Monday, September 03, 2007

Merdeka(nya) Bang Arief



Bang Arief, begitulah kami memanggilnya....nama lengkapanya Imam Khairul Arief; arti secara bebasnya adalah Pemimpin yang Baik dan Bijaksana.....; itulah yang kami harapkan dari anak nomor dua kami ini.

Namun Allah yang Maha Kuasa berkehendak lain - Sewaktu dalam kandungan CMV (Cito Megali Virus) menyerangnya - Bang Arief terlahir sebagai penyandang tuna grahita - IQ nya  dibawah normal, motorik halus nya tidak berkembang baik, bicaranya gagap, sikapnya hiperaktif, kemampuan matematisnya sangat sederhana, prilakunya kadang emosional dan ekspresif.

Bang Arif saat ini (Juli 2007) telah duduk di bangku kelas 3 SMP Luar Biasa (SLB C) "Nur Abadi" usianya yang masuk 15 tahun, menyebabkan dia berada pada masa puber nya (sama seperti remaja normal lainnya, penyandang tuna grahita juga mengalami masa puber) susah sekali mengatur sikapnya.

Entah mengapa tanggal 17 Agustus dipilihnya sebagai hari kemerdekaannya, pagi itu sekitar jam 05.45 dia sudah siap berpakaian seragam sekolahnya - setiap pagi saya selalu mengantarnya ke sekolah dan pulangnya dia naek ojek langganan - begitu saya selesai mandi dan siap mengantarnya ternyata Bang Arif sudah tidak ada. Pintu depan terbuka dan saya longok keluar pintu pagar juga terbuka.....Bang Arif kabur....;

Kamipun panik.... memang sudah lama dia minta pergi ke sekolah sendiri naek angkot; tapi selalu kami larang (siapa juga yg tidak kuatir anak seperti ini berangkat sendirian) dan kami selalu janjikan nanti kalo pas liburan kami akan latih naek angkot. Rupanya hari inilah batas kesabaran dia menanti janji kami......

Isteri saya dapat info dari seorang ibu tetangga bahwa dia  melihat bang Arif berlari dengan seragam sekolah ke ujung jalan besar.....; Saya keluarkan Mat item (scorpio ku) mencoba mencari Bang Arif.....di ujung jalan Poltangan tidak ketemu, ke Arah gedung Antam tidak juga bersua - lanjut ke stasiun KA Lenteng Agung juga tidak tampak; akhirnya saya putuskan ke sekolahnya  di Jagakarsa. Sampai di sekolah yang masih sepi saya lihat bang Arif sedang duduk di bangku panjang di depan kelas......alhamdulillah gumamku.

Dia cengar-cengir melihat saya datang dan berucap "Ayah....berhasil yah, abang berhasil naek angkot ke sekolah".......tanpa rasa salah sedikitpun....huh.....

Itulah awal kemerdekaan bang Arif....... selanjutnya petualangan demi petualanganpun dia mulai.............

Tanggal 18 Agustus dia kabur ke rumah Yangti nya di Tegalan-Matraman, Begitu juga tanggal  21 Agustus berhasil mengelabui tukang ojek langganannya dia kabur ke tempat Yangti nya lagi...
Tanggal 24 Agustus dia kabur lagi tapi gak jelas mau kemana dia - dipergoki isteri saya  yang sedang pulang kantor.
Tanggal 29 Agustus kabur lagi kali ini dia pulang di anter tukang ojek Stasiun Pasar Minggu.

Untuk menghindari hal-hal yg tidak di inginkan kami belikan dia kalung - seperti kalung pasukan Amerika, dengan peneng graviran nama dan alamatnya sebagai bandul kalung tsb.

Tanggal 07 September kabur lagi dia, kali ini dia muncul di Tanjung Priok nyusul ke kantor saya.
Tanggal 08 September lagi-lagi kabur kali ini dia muter2 dulu ke jalan Sabang, mampir ke duta  suara..(beli kaset) dan kemudian muncul di rumah Yangtinya......

Duh....bang Arif kemana lagi kamu akan bertualang nak?......hiks....bisa jadi dia akan muncul di tempat anda.......

Bang Arif semoga Allah SWT selalu melindungimu dimanapun kamu berada - ayahmu tidak akan bisa mendampingimu dalam kehidupanmu selamanya nak.......tapi Allah bisa.

Selamat Merdeka ya nak...........

7 comments:

  1. pak Ketum..aku pikir bukan Arif sendiri yang merdeka pada saat dia nekat memberanikan diri sendiri k sekolahnya...hmm, bapak sendiri juga merdeka pada saat itu sedikit or byknya; merdeka dari pemikiran bahwa Arif ga bisa survive tanpa bapak dan tukang ojek langganan ataupun merdeka dari rasa khawatir atas batasan perlindungan yang dijanjikan sang Khalik...selamat menikmati kemerdekaannya ya pak...:)

    selalu en selalu saya em kagum ama orang khusus seperti Arif dan juga kesabaran para ortu nya terutama...

    ReplyDelete
  2. Sabar ya pak, kami selalu berdoa untuk keselamatan bang Arief pada setiap "petualangannya". Yg pasti, benar seperti bang Arief katakan, ia telah "berhasil" melangkah lebih jauh tanpa kawalan orang tuanya. Selamat buat bang Arief. (tapi was-2 juga yak ?)

    ReplyDelete
  3. orang tua hanya busur sebagai tempat meluncur...serahkan pd 4JJI kemana anak panah akan menuju. ketika manusia pd akhir ikhtiar kepada-NYA kita berserah diri. semoga saya bs diberi kesabaran seperti sabarnya pak imam...ga ada yg sia2 di dunia ini ya pak...

    ReplyDelete
  4. Dear All,
    thanks untuk semua comments dan simpatinya.... insya Allah kami akan tetap sabar dalam membesarkan bang Arief.....

    ReplyDelete
  5. halo om imam... kisah yang dramatis ya?? salut buat om imam...
    dengan ketekunan, kesabaran dan keihklasannya dalam merawat bang arief. om imam patut menjadi inspirasi bagi kita semua.. karena hidup ini tidak sedikit dengan cobaan cobaan dari Yang Maha Kuasa...
    dan belajar ilmu ihklas itu emang sulit ya... hueee.....

    ReplyDelete
  6. Thanks Bro,
    Anak memang amanah dari Allah, jadi kalo Dia menitipkan bang Arief ke saya itu artinya Dia menganggap mampu untuk membesarkannya.......tinggal kitanya...itu tadi ikhlas nggak nerimanya.......
    Again Thanks ya Joe....

    ReplyDelete
  7. manusia tak berbatas apapun untuk bersyukur atas ciptaanNya, dunia ini adalah ciptaanNya, Bang Arief ingin menikmati dan mensyukuri dunia ini, tak ada batas Bang Arief, lanjutkan petualangan dan tetap bersyukur, merdekaaa...

    ReplyDelete