Thursday, September 15, 2016

EXPLORING DANAU GUNUNG TUJUH

EXPLORING DANAU GUNUNG TUJUH - JAMBI

Selasa, 16 Agustus 2016 – Danau Gunung Tujuh – Tanpa Bonus

“Woi ...sudah jam dua belas nih kita makan dulu aja lah” kata Maz Bro - nama asli lelaki berusia 50 th ini sebenarnya Budi, tapi beliau lebih senang di panggil mas Bro, mungkin supaya lebih kekinian, tapi pembawaannya yang periang dan kocak memang cocoklah dengan panggilan Maz Bro ini karena orangnya memang gaul banget.


“Iya lah kita makan aja disini, nggak usah nunggu sampai Danau” sahut Andi mendukung usulan mas Bro; Andi pemuda gagah ini memang berbadan besar dan tegap – jadi pantas lah kalau tenaganya boros jam 12.00 sudah kelaparan hihihi.


“Maz bro coba naik dikit ke atas cari tempat yang enak buat kita makan” Pinta Adi yang kelihatannya juga sudah lapar....

Maz bro dengan langkah ringan menapaki jalan menanjak yang sebagian besar tertutup akar-akar pohon kayu, yang kadang membentuk undakan anak tangga.
  
Kami berempat (Saya, Maz bro, Andi dan Adi) memang sedang tracking menuju danau Gunung Tujuh, grup kami memang tercecer di belakang induk rombongan yang sudah berjalan jauh didepan kami mungkin sudah sampai danau.

Hampir dua jam lebih kami sudah berjalan, track Danau Gunung Tujuh ini memang tidak ekstrim, tapi dari sejak awal masuk di jalur tracking terus menanjak tanpa ada bonus (baca à jalan datar) sedikitpun; Tanjakan panjang tanpa akhir ini memang menguras tenaga; apalagi sehari sebelumnya kami habis summit dari gunung Kerinci, jadi memang harus pandai-pandai menghemat dan mengatur tenaga.


Tracknya sendiri berupa tanah padat yang tertutup akar-akar pohon, maklumlah track ini menembus hutan lebat jadi dikiri kanan masih pohon besar-besar, sinar matahari juga sulit masuk terhalang rindangnya dedaunan dari pohon-pohon ini.

Danau Gunung Tujuh sendiri memperoleh namanya karena danau ini dikelilingi oleh tujuh gunung yaitu , Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl),Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), danGunung Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl).


Danau Gunung Tujuh ini masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, di Kabupaten Kerinci – Provinsi Jambi, luas danau ini 9,6km persegi dengan ketinggian 1.950m diatas permukaan laut à menurut Wikipedia ya, saya nggak ngukur lho.

Ketika kami summit ke Kerinci kemarin danau gunung tujuh ini bisa terlihat dari puncak kerinci.


Track yang kita tempuh sendiri, saya tidak tau itu ada digunung yang mana dari ke tujuh gunung yang mengitari danau (saya lupa nanya hehehe).

“Wooi naik kesini nih....ada tempat agak datar buat kita makan” suara Maz bro memberi tahu kita untuk bergegas ke atas.


Ditempat yang ditunjukan oleh Maz bro memang ada sepetak lahan sempit yang agak datar terletak di sisi kiri jalan setapak, cukuplah untuk kita duduk ngeriung berempat tanpa menggangu orang yang lewat di jalan setapak tersebut.


Kami pun duduk berkeliling dan mulai membuka bekal kami, nasi padang dengan lauk rendang, sambal merah dan lalap daun singkong, kami memang mampir dulu di warung makan padang sebelum ke gunung tujuh ini...dan pilihan lauk daging rendang adalah pilihan tepat, karena rendang konon dinobatkan sebagai  makanan terlezat di dunia hehehe.


Tapi saat ini dengan suasana santap siang di alam terbuka dinaungi teduhnya dedaunan rimba, sejuknya udara ketinggian 1.800an mdpl, dikelilingi pepohonan hijau, setelah lelah berjalan lebih dari 2 jam dan saat perut pas lapar-laparnya – menjadikan nasi- rendang super duper lezat....aahhh suasana yang sempurna tidak ada resto yang bisa menyajikan suasana seperti ini – setiap suapan  nasi, diikuti dengan gigitan pada potongan daging rendang terasa nikmat dilidah, belum lagi jumputan daun singkong yang di cocol ke sambal aahh betul betul maknyus... (aahh saya sampai menelan ludah lagi mebayangkan nikmatnya kala itu).

Suara satwa hutan, burung-burung dan tonggeret menambah sempurna suasana santap siang kami.....tapi aahh ada yang kurang..... Krupuk....ya tidak ada krupuk, kami baru sadar krupuk yang dibeli tadi pagi sudah dibawa rombongan di depan kami....hihihihi.

Semua bekal lincin tandas kami sikat.....tidak ada yang tersisa......ahh ini baru makan yang sempurna setelah beberapa hari kemarin saat muncak ke kerinci boleh dibilang kami makan seadanya....


Inget krupuk yang jalan duluan dari kami saya jadi inget sejumput gula asem saya yang jalan duluan juga hehehe, sebelum makan tadi saya sempet istirahat sama kang Aam, dia saya tawarin gula asem yg saya punya, tinggal sedikit sih sisa waktu muncak kemarin, gula asem ini dia bawa.....entah karena si gula asem ini emang bikin seger dan tenaga pulih atau ada sebab lain yang jelas setelah ngemut gula asem kang Aam jalannya jadi cepet.... alhasil saya ketinggalan dan gula asem saya ke bawa sama dia hihihi....capek coba ngejar dia akhirnya saya istirahat....waktu istirahat inilah saya ketemu maz bro cs, baru deh kami jalan bareng sampai makan siang itu.


Selesai santap siang kami lanjutkan perjalanan..... lucunya tidak sampai 15 menit kami tiba di puncaknya, yang berupa tanah cukup datar dan lumayan luas..... tau gitu tadi naik aja dulu ya baru makan di puncak tempatnya lebih lega dan nyaman – tapi ya gitulah kalo perut lapar biasanya pendek akal....hehehehe.

Seeorang teman (kang Yasin kalo gak salah) yang sempat mengukur ketinggian puncak ini dengan altimeter di HP nya menunjukan ketinggian puncak  adalah 2.113mdpl, hiks....lumayan tinggi dan tanpa bonus pantesan lumayan nguras tenaga.....


Jika ada tanjakan pasti ada turunan.....dan memang ada! tapi minta ampun curamnya kalo ketinggian danau adalah 1.950mdpl sebagaimana data di wikipedia berarti kami harus turun sekitar 160 an meter lagi, tracknya sekarang terus menurun, sampai suatu saat di turunan yang membelok ke arah danau – dibawah kami tampaklah danau gunung tujuh dengan airnya berwarna hijau dan biru gelap (menandakan tingkat kedalamannya sangat dalam) ditepinya tampak hutan yang masih lebat menutupi sampai ke puncak gunung-gunung yang mengelilinginya, garis bibir pantainya sempit dan tidak tampak perkampungan penduduk disini – baguslah biar ke asrian nya tetap terjaga.


Rasanya tidak puas puas kami memandangi keindahan danau ini, setelah mengambil beberapa foto, kami lanjutkan menuruni jalan setapak tadi, tidak sampai sepuluh menit kami sudah tiba di tepian danau gunung tujuh, kami segera bergabung dengan teman-teman yang sudah tiba lebih dahulu.

Tempat rombongan kami berhenti berada ditepian danau tepat di mana air danau melimpah keluar membentuk aliran sungai dan kemungkinan besar aliran sungai itu membentuk air terjun ataupun jeram karena diujungnya berupa tebing curam dan kesanalah sungai tersebut menghilang.

Di mulut sungai ini bermula ada batang kayu yang melintang yang bisa digunakan orang untuk menyeberangi sungai sehingga bisa tiba di sisi seberangnya. Sungai dangkal berair jernih ini dasarnya penuh batu-batu yang mana di beberapa tempat batu ini muncul dipermukaan sungai.


Jika kita menyeberangi sungai ini dan mengikuti jalan setapaknya maka kita akan tiba di tepian danau yang lain yang mempunyai bibir pantai lebih luas dan landai disini banyak pengunjung yang mendirikan tenda. Jika kita tidak ingin berjalan kaki maka dari tempat kami berhenti kita bisa menggunakan perahu dayung untuk mencapai tepian tempat berkemah tadi.


Saya, Andi dan pak Rusdipun sempat mencoba berperahu di danau gunung tujuh ini si pemilik perahu seorang yang sudah tua, jadi kami ikut membantu mendayung perahu kayu tersebut. Semakin ke tengah danau semakin tampak betapa luas keliling danau ini – namun dari penuturan pemandu lokal kami kang Andi belum ada jalan setapak yang mengelilingi danau; jadi kelihatannya danau ini memang belum banyak di explore orang. Atau mungkin ada yang mau mencoba merintis jalur keliling danau tujuh??


Setelah puas berperahu dan berfoto dari atas perahu, saatnya berenang......airnya memang jernih sekali mengundang untuk merenanginya – tapi dinginnya luar biasa. Saya mulai berenang dari tepian di sisi kanan dari tempat kami berhenti. Pada mulanya dasar tepiannya dipenuhi bebatuan yang licin karena ditumbuhi lumut tebal, air yang jernih dan masih bisa ditembus sinar matahari memungkinkan saya melihat dasar danau selain bebatuan didasar danau banyak sekali batang-batang pohon yang tampaknya tumbang dan terbenam disana....semakin agak ketengah dasarnya langsung tidak tampak hanya biru gelap.....hiiii....serem dan merinding ngeliatnya kelihatannya langsung tebing curam dalam sekali, saya langsung berenang membelok kembali ke arah mulut sungai yang jauh lebih dangkal dan jernih......aahhh aman (saya sendiri bukan perenang handal – berenang di kolam renang jauh berbeda dengan berenang di open water seperti ini, jadi saya nggak mau ambil resiko).


Setelah ambil beberapa foto under water saya liat teman-teman di tepian sudah berkemas-kemas untuk kembali pulang ke base camp; kami memang tidak berencana untuk menginap disini karena malam ini kami akan kembali ke padang dan besoknya akan kembali ke Jakarta.


Sebenarnya masih belum puas exploring danau gunung tujuh ini, namun apa boleh buat saya liat sebagian teman teman bahkan sudah mulai jalan duluan; saya segera mentas – kemudian saya sempatkan untuk sholat disebuah batu datar ditengah sungai; selanjutnya segera berkemas untuk siap-siap jalan pulang.

Perjalanan pulang kembali saya berada di grup paling belakang, bersama mbak Woro, Adi dan Mas Kukuh dengan timnya dari Kutu Gunung Indonesia.


Pada perjalanan pulang ini kami banyak sekali berpapasan dengan orang-orang yang naik menuju Danau gunung tujuh, sebagian besar adalah remaja usia sekolah – tampaknya mereka akan bermalam di danau dan keesokan harinya acara tujuh belasan di sana.


Ketika pukul 17.00 kami sampai di warung tempat memulai tracking; para pengunjung ini terus mengalir berdatangan rombongan demi rombongan seperti akan nonton konser di danau.....wah kebayang ramainya di danau malam ini. Menurut ibu penjaga warung, “memang demikian disini, kalau pas tujuh belasan, tahun baru, dan lebaran Danau gunung tujuh  memang ramai dipenuhi pengunjung.......”


Hmm bisa jadi memang karena kurang sarana rekreasi di daerah ini, kalo kita di jakarta mungkin banyak alternatif rekreasi bisa waterpark, pantai atau wahana permainan seperti dunia fantasi; paling tidak ada mall buat jalan-jalan dan window shoping hehehe; kalau disini ya yang ada Cuma wisata alam seperti danau gunung tujuh ini.


Sekitar jam 17.30 mobil bak terbuka yang menjemput kami pun tiba kami segera diangkut dan menjelang magrib kami sudah tiba di base camp.

Aahh trip yang menyenangkan.....sangat komplit ada track menanjak, bisa berperahu, bisa berenang di danau dan makan siang yang nikmat..dan yang tak kalah penting dilakukan bersama dengan teman-teman terbaik....sungguh menyenangkan.



Rabu, 17 Agustus 2016, Exploring Bukit Tinggi.


“Mas kalau nanti ke Bukit Tinggi mau makan nasi Kapau cari yang Uni Mez aja, dia lebih enak dari Uni Lis, emang yang terkenal uni Lis tapi kalo enak, enakan Uni Mes” begitu bunyi pesan WA dari Susan isteri adik saya yang orang Bukit Tinggi.


Rencananya hari ini saya dan Andi memang akan menghabiskan waktu ke Bukit Tinggi, setelah tadi malam kami menempuh perjalanan dari base camp di Palempok – Kerinci,  pagi tadi sekitar jam 07.00 kami (Saya, Andi dan Kang Yayan berserta Isteri) tiba di kantor Samudera Indonesia Group – Padang.


Sedangkan teman-teman yang lain langsung ke Bandara karena pesawat mereka ada yang jam 10 pagi dan jam 12 siang, Saya dan Andi sendiri jadwal pesawatnya masih jam 20.15 malam nanti, jadi masih punya waktu panjang untuk mampir ke Bukit Tinggi. Kalau pak Yayan dan Isteri memang lanjut liburannya karena memang masih cuti sampai hari Jum’at nanti.


Beruntung pak Imara berbaik hati meminjamkan mobil untuk dipakai ke Bukit Tinggi bahkan kami disopiri oleh Uda Adil salah satu karyawan Staff andalan di situ.

Pak Imara memang tuan rumah yang baik, bukan saja kami di pinjami mobil tapi kami juga disuguhi sarapan Ketupat Sayur khas Padang yang rasanya bener-bener maknyus – Thanks buat pak Imara, jangan kapok kalo kami sambangi lagi ya hehehehe.


Dan sekarang disinilah kami di kota Bukit Tinggi, setelah mengunjungi taman monumen bung Hatta yang asri dan teduh karena disekeliling nya masih banyak pohon-pohon besar, dan setelah berselfie ria di Jam Gadang sebagai salah satu ikon kota Bukit Tinggi tibalah saatnya berburu kuliner khas Bukit Tinggi – berbekal WA dari Susan dan dipandu uda Adil mudah saja kami temukan target kami tersebut.


Nasi Kapau Hj Uni Mes, kios makan ini letaknya disebelah depan dari kios makan Nasi Kapau Uni Lis.....wah rupanya head to head mereka. Penataan kios makan nasi kapau disini sama semua – si Penjual berdiri di atas semacam panggung  yang berada ditengah kios, kemudian di hadapannya berbagai macam lauk ditempatkan diatas sebuah meja yang lebih rendah dari si penjual berdiri  dan disekeliling panggung ini membentuk huruf U diletakan meja tempat pembeli menyantap nasi kapau – sipembeli tinggal menunjuk lauk apa yang diinginkan; dan untuk menjangkau lauk yang ditunjuk si pembeli – si penjual mengambilnya dengan sendok kayu yang bergagang panjang sehingga bisa menjangkau lauk yang jauh dari posisi dia berdiri.


Satu hal lagi nasi Kapau beda dengan nasi Padang lho....bedanya dimana....konon nasi kapau lauk-lauknya lebih tidak bersantan dibandingkan nasi padang....ah baiknya di coba sendiri aja nanti hahaha, buat saya lebih penting menikmati gulai tambusu yang saya pilih sebagai lauk nasi kapau saya....

Hmmm Gulai tambusu.....adalah gulai usus sapi yang di isi adonan telur...dari sejak awal masuk ke kios makan ini, tampilan gulai tambusu ini sudah sangat menggoda kelihatannya sangat menjanjikan – dan ternyata memang benar sangat lekker....ususnya ketika digigit kenyal dan empuk, sementara tekstur isinya begitu lembut, cita rasa lezaatnya memenuhi mulut sehingga ingin segera menyuapkan lagi dan lagi.


Uda Adil yang memang pernah makan nasi Kapau ditempat lain, mengakui kalo nasi kapau Hj Uni Mes ini memang lebih enak dari competitornya – hihihi ini bukan promosi lho tapi testimoni dari orang yang sudah nyicipin nasi kapau ditempat lain.


Yang dahsyat si Andi – dia seperti kalap makan nasi kapau Hj Uni Mes ini;  berbagai lauk dia coba, tak lupa nasinya nambah....brutal hahahaha.....

Setelah selesai santap siang dan menunaikan sholat kami lanjutkan city tour ini ke gua jepang, jaringan terowongan yang berada dibawah kota bukit tinggi ini sangat menarik – nggak kebayang bagaimana mereka membuat terowongan ini.


Lokasi gua jepang ini juga cukup unik karena berada di tebing sebuah bukit sehingga menyajikan panorama yang indah, belum lagi kehadiran monyet-monyet yang kelihatan jinak dan terbiasa dengan manusia membuat suasana yang berbeda.


Menjelang jam 14.00 kami meninggalkan lokasi untuk pindah ke lokasi untuk pencarian oleh-oleh khas Sumatera Barat. Kelar belanja oleh-oleh kami bergerak kembali ke Padang......tapi ditengah jalan mampir lagi makan sate padang mak Syukur.....hehehe entah mengapa setelah turun dari Kerinci saya jadi cepat lapar....seakan-akan tubuh saya meminta untuk recovery tenaga yang telah dikeluarkan selama pendakian kerinci.


Akhirnya tiba juga kami di bandara internasional Minangkabau sekitar jam 17.30, setelah kembali merapikan barang bawaan kami pun pamitan dan berpisah dengan uda Adil, thanks  Uda sudah menemani kita seharian.


Lion air yang akan membawa kami ke Jakarta kali ini terbang on time; pukul 20 kami sudah boarding, dan segera take off begitu mendapat ijin take off dari tower......duduk dibagian emergency door menyebabkan kami punya ruang kaki yang lebih luas (thanks buat Andi yg sudah booking kursi ini), ruang kaki yang lapang menyebabkan saya begitu nyaman.......dan segera tertidur begitu pesawat take off......ahh...selamat tinggal Padang...zzz....zzz..zzz.


-------///------



Special thanks to

 pak Imara and Tim

uda Adil