
manusia membuat suasana yang berbeda.
Menjelang jam 14.00 kami meninggalkan
lokasi untuk pindah ke lokasi untuk pencarian oleh-oleh khas Sumatera Barat.
Kelar belanja oleh-oleh kami bergerak kembali ke Padang......tapi ditengah
jalan mampir lagi makan sate padang mak Syukur.....hehehe entah mengapa setelah
turun dari Kerinci saya jadi cepat lapar....seakan-akan tubuh saya meminta
untuk recovery tenaga yang telah dikeluarkan selama pendakian kerinci.
Akhirnya tiba juga kami di bandara internasional
Minangkabau sekitar jam 17.30, setelah kembali merapikan barang bawaan kami pun
pamitan dan berpisah dengan uda Adil, thanks
Uda sudah menemani kita seharian.
Lion air yang akan membawa kami ke
Jakarta kali ini terbang on time; pukul 20 kami sudah boarding, dan segera take
off begitu mendapat ijin take off dari tower......duduk dibagian emergency door
menyebabkan kami punya ruang kaki yang lebih luas (thanks buat Andi yg sudah
booking kursi ini), ruang kaki yang lapang menyebabkan saya begitu
nyaman.......dan segera tertidur begitu pesawat take off......ahh...selamat
tinggal Padang...zzz....zzz..zzz.
-------///------
Special thanks to
pak Imara and Tim
uda Adil
