Tuesday, October 16, 2012

UJUNG KULON TRIP – (CATATAN PERJALANAN KE TAMAN NASIONAL UJUNG KULON) 1 - 2



Sabtu, 15 September 2012 pukul 02.30 dini hari…..

Saya masih asyik meliuk-liukan motor mengikuti tikungan yang ada di jalur alternative menuju Carita via Ciomas, ketika saya menengok kaca spion baru menyadari lho koq gelap total, tidak terlihat cahaya lampu motor bro Hendro dan kawan-kawan, padahal semenit yang lalu masih terlihat…….
Saya perlahankan motor sambil berharap lampu motor mereka terlihat kembali dari balik tikungan…namun saya tunggu-tunggu tidak muncul juga.
Saya berhentikan motor – gelap total dan kesenyapan langsung meliputi saya, selain suara Bimbi motor saya (Hyosung Karion RT125) hanya desau angin menghembus dedaunan yang terdengar, cahaya lampu bimbi hanya menggapai radius kemampuannya itupun hanya menampakan siluet pepohonan selebihnya gelap total, tidak tampak kerlip cahaya dari rumah penduduk…..wah bener-bener jauh dari kampong nih…hii sendirian gelap-gelapan lagi…..
Saya mulai was-was koq tidak ada yang muncul, jangan-jangan ada yang nyungsep nih, kerena jalanannya sempit, gelap dan tikungannya patah-patah kalo tidak hati-hati bisa melebar dan nyungsep keluar jalur……..

Kami berempat (Saya, Om Martin, bro Hendro dan Bro Wahyu) memang sedang dalam perjalanan menuju Ujung Kulon, kami meninggalkan pom bensin Shell – slipi sekitar pukul 22.30 jadi kami sudah berkendara sekitar 4 jam, sehingga wajar jika mungkin ada yang lelah atau mengantuk yang bisa menyebabkan nyungsep, apalagi bro Hendro dan kawan2 baru pertama kali lewat jalur alternative ini, biasanya dia lewat Pandeglang - Jiput – Labuan; sedangkan kali ini lewat ciomas/padarincang – cinangka – carita – Labuan, rute ini tembus ke jalan Raya Carita – Labuan dan jalannya menyusuri pantai carita dengan kondisi mulus dan datar. Tujuan akhir kami adalah desa Taman Jaya; perkiraan kami akan tiba disana sekitar pukul 08 pagi untuk kemudian menyewa perahu (long boat) menyebrang ke Pulau Peucang.

***
Karena menunggu sendirian di tempat gelap seperti itu  tidak nyaman buat saya (takut lama-lama ada penampakan atau yang lebih gawat lagi kalo ada begal hehehe),  maka saya putar balik si Bimbi mencoba menelusuri kembali jalanan biar bisa ketemu dengan teman-teman yang lain, tidak lama saya jumpai mereka sedang membetulkan tutup side box motor bro Hendro (suzuki skywave – 125) yang terbuka karena tidak terkunci dengan baik. Beres benerin tutup side box kami lanjutkan perjalanan  – ternyata masalah tidak berhenti disitu, baru jalan beberapa meter ternyata ban belakang motor bro Hendro kempes total…….

Hadooh mau nyari tukang ban dimana nih apalagi dini hari seperti ini – maklum ini kan jalur alternative lewatnya bukan melintas didaerah perkotaan, jalanannya lebih sepi karena jarang kendaraan lewat pastinya tidak banyak bengkel yang buka sampai malam di lintasan ini.

Saya minta Om Martin (Kawasaki Edge) dan Bro Wahyu (Yamaha Yupiter Z) jalan duluan  dengan harapan bisa menemukan tukang tambal ban, sementara saya mengiringi bro Hendro jalan pelan-pelan agar ban-nya tidak semakin rusak…..

Tidak lama bro Wahyu kembali ngasih tau ada tukang tambal ban di depan,….problem solved pikir saya. Sampai di tukang ban yang kelihatannya baru dibangunin oleh om Martin, motor bro Hendro segera diserahkan ke tukang tambal ban……asyiik bisa istirahat nih sambil nunggu bisa tidur2an…..di kios sederhana si tukang ban ini.

Ternyata tidak demikian kejadiannya; si tukang ban ini ternyata baru buka kemarin, compressor aja blom punya, dan dia gak bisa nambal ban tubeless – haddoh (salut juga sih sama tekad anak muda tukang ban ini buat buka usaha tambal ban – Cuma modal pompa tangan; itupun gak bener pompanya….kekeke).

Kami tanya punya ban dalem nggak? Ada tapi ukuran 17 untuk bebek dan 14 untuk mio kata dia; ya udah untuk sementara kita minta pasang aja ban dalem yang 17 (ban skywave menggunakan ukuran 16, memang termasuk yg jarang ada/tidak lazim di pasaran hehehe; yang pake ban ukuran 16 antara lain Yamaha Nouvo)

Giliran mau nyopot ban belakang skywave, bingung dia, ini gimana cara bukanya?? – wekekeke mana kunci L juga nggak punya dia…..

Terpaksa deh saya keluarin tool bag saya – dan kerena saya satu-satunya yang punya pengalaman dengan skywave (bro Hendro baru 2 bulan beli itu skywave jadi blom ngerti cara bongkar ban belakang), maka sayalah yang mengerjakan semuanya – hehehehe terpaksa deh ngebengkel malam-malam.

Saya bongkar roda sambil ngasih tutorial dan demo ke tukang ban itu “ini namanya kunci L, kamu musti punya kunci kayak begini soalnya banyak motor sekarang  pake baut seperti ini” kata saya ke tukang ban sambil membuka baut pengikat kenalpot ke swing arm.

“Ini knalpot musti dilepas dulu, baru swing armnya dilepas setelah baut shock dibuka, baru terakhir rodanya dicopot” lanjut saya.

Untungnya si tukang ban punya kunci 22 untuk buka baut as roda…kalo tidak perjuangan buka roda bakal berhenti sampai disitu…hehehe..(soalnya saya nggak bawa kunci 22 hehehe berat bo). Akhirya roda bisa dicopot dan ban dalampun dengan susah payah di jejalkan – giliran mompa dengan pompa tangan yang gak beres…..hasilnya nol besar itu pompa kayaknya Cuma bisa buat ban sepeda hehehe – untung yang mompa bukan saya tapi situkang ban.

Saya tanya ke tukang ban berapa jauh lagi ke Jalan Raya Carita; menurut si tukang ban sekitar 7 km, akhirnya saya minta bro Hendro dan bro Wahyu untuk boncengan bawa ban itu ke tukang pompa ban yang kemungkinan besar di jalan Raya Carita ada tukang ban yang buka…..

Bro Hendro dan Bro Wahyu pun segera berangkat…..Naah akhirnya ada waktu juga buat saya istirahat merebahkan badan hehehehe, walaupun Cuma di bangku panjang dengan lebar alas papan hanya pas selebar punggung ternyata saya bisa tertidur juga…..lumayan bangun2 pas azan subuh, saya liat bro Hendro belum kembali – baru menjelang jam 05.00 pagi mereka muncul; terpaksa saya buru-buru selesaikan makan roti sobek yang saya bawa dari rumah (laper euy) dan segera memasang kembali roda belakang skywave bro Hendro.


Jam 05.30 kami tinggalkan tukang ban tersebut untuk lanjutkan perjalanan lagi setelah mampir sebentar ke mesjid untuk sholat subuh; fuiih berarti kita kehilangan waktu 3 jam untuk mengatasi masalah ban ini – Untunglah tidak ada satu orangpun yang mengeluhkan ataupun merasa tidak nyaman dengan kehilangan waktu ini – ini berarti chemistry tim ini sudah mulai nyambung, semuanya berarti memang traveler sejati dan bisa menerima masalah seperti ini sebagai bagian dari dinamika turing – palingan nanti jadi bahan becandaan aja.

Chemistry tim yang nyambung dan kondusif itu penting buat jalan jauh seperti ini, apalagi saya baru mengenal mereka terutama dengan om Martin (beliau seusia dengan saya – tapi dengan tampilan fisik yang lebih baik tidak obesitas seperti saya hehehe) baru kali ini ketemu dan baru kali ini jalan bareng, Bro Wahyu sudah pernah bertemu tapi baru kali ini jalan bareng, Bro Hendro sudah akrab karena sudah pernah jalan bareng ke kiluan jadi sudah tau watak dan karakternya, mereka bertiga kebetulan satu kantor jadi tampaknya sudah akrab satu sama lain…..syukurlah dalam menangani masalah ban diatas tadi semuanya bersikap tenang dan nyantai……tidak ada yang saling menyalahkan

Kira-kira pukul 6.30 kami tiba di Labuan, om Martin usul untuk cari sarapan isi perut dulu dan buat om Martin itu artinya perutnya harus ketemu Nasi tidak bisa yang lain….hehehe

Sambil makan di sebuah warteg kami tanya-tanya arah ke ujung kulon dengan si tukang warteg – meskipun kami telah browsing dan cari informasi sebanyak mungkin tentang Ujung Kulon ini di internet namun buat saya sendiri (nggak tau deh kalo temen yang lain hehehe) masih banyak hal yang gelap dan belum tau dengan pasti mau ngapain aja di ujung kulon dengan waktu terbatas yg kami miliki (tentunya beda jika pergi dengan event organizer yang sudah jelas itinerary nya).


Makanya trip kali ini saya lebih anggap sebagai survey belum sebagai exploring yang sebenarnya – karena kalo liat di internet banyak sekali spot yang bisa dikunjungi dengan berbagai aktifitas berbeda; akibatnya saya bingung sendiri mau ngapain aja nanti di ujung kulon.

Nah dibawah ini saya sharing gambaran yang saya dapat tentang trip Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) setelah saya datang sendiri ke sana, mudah2an bisa membantu teman-teman yang berencana mengunjungi TNUK.

***
Taman Nasional Ujung Kulon itu merupakan kawasan yang  luas yang mencakup Semenanjung Ujung Kulon dan beberapa pulau disekitar Semenanjung Ujung Kulon antara lain Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Pulau Handeleum.

Beberapa desa juga masuk dalam kawasan TNUK ini antara lain  Sumur (kecamatan) dan desa Taman Jaya kedua desa ini anggaplah berada di ring satu dan menjadi pintu masuk utama ke kawasan inti TNUK.

Jadi kalau anda berpergian dan sudah sampai di Sumur atau Taman Jaya sebenarnya anda sudah mengunjungi atau masuk kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.


Dulu saya selalu agak bingung setiap kali orang bilang dia baru balik dari ujung kulon dan  mereka selalu bilang menyeberang ke Pulau Peucang, seakan-akan Ujung Kulon identik dengan Pulau Peucang padahal setahu saya Ujung Kulon kan semenanjung dan jadi satu dengan pulau jawa, kenapa musti ke pulau ya?

Sekarang saya baru tahu bahwa Pulau Peucang (cagar alam pulau peucang) adalah bagian dari kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), jadi kalau datang ke Pulau Peucang ya berarti sudah mengunjungi atau berada di kawasan TNUK.

Letak pulau Peucang yang berada diantara semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan, menyebabkan pulau ini menjadi titik yang strategis karena  dari sini dengan  mudah menjangkau beberapa spot yang berada di semenanjung ujung kulon, seperti Cidaon, dan Cibom dan beberapa lokasi tempat snorkeling. dan juga cukup dekat untuk ke pulau Panaitan (lihat peta).


Nilai tambah yang lain dari pulau Peucang adalah mempunyai pantai yang cantik dan lokasi melihat sunset, selain itu terdapat fasilitas akomodasi yg lebih baik, selain adanya kantor TNUK sendiri, jadi tidak heran jika pulau peucang ini merupakan the best nya TNUK.

Terus kalau di pulau Handeuleum ada apa? Walau tidak sesering disebut seperti pulau Peucang, pulau yang satu ini sering juga disebut oleh orang-orang yang baru kembali dari TNUK, kegiatan disini utamanya adalah canoeing (berperahu) menyusuri sungai cigenter (letak sungainya ada di semenanjung ujung kulon). Di pulau Handeleum juga ada penginapan tapi tidak sebaik di pulau Peucang.


Nah kalo di semenanjung Ujung Kulonnya sendiri kegiatan yang bisa dilakukan adalah trekking, wildlife viewing dan berkemah. Jalur trekkingnya juga beragam ada yang bisa ditempuh 1 atau 2 hari, ada yang sampai 5 hari yang unik ada jalur trekking yang memotong pulau jawa dari utara ke selatan.

Jadi jika kita ingin ke TNUK sebaiknya pastikan dulu mau melakukan kegiatan apa? Trekking?, wild life viewing?, snorkeling?, camping? atau canoeing? sehingga kita bisa datang ke tempat yang tepat dan bisa memanfaatkan waktu yang tersedia sebaik mungkin.

Rekomendasi saya jika kegiatan yang ingin dilakukan adalah light trekking, snorkeling dan hunting foto maka yang paling mudah dan nyaman adalah ke Pulau Peucang – dengan perahu sewaan anda bisa mencapai beberapa spot yang terletak di semenanjung ujung kulon selain tentunya mengexplor pulau peucang itu sendiri.

Selain itu yang harus diperhatikan untuk mengunjungi TNUK adalah waktu kunjungan yang terbaik, hal ini karena wisata ini kental dengan nuansa outdoornya maka akan sangat bergantung pada cuaca jadi pilihlah waktu terbaik untuk mengunjunginya yaitu april s.d September; diluar periode tersebut di kuatirkan hujan atau ombak besar mengganggu kenyamanan kunjungan anda.

Untuk informasi lebih lengkap bisa mengunjungi web site ini http://www.ujungkulon.org/

***

Selesai sarapan di Labuan ini sekitar pukul 07.30 kami melanjutkan perjalanan kembali, sejauh ini kami telah menempuh sekitar 170km (Jakarta – Serang – Ciomas – Cinangka – Carita – Labuan), untuk mencapai Sumur kami masih harus menempuh sekitar 60km lagi, sedangkan untuk sampai ke Taman Jaya masih harus ditambah 18 km dari Sumur.

Kenapa sasaran kami ke Sumur dan Taman Jaya, hal ini karena kedua tempat ini merupakan tempat penyeberangan ke Pulau Peucang (sebenarnya bisa juga dari carita namun kalo dari sini biasanya menggunakan speed boat yang biayanya lebih mahal).

Dari Labuan kami mengambil arah yang ke Tanjung Lesung - tapi bukan ke Tanjung Lesungnya ya, hanya searah saja. Di daerah yang bernama Panimbang kami berhenti untuk mengisi bensin, kami pikir ini pom bensin terakhir ternyata di Cibaliung masih ada satu pom bensin lagi dan bagusnya juga menyediakan pertamax kami berhenti agak lama di pom bensin cibaliung ini – maklumlah karena ada yang harus melakukan ritual bongkar muatan  di toilet SPBU ini hehehe.

Jalan Labuan – cibaliung kondisinya baik dan relative datar, sebagian sedang dilakukan betonisasi jalan, dibeberapa tempat karena betonisasi ini ada system buka tutup karena satu jalur sedang di beton, untunglah karena masih pagi frekuensi kendaraan yang lewat tidak tinggi sehingga system buka tutup bergantian ini tidak sampai menyebabkan kemacetan.

Baru setelah Cibaliung menuju Sumur jalanan mulai naik turun perbukitan dan berkelok-kelok, jalannya tidak terlalu lebar tapi cukup aman dan mudah dilalui dua elf berpapasan, aspalnya di beberapa tempat berlubang tapi secara keseluruhan kondisinya 80% baik.

Menjelang 12 km sebelum Sumur kami menjumpai tugu/gerbang batas wilayah Taman Nasional Ujung Kulon – disini untuk memenuhi prinsip tidak tertulis jurnalisme internet yang berbunyi “No Pics = Hoax”  (tidak ada gambar/foto sama dengan Bohong/palsu) ditambah sindrom narsisme kami berhenti dulu untuk sessi foto-foto…….hehehehehe

Sekitar jam 10.30 kami tiba di Sumur, di suatu pertigaan dimana ada plank yang menunjukkan arah Pulau Umang Resort belok kanan, kami tidak ambil arah ini melainkan mengambil yang arah lurus menuju Taman Jaya.

Ruas Sumur – Taman Jaya ini memang hanya 18 km, tapi membutuhkan waktu satu jam untuk melintasinya, pasalnya jalanannya rusak parah – aspalnya sudah habis terkelupas menyisakan batu-batuan saja yang menyembul tidak rata serta pasir dan kerikil lepas.


Kami harus konsentrasi penuh di jalanan seperti ini, jalan terbaik adalah mengikuti jejak lintasan ban motor yang telah terbentuk sebelumnya – ada yang melipir bahu jalan, kemudian kembali ketengah, kadang menyimpang pindah ke jalur bahu jalan yang satunya.

Walaupun sudah mengikuti lintasan ban motor sebelumnya bukan berarti bisa santai, tapi tetep harus konsen karena krikil lepasnya bisa membuat motor terpeleset kalo tidak hati-hati, sementara pasir halusnya selain menerbangkan debu (panas terik kemarau menyebabkan debunya makin banyak hiks), juga bisa menyebabkan ban kehilangan traksi

Untunglah jalanannya datar-datar saja  karena menyusuri garis pantai, tidak turun naik bukit jadi penderitaan bisa sedikit berkurang hehehe……

Di ruas Sumur – Taman Jaya ini kami melewati sebuah resort namanya Ciputih Beach Resort, kelihatannya tempatnya cukup baik dan luas, apa ada yang nginep disini ya? pikir saya….jalanannya itu lho rusak banget kayak gini, kalo gak niat pasti orang males banget lewat sini……hehehehe

Setelah melalui jalan rusak yang berdebu hampir sejam akhirnya Kami tiba di Taman Jaya sekitar pukul 11.30, Bro Hendro mencoba mengontak orang yang kapalnya akan kami sewa (sekedar info sinyal simpati di Taman Jaya lemah, yang kuat Indosat dan xl) – rupanya terjadi salah pengertian antara Hendro dan si orang ini; ternyata lokasi kapalnya adalah di Sumur bukan di Taman Jaya…….haiyaaa nggak mungkin deh kalo kita kudu balik ke Sumur lagi…..hehehehe

Akhirnya kita pakai referensi dari Internet, dimana untuk di Taman Jaya ini  urusan wisata ujung kulon bisa kontak pak Komaruddin – pemilik homestay Sunda Jaya. Tidak sulit menemukan Homestay Sunda Jaya ini selain ada plank penunjuk jalan, juga orang-orangpun ternyata cukup mengenal pak Komar ini.


Ketika kami sampai di Homestay Sunda Jaya ternyata pak Komar sedang ke pulau menjemput wisatawan asing, kami disarankan untuk menemui isteri pak Komar yang sedang menunggui sebuah toko di jalan utama Taman Jaya. Kamipun menuju ke sana.

Setibanya disana Kami sampaikan bahwa kami akan menyewa kapal (tepat nya kapal kayu – long boat) untuk ke pulau Peucang – Isteri Pak Komar menyampaikan bahwa tarif sewa long boat adalah Rp 2 juta untuk dua hari satu malam (menginap) kelihatannya tariff ini adalah tariff standar koperasi KAGUM yang di ketuai pak Komar jadi tampaknya tidak bisa di tawar lagi. Harga rp 2 juta ini lah yang sering kali menyebabkan orang menganggap wisata ke ujung kulon itu mahal – sebenarnya bisa jadi murah jika di share ke peserta wisata, satu long boat bisa di isi sampai 20 orang sehingga biaya per orangnya menjadi lebih murah – tapi demi keamanan dan kenyamanan sih saya sarankan long boat di isi max 10 orang saja.

Isteri pak Komar menyarankan agar sebaiknya kami bicara langsung dengan kapten kapalnya mengenai tujuan/spot yang akan dikunjungi, Setelah di kontak oleh isteri pak Komar tidak lama muncul tiga anak muda yang saya taksir umurnya mungkin baru dua puluhan mungkin kurang malah. Si Kapten namanya Enjas, anak buahnya namanya Rudi dan Irwan.

Yang pertama kami tanyakan kepada Enjas adalah tempat-tempat tujuan yang ingin kita datangi seperti pulau peucang, tempat-tempat snorkeling dan pulau Handeleum, apakah memungkinkan kami kunjungi semua tempat tersebut dengan waktu yang tersedia sampai hari Minggu Siang. Ini penting bagi kami mengingat waktu kami terbatas, sementara tempat tujuan lebih dari satu – dan tentunya kami berharap dengan mengeluarkan dana segitu kami dapat memaksimalkan explorasi kami di Ujung Kulon ini.

Menurut Enjas itu memungkinkan untuk dilakukan …..good, sekarang satu masalah lagi yaitu penginapan! kami sampaikan ke Enjas bahwa kami tidak kebagian penginapan di pulau Peucang karena semua kamar sudah penuh – kami tanya apakah kami boleh bermalam di perahu – dan ternyata boleh dan tidak ada tambahan biaya….. siiplah.

 

Problem terakhir yang kami tanya apakah di pulau Peucang ada warung atau restoran yang menyediakan makanan? – jawaban Isteri pak Komar adalah tidak ada.
Kami harus membawa perbekalan/bahan makanan sendiri dari Taman Jaya ini. Kami bingung lho terus yang masak siapa? Oh nanti yang masak adalah juru masak Kapal jelas enjas……dan no additional charge alias tidak ada tambahan biaya….. siip clear dan problem  solved.

Dengan dibantu isteri pak Komar kamipun belanja perbekalan yang sebagian besar tersedia di toko tersebut – tampaknya ini seperti toko koperasi yang memang menyediakan perbekalan untuk perjalanan wisata. Kami membeli beras, mie instan, telur, aqua gelas, kecap, sambal botol, ikan segar kerapu dan kakap yang lumayan besar hampir sebetis orang dewasa (semua ini tersedia di toko tersebut), isteri pak Komar juga mengingatkan kita untuk belanja sayuran (tomat, cabe, bawang dlsbnya) nah yang ini tidak tersedia di toko, Ibu Komar menyuruh salah satu anak buah kapal untuk membelinya di pasar – untung juga ada bu Komar ini jadi mudah persiapan perbekalannya; kalo Cuma kami berempat yang laki-laki semua pastinya bingung untuk nyiapin urusan dapur ini hehehehe…..

Untuk belanja perbekalan ini kami habis sekitar Rp 370.000,-.  Jadi Total kami bayarkan ke Bu Komar untuk sewa long boat dan belanja adalah Rp 2.370.000,-

Sambil kami menyiapkan perbekalan Enjas CS ternyata juga mempersiapkan perbekalannya sendiri, selain makanan untuk mereka, enjas juga menyiapkan perbekalan  untuk keperluan kapal antara lain jeriken2 berisi solar dan bensin, tabung gas botol ijo – (untuk masak di kapal) dan tentunya juga air tawar.

Lumayan makan waktu juga persiapan berlayarnya ini, kami baru bisa berlayar menjelang pukul 13.30 setelah semua perbekalan di muat ke kapal dan motor-motor kami titipkan di Homestay Sunda Jaya.

Sebelum berlayar kami membayar tiket masuk Pulau Peucang di kantor TNUK tidak jauh dari dermaga Taman Jaya ini. Ticket per orang adalah Rp 2.500,- plus asuransi Rp 3.000,- total Rp 5.500 per orang (ini untuk WNI ya kalo untuk WNA keliatannya di bedakan, sebab ketika saya membayar ditanya apakah ada warga asingnya di rombongan saya ini?)

Selain tiket masuk saya juga harus membayar ongkos sandar kapal di pulau Peucang sebesar Rp 100.000,- nah kira-kira sudah bisa menghitung sendiri kan berapa share setiap orang

 
***

Dalam cuaca yang terik kami pun mulai berlayar Long Boat yang kami gunakan adalah sebuah kapal kayu yang berukuran panjang sekitar 19,5m dan sisi terlebar adalah 2,5m, bermesin penggerak diesel, selain juga dilengkapi gen-set untuk listrik. Ada toilet dan dapur kecil tempat masak di bagian belakang kabin yang menghadap ke dek belakang- Dek Belakangnya sendiri diberi atap dan ada bangku panjang untuk duduk, kabin dibagian tengah tinggi langit-langitnya hanya bisa untuk orang dewasa duduk jadi tidak bisa berdiri, didalam kabin ini disisi depan kiri ada tempat duduk untuk juru mudi kapal. Didepan kabin diletakan bangku kayu panjang – menghadap ke dek depan dan haluan kapal.

Dibawah dek belakang dan dek depan ada palka – tempat penyimpanan barang. Nama long boat nya sendiri adalah Perjuangan dengan cat yang mendominasi adalah warna merah dan putih – nah begitu kira-kira deskripsi mengenai kapal perahu yang saya tumpangi.

Pelayaran Taman jaya – Pulau Peucang menurut Enjas memakan waktu 2,5 – 3 jam tergantung arus dan cuaca. Karena waktu pelayaran cukup lama saya putuskan untuk istirahat tiduran di kabin guna melengkapi kurang tidur semalem – tidak butuh waktu lama saya sudah terlelap.

 

Angin di atas kapal ini cukup besar dan kuat jadi saya tetap menggunakan jaket motor saya plus minum tolak angin biar aman hehehe – saran saya siapkan jaket atau kaos lengan panjang yang tebal, boleh juga ditambah kupluk yang menutup kuping khususnya buat orang yang mudah masuk angin…..

Saya terbangun sekitar jam 15.00 karena diberi tahu makan siang sudah siap – menu siang itu adalah nasi putih + kerapu balado + sayur capcay/tumis ala chef Rudi……..disajikan di dek belakang dengan hembusan angin yang kuat dan perut yang lapar……..santap siang ini benar-benar nikmat booo……..

Sekitar jam 16.00 lebih sedikit kami tiba di dermaga pulau Peucang – Horree akhirnya sampai juga hehehe; saya segera melapor ke kantor TNUK sekaligus cari informasi apa yang sebaiknya dilakukan sore tsb di pulau peucang ini – saran mereka adalah trekking ke Karang Copong untuk melihat sunset.

Saya sempatkan sholat dulu di mushola yang ada di pulau Peucang ini, beberapa ekor monyet terlihat berkeliaran bebas dan tidak takut pada manusia, demikian juga dengan rusa yang berdiri ditepian lapangan berteduh dibawah ridangnya pepohan tampaknya sudah biasa dengan kehadiran manusia, dan jangan kaget juga ya jika ada babi hutan yang berkeliaran…..itu pemandangan yang sudah biasa terlihat di pulau peucang ini.

Disisi barat lapangan ini ada dua bangunan cottage sedangkan sisi timur sejajar dengan kantor TNUK terdapat bangunan penginapan yang berdiri memanjang – yang ini tampaknya  kelasnya lebih murah dari yang cottage; dibelakang penginapan ini ada beberapa kamar mandi – (kamar mandi ini yang kami pakai selama menginap di Peucang hehehe), di sisi selatan lapangan terdapat bangunan yang kelihatannya digunakan tempat para petugas pemandu wisata.

Menjelang pukul 17 bersama grup anak muda dari Suralaya kami dengan di pandu Kang Lili memulai trekking ke karang Copong

Dari kantor TNUK menuju pantai karang copong jaraknya sekitar 3 km, dengan jalur trekking melintas melalui hutan yang ada di Peucang ini. Karena kami start sudah mendekati jam 17 Kang Lili pemandu kami berjalan cukup cepat  untuk bisa mengejar sunset di pantai copong ini.

Jalur trekkingnya sendiri datar-datar saja, sangat nyaman malah teduh karena rindangnya dedaunan pepohonan hutan yang masih cukup lebat – terkadang terdengar suara kemerosok semak belukar yang diterobos rusa yang menghindar karena lewatnya rombongan kami.

Nafas saya masih tersengal-sengal ketika akhirnya kami tiba di tepi pantai karang copong – haddooh obesitas ini benar-benar mengganggu – persis minggu lalu saya juga trekking di Cikole, Lembang dalam acara outing kantor dan juga terpaksa tercecer di rombongan paling belakang tubuh gemuk ini sulit di ajak jalan cepat hehehehe…..

Sayangnya keberuntungan belum berpihak kepada kami  karena sunsetnya tertutup awan di horizon sehingga kami tidak bisa menikmatinya dengan tuntas…… 

Perjalanan kembali dari trekking pantai copong ini benar-benar menjadi siksaan buat saya, pasalnya kini trekking dilakukan saat hari sudah gelap walaupun saya sudah siap dengan membawa lampu senter, namun gara-gara tersandung akar pohon – sandal jepit saya putus….untuk bisa mengimbangi langkah rombongan….terpaksalah saya trekking dengan kaki telanjang……hiks…hiks…hiks telapak kaki saya terasa sakit apabila menjejak tanah yang berbatu-batu, kadang sakitnya seperti pijit reflexi…..haduuh lengkap deh sudah nafas tersengal-sengal sekarang ditambah kaki sakit…….

Sejak saat itu kemana-mana saya selalu nyeker selama di pulau Peucang ini……

 

Akhirnya kami bisa keluar juga dari hutan tersebut dan tiba kembali di lapangan pulau peucang. untuk trekking ini kami dikenakan Rp 10.000 per orang untuk membayar jasa pemandu. Tarif Rp 10.000 per orang untuk jasa pemandu ke suatu tujuan - ini adalah tariff resmi TNUK.

Setibanya di kapal ternyata makan malah sudah tersedia kali ini chef Rudi menghidangkan ikan kakap bakar dengan sambal kecap dan potongan cabe serta irisan bawang merah plus tambahan lauk adalah mie instan goreng, rasanya maknyuuus apalagi disantap saat perut lapar dan badan lelah habis trekking……

Malam itu angin bertiup kencang dan dingin walaupun saya membawa sleeping bag tapi saya putuskan untuk tidur di kabin saja, walaupun resikonya kaki harus agak nekuk hehehe – setelah berganti dengan pakaian bersih (saya nggak mandi malam itu yang lainpun juga begitu hahahaha) saya pun bersiap tidur..mencari posisi yang paling nyaman di kabin hehehe.

Sementara itu bro Wahyu sudah mengambil tempat posisi tidur di dek depan – salut juga dengan daya tahan tubuh anak muda ini, dia tidak terlihat lelah waktu trekking dan selalu bersemangat mengabadikan segala sesuatunya dengan kamera DSLR nya cocok jadi wartawan foto kelihatannya….

Om Martin yang memang lebih tinggi dari saya juga memilih tidur di dek depan – sekaligus kelihatannya ingin mengetes jaket respiro nya hehehehe

Sedangkan Hendro sama seperti saya memilih tidur di kabin kapal…….

Dengan berbantalkan sleeping bag dan tubuh yang lelah serta perut yang kenyang dengan mudah saya berlayar ke alam mimpi………zzzzzzzzzzzz…..zzzzzzzzzzzzz….zzzzzzzzzzzz

UJUNG KULON TRIP – (CATATAN PERJALANAN KE TAMAN NASIONAL UJUNG KULON) 2-2



Minggu, 16 September 2012……

Bunyi alarm dari HP saya tidak mampu membangunkan saya….saya terbangun lebih karena panggilan system pembuangan tubuh…..mau pipis dan buang hajat besar…..saya tengok jam tangan saya..hmm masih pukul 06.00 saya teringat jajaran kamar mandi di belakang penginapan, dengan membawa peralatan mandi saya tinggalkan kapal dan pergi menuju ke sana sambil berharap mudah2an  belum banyak yang mandi disana – harapan saya terkabul tidak ada yang mandi disana jadi saya bisa memilih kamar mandi yang airnya paling banyak hehehehe….saya pun segera buang hajat dan lanjut dengan mandi sepuas-puasnya……aahhhh segernya tidak terasa lagi badan yang lengket seperti kemarin…..


Setelah mandi saya berjalan-jalan di pantai dengan bro Hendro, dari seorang pengungjung yang kami jumpai di pantai disarankan agar kami menyeberang ke cidaon mumpung masih pagi – sehingga diharapkan masih sempat melihat hewan-hewan yang merumput disana……

Kamipun segera kembali ke kapal, sebelumnya kami melapor dulu ke kantor TNUK memberitahukan bahwa kami akan ke cidaon pihak TNUK menugaskan Pak Sumeidi untuk menjadi guide kami – disini aturannya memang demikian kita harus melapor dan ditemani petugas TNUK jika akan mengunjungi spot-spot di wilayah TNUK ini; hal ini mungkin untuk menjaga dan mengawasi pengunjung agar tidak merusak lingkungan yang ada sekaligus memberi keterangan kepada pengunjung mengenai lokasi yang dikunjungi.


Diatas kapal kami berunding dengan Enjas mengenai tempat-tempat yang akan kami kunjungi hari ini, dan yang terpenting kami berharap bisa tiba kembali di Taman Jaya sekitar pukul 16 – hal ini karena bro Hendro mau mengunjungi Om nya dulu di daerah menes ada titipan orang tuanya yang musti di ambil.

Dari dermaga Pulau Peucang ke dermaga cidaon ditempuh tidak sampai 15 menit, dari dermaga cidaon yang sudah agak rusak ini kami trekking sekitar 10 menit masuk ke dalam hutan (lagi-lagi saya trekking dengan kaki telanjang hehehe), dan kami pun tiba di padang rumput cidaon – tempat banteng, rusa merumput.
Sayangnya pagi itu tidak tampak seekor banteng atau rusa pun yang merumput, beberapa burung merak terlihat berjalan di seberang tepi padang rumput, terlalu jauh untuk di jangkau zoom kamera pocket saya….hehehe.


Kemarau telah membuat padang rumput ini berwarna coklat kering beberapa pohon juga daunnya meranggas – mungkin karena rumputnya yang sudah mengering ini satwa mencari tempat makan yang lain.  Ketika saya berjalan ketengah padang rumput saya perhatikan tidak ada kotoran hewan yang masih baru – sebagian besar bekas kotoran yang ada sudah mengering berarti mungkin memang sudah beberapa hari tidak ada binatang yang merumput disini lagi, atau mungkin kami datang di waktu yang kurang tepat……well no problem bisa melihat padang rumput luas seperti ini saja sudah pemandangan yang menakjubkan……..

Kami segera kembali ke kapal untuk mengunjungi spot lainnya – sambil berlayar menuju tanjung layar kami sarapan nasi goreng yang di siapkan chef Rudy…..

Untuk menuju tanjung layar ini sebenarnya kita bisa mendarat di Cibom, baru dari sini trekking sekitar satu jam menuju Tanjung Layar dimana lokasi mercu suar berada. Kami tidak melakukan hal  ini karena kami ingin menghemat waktu – jadi kami hanya akan melihatnya dari sisi laut saja.

Tanjung Layar ini posisinya berada paling barat ujung kulon sehingga berhadapan langsung dengan Samudera Hindia – jadi ombaknya disana juga cukup besar, membuat long boat kami terayun-ayun, bikin was-was juga sih hehehehehe……

Dari Tanjung layar kami kembali ke arah Peucang dan lempar jangkar berlabuh di tempat yang namanya Cikuya untuk snorkeling. Snorkeling ini yang paling di tunggu2 oleh bro Hendro dan bro  Wahyu soalnya mereka sampai bela-belain beli paket alat snorkeling sebelum trip ke ujung kulon ini – bro Wahyu bahkan juga bawa kamera waterproof nya – niat banget pengen snorkeling di Ujung Kulon ini.

Begitu kapal berhenti kami pun segera mengenakan life jacket plus perlengkapan snorkeling nya, selanjutnya segera turun ke laut…….

Terumbu karangnya bagus, air yang jernih dan sinar matahari yang menerobos masuk memudahkan kami mengamati ikan-ikan indah berbagai warna yang keluar masuk karang-karang…..indah sekali, serasa kami berada di dalam akuarium ikan hias laut….hehehehe

Lelah snorkeling kami kembali ke atas kapal – untuk pindah ke tempat snorkeling yang lain yaitu di citerjun masih diseputaran perairan pulau peucang.

Kami meninggalkan citerjun sekitar pukul 11.30 untuk menuju dermaga Pulau Peucang, enjas memberi tahu kalo di pantai Pulau Peucang juga ada tempat snorkeling Lagun Kukang namanya kata enjas; wah bikin pengen tau kayak apa itu lagun kukang tapi sayang waktunya sudah mepet, jadi pas tiba di dermaga pulau Peucang kami hanya menyusuri pantai pulau Peucang sebentar saja tidak sampai ke Lagun kukang ini – tapi pantai pulau peucang memang cantik pasirnya yang putih dan airnya yang jernih dengan gradasi warna dari biru muda ke hijauan menjadi biru gelap bikin kami pengen berenang dan bermain di pantai terus menerus…… tapi kami harus segera kembali.

Kami segera kembali ke kapal setelah selesai mandi, pukul 12.30 kami sudah berlayar meninggalkan dermaga pulau peucang menuju Taman Jaya, kami menikmati makan siang terakhir kami diatas kapal.
Sesuai kesepakatan dengan Enjas kami mampir dahulu ke pulau Handeleum, disini kami Cuma foto-foto biasalah selain sindrom narsis juga memenuhi kode etik jurnalisme internet “No Pics = Hoax” hehehehe.

Dari pulau Handeleum ke Taman Jaya butuh waktu sekitar 30 menit, pukul 17.00 kami sudah tiba di dermaga Taman Jaya. Berakhirlah explorasi kami di ujung kulon ini yang terus terang buat saya rasanya masih kurang puas banget – masih banyak yang musti di explore disini memang jika ingin puas exploring Ujung Kulon ini mungkin butuh seminggu termasuk trekking di semenanjung ujung kulonnya….hehehehe

Rasanya perlu dateng kembali ke sini suatu saat nanti.

Ketika akan pamit di Homestay Sunda Jaya kami sempat bertemu dengan pak Komar kami ngobrol-ngobrol dan sampaikan keinginan trekking di semenanjung ujung kulon. Walau hanya sebentar bicara dengan pak Komar kami mendapat kesan yang baik dari beliau ini, pak Komar orangnya helpfull dan mudah akrab, beliau menawarkan untuk bermalam saja dulu baru besok subuh jalan lagi……wah tawaran yang menyenangkan…sayang kami harus kembali malam itu.

Menjelang jam 18.00 kami meninggalkan Taman Jaya, setelah menempuh jalanan rusak taman jaya – Sumur, kami makan malam di Sumur baru lanjut ke arah Labuan dan mampir ke Menes ketempat Om nya Hendro.

Jam 22.30 kami meninggalkan Menes kemudian melalui Jiput menuju ke Pandeglang, rute Jiput – Pandeglang ini diwarnai dengan tanjakan2 panjang  dan kelok2an yang menguras tenaga motor kami, tapi semua itu bisa kami lalui dan tiba di Pandeglang dengan selamat.

Di Serang kami makan dulu laper bo saat itu sudah jam 01.00, dari Serang kami lanjutkan perjalanan setiba di Tangerang kami melalui BSD menuju Ciputat di Ciputat sekitar jam 03.00 om Martin berpisah disini, karena rumahnya memang di ciputat.

Dari Ciputat kami mengarah ke Lebak Bulus dan lanjut ke TB Simatupang di flyover Simatupang bro Hendro memisahkan diri, Sementara saya berpisah dengan bro Wahyu di jalan Nangka/TB Simatupang bro Wahyu lanjut ke kelapa dua Depok, sementara saya ke Poltangan.

Jam 03.30 Senin, 17 Sept 2012 saya tiba di rumah dengan selamat - Alhamdulillah, yang dilanjut dengan  bongkar muatan, bersih-bersih kemudian tidur karena paginya saya sudah harus berangkat ke Kantor…..

*** tamat***


Note:
ini adalah catatan perjalanan versi saya – karena yang berangkat ada empat orang maka bisa jadi ada empat versi cerita yang berbeda dan semuanya sah karena berdasarkan apa yang di alami dan dirasakan oleh pribadi masing-masing.

Data dan angka.
Jarak tempuh :
Jakarta – Serang – Cinangka – Carita – Labuan – Sumur - Taman Jaya = 249km
Total trip Jakarta - Taman Jaya PP (termasuk ke menes) = 508km
Konsumsi Bensin Bimbi – HYOSUNG KARION RT 125 = 1 : 32
Total biaya.
Biaya yang di sharing
-          Sewa Long Boat Rp 2.000.000,-
-          Belanja perbekalan Rp 370.000,-
-          Biaya tambat kapal Rp 100.000,-
Biaya per orang
-          Tiket masuk Rp 2.500,-
-          Asuransi Rp 3.000,-
-          Guide per orang Rp 10.000,- per satu lokasi

INFORMASI
Untuk booking penginapan di pulau peucang bisa menghubungi no ini 081316850185 Bp Welly Suheli
Atau kantor TNUK (0253) 801731 Jl Perintis Kemerdekaan No 51 – Labuan Banten.

No kontak Bp Komaruddin – Homestay Sunda Jaya; 081806181209; 085753638232; 08176650238

Friday, June 08, 2012

track to sadeng beach




ini track saat saya menuju pantai sadeng. Jalanannya mulus....
di sisi kiri saya adalah jurang bekas aliran sungai bengawan solo purba.
pantai sadeng sendiri terletak di kecematan giri subo, kabupaten gunung kidul - DI Yogyakarta, dan merupakan pelabuhan nelayan.

ombak ganas pantai timang




clip ganasnya ombak di pantai timang, ada yg berani naik kereta gantung di jembatan yang terbuat dari tambang plastik tersebut???
video di ambil tanggal 18 Mei 2012, lokasi Pantai Timang - Gunung Kidul, Yogyakarta

Monday, June 04, 2012

Taman Sari - Yogyakarta




Salah satu target solo riding saya selama 4 hari (17 - 20 Mei) untuk jelajah jalur pantai selatan Gunung Kidul, antara lain adalah mampir ke Yogya untuk mengexplore Taman Sari, sebuah kompleks rekreasi air untuk keluarga Sultan Yogya pada masa dahulu.
Terbayangkah oleh anda bahwa dulu ada danau buatan di komplek Taman Sari ini dan luas kompleks ini konon mencapai 10 hektar.

Dari sisa bangunan yang ada sungguh keren sekali komplek Taman Sari ini....arsitekturnya paduan antara eropa, cina, hindu dan islam dibangun dengan penuh makna dan padat pesan; bukan cuma mengejar ke hebohan seperti waterboom jaman sekarang ini...hehehe

Jika anda ke Yogya selain mengunjungi keraton jangan lupa untuk mengunjungi Taman Sari ini......
Foto-fot berikut ini mudah2an bisa menggambar megahnya Tamana Sari.....
dari arah selatan...(pasar burung)

Tangga menuju lorong bawah tanah

dari arah depan (utara)

Kolam untuk anak2 Sultan

Gerbang dengan Ornamen Hindu di atasnya

Salah Satu sudut Kolam Pribadi Sultan 

Dari sudut yang berbeda masih kolam pribadi Sultan

tempat tidur dengan aroma terapi /penghangat di bawahnya - seperti sauna

kolam isteri-isteri sultan dari balik jendela

pengrajin wayang kulit

gerbang utama

saya di Lotong mesjid bundar (dibawah tanah)

tempat Imam Sholat

di tempat sultan berdoa - di mesjid bundar - bawah tanah


betapa megahnya dahulu......

Saturday, June 02, 2012

Solo Riding - Jelajah Jalur Pantai Selatan Gunung Kidul - 3 (tamat)

Sabtu, 19 Mei 2012

Etappe 4 : Wonosari (Cave Tubing Gua Pindul) – Yogyakarta (Tamansari) – Temanggung =  121km

Sewaktu di Jakarta, ketika saya putuskan akhirnya berangkat solo riding dengan target utama adalah Pantai Timang dan Cave Tubing Gua Pindul di wonosari, maka saya berusaha mengontak provider Cave Tubing gua Pindul ini untuk mencari tau mengenai harga, waktu, lokasi dan lain sebagainya mengenai Cave Tubing – (biasanya tugas  seperti ini dilakukan oleh bro Hendro, teman yg batal berangkat itu).


Saya kirim email ke pengelola cave tubing gua pindul yaitu WiraWisata dengan alamat email wirawisatacrew@gmail.com; yang tidak lama kemudian dibalas dengan permintaan maaf bahwa Gua Pindul di tutup sementara, dan disarankan untuk cave tubing di Gua Kalisuci saja (ada 2 lokasi dan 

penyelenggara cave tubing di wonosari ini, Gua Pindul dan Gua Kalisuci di kelola oleh dua provider yg terpisah).  – Mereka (wirawisata) bersedia mengantarkan ke lokasi Gua Kalisuci.


Saya kirim SMS ke PIC Gua Kalisuci menanyakan keinginan saya untuk ikut cave tubing di gua Kalisuci dan di jawab untuk datang saja langsung ke TKP pada saat saya tiba di Wonosari


Nah ketika saya tiba di Wonosari hari Jum’at sore, saya pun segera menghubungi PIC Gua Kalisuci ini, saya coba hubungi berberapa kali namun HPnya tidak aktif…..waduh gimana ini, Gua Pindul di tutup – sedangkan Gua Kalisuci di hubungi tidak bisa, saya harus cari info kemana.


Akhirnya saya kontak Wirawisata kembali, kan katanya dia bersedia mengantarkan saya ke lokasi gua kalisuci – Saya kontak HP PIC Wirawisata (Mas Haris) – berhasil; dan berita bagusnya ternyata Gua Pindul sudah di buka kembali untuk Cave Tubing, jadi saya daftar untuk ikut Cave Tubing di gua Pindul – dari pembicaraan tersebut disepakati kami akan di jemput oleh orang dari wira wisata besok pagi jam 07.30 untuk kemudian bersama-sama menuju lokasi Cave Tubing.


Saya sengaja minta di jemput pagi – agar bisa selesai cave tubing sebelum tengah hari, dan selanjutnya saya akan ke Yogya untuk exploring Taman Sari sebagai target berikutnya. Apabila exploring Taman Sari bisa selesai sekitar jam 15.00 maka saya akan lanjut melalui Weleri menuju Batang – disini menginap baru lanjut ke Jakarta esok harinya – itulah plan saya untuk hari ini; tapi kenyataannya tidak semua rencana bisa berjalan mulus hehehehe;



Hari itu jam 05.00 saya sudah bangun lanjut dengan aktivitas packing dan mempersiapkan pakaian untuk di pakai di Cave Tubing nanti, selanjutnya sekitar 06.30 saya sarapan dengan nasi soto kalasan, yang gerobaknya berhenti di depan hotel tempat saya menginap……..plus minum tolak angin (saya selalu minum tolak angin kalo pas turing atau berpergian dengan mobil jarak jauh).


Tepat jam 07.30 mobil dari Wira Wisata datang, selain saya ada dua tamu lain juga yang di jemput di hotel tempat saya menginap namanya Rico dan teman wanitanya. Setelah siap kami pun berangkat saya menunggangi Bimbi mengikuti mobil penjemput dari belakang.


Kurang dari setengah jam (sekitar 7km) dari tempat kami berangkat kami pun tiba di markas wira wisata di Pindul, disana saya lihat sudah ada empat orang remaja (2 laki2 dan 2 gadis) mereka dari Surakarta (solo). Berarti kami ada 7 orang, yang tampaknya akan merupakan kloter pertama pagi itu. Saya juga bertemu mas Haris pagi itu – dia ini yang jadi ketua pengelola wisata gua Pindul ini, orangnya ramah dan helpful banget.



Setelah menyelesaikan administrasi kami bersiap-siap, ganti pakaian untuk basah2an, sementara pakaian ganti dan barang2 berharga lain saya titipkan ke kasir (tempat penitipannya blm buka). Selanjutnya kami mengenakan life jacket dan mengenakan sepatu khusus, selanjutnya kami mendengarkan briefing dari pemandu kami.

Satu kloter cave tubing ini berisi 7 orang peserta, di pandu oleh satu pemandu dan dibantu oleh dua orang pembantu guide. Jadi total 10 orang – cukup aman perbandingan antara peserta 7 orang dan petugas yang totalnya 3 orang jadi hampir 2 : 1.


Selesai briefing kami pun bergerak mengambil ban dalem truck (tube tyre) yang akan kami gunakan sebagai rakit (rafting) untuk menyusuri sungai yang mengalir menuju ke dalam gua. Beriringan kami menyusuri jalan setapak dan kadang menyusuri pematang sawah sambil membawa ban dalam truck tersebut menuju lokasi dimana kita akan turun ke air dan menuju perut gua pindul.

Tidak sampai 10 menit kamipun sampai di lokasi, kami tiba di semacam dermaga kecil sebuah sungai yang tenang, di ujung kiri terlihat mulut Gua Pindul dengan lorong gelapnya, air sungai tersebut mangalir memasuki mulut Gua Pindul tersebut; ban-ban dalam pun diturunkan kedalam air,  dirangkai di ikatkan satu sama lain selanjutnya kami diminta duduk diatas ban-ban tersebut dengan posisi duduk terlentang.


Para pemandu turun ke air dan mendorong rangkaian ban tadi menuju ke mulut gua Pindul, petualangan memasuki gua dengan ban dalem (Cave Tubing)pun dimulai.

Nama Pindul konon diambil dari kata-kata Pipi njendul (pipi yang bengkak/benjol)……cerita lengkapnya mungkin bisa dilihat di web sitenyaWirawisata.blog.com …hehehe

Perlahan rangkaian ban dalam ini masuk ke dalam mulut gua Pindul, pemandu menjelaskan berbagai hal unik dan menarik tentang gua pindul ini, antara lain tempat pertapaan/semedi, Stalaktit terbesar no 4 di dunia, bagaimana  mengetahui stalaktit itu masih aktif atau tidak (jika masih ada tetesan air maka bisa dikatakan stalaktit tersebut masih aktif).


Kami juga melalui tetesan air yang konon bisa membuat awet muda, selanjutnya juga ada watu gong (batu gong) yaitu stalaktit yang apabila di pukul bisa mengeluarkan suara mirip Gong.


Di bagian gua yang bernama zona gelap total kami berhenti sejenak, pemandu mematikan lampu senter kepala agar kami bisa merasakan sensasi gelap total sekaligus kami berdoa. Dari sana kami terus bergerak sampai ke sebuah ruangan gua yang berbentuk kubah besar, dilangit-langit kubah tersebut tertutup semak belukar ada lubang/celah, dari celah-celah tersebut menerobos masuk cahaya matahari pagi – sehingga di ruangan ini tidak gelap total.


Kami berhenti disini untuk foto-foto, sayangnya saya tidak bisa banyak mengambil foto dan tidak bisa menikmati sensasi gua Pindul ini secara lepas, pasalnya entah mengapa tidak berapa lama setelah memasuki gua Pindul saya merasa pusing dan eneg/mual seperti orang masuk angin – saya tidak tahu apakah ini karena life jacket yang terlalu ketat menekan badan saya, atau posisi duduk di ban dalem yang tidak pas dan tidak nyaman yang menyebabkan perut saya menekan ulu hati saya – sehingga merasa eneg dan ingin muntah. Sampai saat ini saya masih bingung penyebab rasa eneg dan pusing tersebut, kalo di bilang masuk angin rasanya bukan wong saya sudah sarapan dan minum tolak angin, kalo di bilang mabuk tidak juga wong airnya sangat tenang tidak bergelombang sama sekali – fenomena yang aneh…….


Dari ruangan kubah besar ini sudah kelihatan mulut gua yang mengarah keluar, kami diperbolehkan berenang ke arah luar – tenang saja life jacketnya berfungsi dengan baik koq jadi buat yang tidak bisa berenang tidak perlu kuatir. (kedalaman air di dalam gua bervariasi ada yang sampai 9m kata si pemandu)

Kami keluar di dari mulut gua Pindul dan tiba di dam Banyumoto yang merupakan pintu air irigasi tampaknya – untuk bisa keluar kami harus memanjat dinding turap yang lumayan miring, tapi tenang saja sudah di kasih tambang untuk memudahkan pegangan…..


Keluar dari gua pindul kami kembali berjalan menyusuri pematang-pematang sawah sambil membawa ban dalam truk kami masing-masing, kali ini kami ke Kali Oya untuk rafting dengan ban dalam ini. Tidak lama kami tiba di Kali Oya yang saat itu mengalir cukup deras dan berwarna kecoklatan – kemungkinan karena hujan tadi malam nih yang menyebabkan debit airnya meningkat.


Satu-satu kami meluncur dengan ban kami, kemudian berhenti di pertemuan antara kali Pindul dan Kali Oya – air dari sungai dari gua Pindul ini membentuk air terjun kecil yang jatuh dan masuk ke Kali Oya, disini juga saya masih merasa eneg dan pusing – pemandu yang mengetahui kondisi saya tidak fit, menawarkan  kalau saya ingin duluan kembali ke base camp bisa di antar oleh salah satu petugas.


Tawaran ini saya terima, saya ditemani seorang petugas duluan jalan – dan berhenti disebuah jembatan dimana ada petugas wira wisata yang memantau dengan alat komunikasi – mereka minta base camp untuk menjemput saya dengan sepeda motor; sementara teman-teman yang lain melanjutkan rafting mereka.

Tidak lama menunggu motor penjemputpun datang – saya diantar sampai di base camp, mas Haris menanyakan kondisi saya, dan mempersilahkan saya istirahat sampai pulih – dia tau kalo saya sedang dalam perjalanan solo riding naik motor, dan jika butuh ruang istirahat bisa menghubungi dia.


Untungnya wira wisata menyediakan air jahe hangat untuk setiap orang yang baru kembali dari cave tubing – saya segera meminumnya untuk menghangatkan perut saya, setelah itu saya mandi dan ganti baju, rasa eneg dan pusing itu masih belum hilang – akhirnya saya minta izin ke mas Haris untuk bisa tiduran dan mas Haris menyuruh menggunakan kamarnya……wah salut saya atas pelayanan dan cekatannya para crew wira wisata ini dalam menangani pelanggannya – cukup professional.


Mungkin ada 1 sampai 1,5 jam saya tertidur di kamar mas Haris ini, yang jelas ketika saya bangun jam menunjukan pukul 12.30 – lumayan sudah lebih segar sekarang, saya segera sholat kemudian mencoba mencari makanan yang ada Cuma penjual mie ayam – ya sudah saya sikat aja mie ayam itu supaya perut jangan kosong. Sambil membenahi barang-barang saya ke atas motor saya minum lagi tolak angin yang saya bawa plus doping satu butir enervon c hehehehe, saya biasanya tidak pernah melakukan doping Cuma karena kali ini situasi darurat maka saya perlu tablet multivitamin ini agar mendukung daya tahan tubuh saya.


Menjelang pukul 14.00 semua barang-barang sudah rapi diatas motor, sayapun pamit ke mas Haris untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, tidak lupa foto dulu dengan mas Haris. Belakangan dari mas Haris dan dari Koran yang ditunjukan kepada saya – saya tahu penyebab kenapa gua Pindul ditutup sementara, rupanya seminggu sebelumnya ada wisatawan gelap – (menyelundup masuk kawasan pindul tanpa sepengetahuan pengelola) 2 remaja yang tewas tenggelam di Dam Banyumoto; dan wisata gua Pindul baru dibuka kembali Jum’at kemarin setelah ditinjau oleh pejabat pemda – untuk meyakinkan factor keselamatannya.


Sebetulnya kalo dilihat factor keselamatan, apa yang dilakukan oleh wira wisata sudah sangat baik, jumlah petugas yang mendampingi setiap kloter mencukupi, perlengkapan safety sperti life jacket dan sepatu semuanya dalam kondisi baik – jaringan komunikasi dengan menggunakan HT untuk memonitor pergerakan kloter dari satu posisi ke posisi lain sudah ada. Tapi ya repotnya kalo ada wisatawan yang menyelundup masuk, karena kawasan pindul cukup luas…..hehehe, ya mudah2an kesadaran masyarakat akan keselamatan lebih tinggi lagi sehingga tidak perlu ada yg jadi korban sia-sia.


Dengan hati yang senang karena dua target utama solo riding ini sudah tercapai saya meninggalkan kawasan Gua Pindul – saya menuju Yogyakarta yang berjarak kurang dari 40 km saja. Di Yogya saya akan mengexplore Taman Sari – saya belum pernah berkunjung ke sini.


Pulang ke kotamu

Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu …
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Bait-bait lirik lagu Kla Project melintas di benak saya saat saya memasuki jalan-jalan kota Yogya – Yogyakarta kota kelahiran saya (eh tepatnya kota numpang lahir sih) memang meberikan nuansa dan aura tersendiri buat saya – waktu serasa berjalan melambat di sini; tidak terlihat rush seperti Jakarta atau kota besar lainnya, disini terasa ayem – slow but sure….hehehe


Saya ikuti rambu-rambu jalan yang menuntun saya ke arah Keraton – kalo tidak salah letak Taman Sari berada di belakang keraton; barulah setelah tiba di alun-alun Keraton saya mengandalkan CPS (Cangkem Positioning System) alias Tanya-tanya sama orang letak Taman Sari.

Hampir jam 14.30 ketika saya tiba di Taman Sari, saya tiba di gerbang belakang (selatan?) yang ada pasarnya motor saya parker disini penjaga parkirnya sudah tua tapi cukup ramah, saya melewati reruntuhan Water Castle, kemudian melalui lorong bawah tanah menuju ke tempat penjualan tiket.

Setelah membayar tiket; kalo tidak salah Rp 4 ribu rupiah plus Rp 1 ribu untuk retribusi kamera, sayapun menuju pintu masuk, tiket saya diperiksa oleh petugas yang mana petugas ini kemudian menjadi guide saya yang menemani saya berkeliling kompleks Taman Sari dan menjelaskan mengenai fungsi bangunan/ruangan serta sejarahnya.


Kang Dimas nama si guide saya tersebut orangnya masih muda tubuhnya tegap berisi – rupanya dia ahli bela diri Tarung Drajat – AA Boxer; dan menurut dia beberapa guide di Taman Sari dan Keraton ini memang alumnus Tarung Drajat, dia sendiri menjadi guide di Taman Sari hanya pada saat liburan panjang dari tempat kerjanya sebagai pelaut di sebuah kapal pesiar; sebagai anak Abdi Dalem Keraton dia merasa terpanggil mengabdikan dirinya disini.


Kang Dimas sangat faham menjelaskan mengenai fungsi dan sejarah dari tiap-tiap bangunan di Taman Sari ini, seperti bagaimana sultan senang menyaksikan tari-tarian dari atas balkon gerbang sedangkan tata suaranya (gamelannya) di pecah di empat penjuru sudut di bangunan yg mirip gazebo sementara si penari ada di tengah-tengah pelataran di kelilingi ke empat penjuru gamelan. Mungkin ini untuk menciptakan efek stereo  atau dolby mungkin ya hehehehe…..

Selanjutnya ketika tiba di kolam umbul sari dan umbul binangun kang Dimas menceritakan bagaimana Sultan memilih satu dari selir-selirnya yang sedang bermain di kolam  umbul sari untuk menemani Sultan.


Kang Dimas juga menjelaskan filosofi kenapa pintu-pintu di Taman Sari ini dibuat pendek sehingga untuk bisa masuk orang harus sedikit menunduk atau membungkuk (kalo orangnya tinggi) maksudnya adalah supaya kita jika memasuki ruangan orang lain haruslah menghormati si pemilik ruangan yang di simbolkan dengan menunduk atau membungkuk ini.

Banyak lagi yang di jelaskan kang Dimas tentang kompleks Taman Sari ini, tentang danau buatan yang kini sudah berubah jadi perkampungan, tentang mesjid bundar dibawah tanah dimana tata suaranya bergema sehingga tidak perlu pengeras suara. Tidak terasa lebih dari dua jam kami berkeliling kompleks Taman Sari ini yang menurut kang Dimas luas asalnya adalah 10 hektar……wow pastinya keren banget kalo danau buatannya itu masih ada…..melihat sisa-sisanya saja sudah menakjubkan….


Kami sempat mampir ke rumah kang Dimas yang merangkap gallery lukisan2 batik dan kain batik dari sana kang Dimas mengantar saya ke tempat parkiran motor, kami berpisah setelah bertukar nomor HP (sayangnya seminggu setelah dari yogya hp saya rusak kena air yang menyebabkan semua data hilang hehehe, untungnya catatan2 penting perjalanan ini sudah sempat saya pindahkan ke computer….).


Menjelang pukul 17.00 di parkiran motor koq tiba-tiba saya merasa laper, di tunjuki sama tukang parker warung nasi di dalam pasar – ya udah saya makan disana (gak jelas ini makan siang apa makan malam – yang jelas makan sore….hehehe).

Sambil makan saya mengatur rencana perjalanan selanjutnya – rasanya tidak mungkin melintasi weleri malam ini untuk menuju Batang/Pekalongan; selain badan yang sudah lelah juga jalur weleri yang berkelok-kelok menuntut fisik yang prima; jadi saya putuskan untuk menginap saja malam ini disekitar kota sebelum jalur weleri; kalau menginap di Magelang masih terlalu jauh dari jalur Weleri jadi saya putuskan untuk menginap saja di Temanggung (ini adalah kota besar terdekat sebelum masuk jalur weleri).

Yogya ke Temanggung tidak terlalu jauh paling-paling sekitar dua jam perjalanan dengan motor, jadi kalo saya start jam 17.00 dari Yogya maka sekitar jam 1900 saya insya Allah sudah bisa tiba di Temanggung.


Keluar dari Yogyakarta menuju Magelang tidak sulit, rambu-rambu petunjuk arahnya cukup jelas dan mudah dipahami…ketika hari mulai gelap antara Yogya – Magelang sebuah motor Yamaha vega dengan box dengan biker yang menggunakan touring gear melewati saya sambil memberi salam tet-tot khas biker.

Disebuah lampu merah sebelum masuk Magelang kami berhenti berjejer dan berdialog, saya katakana saya dalam perjalanan ke Jakarta tapi mau nginep dulu di Temanggung dan besok baru lanjut lagi. Si biker ini yang bernama Chandra rupanya memang orang Temanggung dan mau kumpul-kumpul kopdar dengan club nya Yamaha Vega Club Indonesia – Temanggung (YVCI-Temanggung), saya di ajak mampir yang saya iyakan.


Kami beriringan menuju Temanggung – tepatnya menuju ke Alun-alun temanggung dimana malam itu (malam minggu) ternyata sudah ramai dengan kelompok-kelompok motornya masing-masing. Kami menuju salah satu sudut alun-alun dimana teman-teman YVCI-T biasa berkumpul. Saya berkenalan dengan bro Sofyan – yang tampaknya menjadi ketua disana; sebagai sesame biker dengan mudah kami menjadi akrab dan saling bertukar pengalaman – mereka banyak bertanya tentang Bimbi, Hyosung Karion RT125 tunggangan saya yang memang punya tampilan beda….hehehehehe (gak nyombong lho tapi emang tampilan karion ini beda banget….padahal Cuma 125CC ixixixi)


Dari bro Sofyan saya dapet kabar kalo jalur weleri sekarang kondisinya kurang bagus banyak berlubang-lubang dan bumpy, jadi sudah benar keputusan saya untuk melewati jalur weleri pada pagi hari saja. Alhamdulillah dapat info yang berharga mengenai jalur weleri – info lain adalah hotel yang rekomended.

Jam 21 setelah berpamitan dengan teman-teman YVCI-T saya diantar bro sofyan ke hotel, hotel Chandra namanya tarifnya Rp 100 ribu semalam, kamarnya lumayan besar tapi tetap tanpa AC hehehe. Setelah memastikan semua Ok bro Sofyan pamitan dia mau kumpul lagi ke alun-alun.

Saya segera mandi kemudian sholat dan segera pergi tidur……aahh nikmatnya semua target solo riding tercapai – mission accomplished, tinggal satu etappe lagi besok pagi saya akan menuju Jakarta……


Minggu, 20 Mei 2012

Etappe 5 Temanggung – weleri – Cirebon – Jakarta = 450 km

Pagi ini saya bangun dengan penuh semangat dan tubuh segar (tidak ada lagi sisa rasa mual dan pusing kemarin)…. hari ini adalah etappe terakhir dari solo riding saya. Semenjak pagi saya sudah packing barang-barang saya diatas motor – saya tinggal menunggu sarapan di antar oleh petugas hotel hehehehe, jam 06.45 sarapan tiba langsung segera saya santap habis……


Jam 07.05 saya sudah ada di jalanan bersama Bimbi, begitu ketemu SPBU pertama saya langsung mampir untuk mengisi penuh tangki Bimbi – nah kini kami berdua sudah sama-sama kenyang dan siap menempuh perjalanan panjang kembali ke Jakarta.


Minggu pagi yang dingin belum banyak kegiatan  yang terjadi di jalanan, maklum Temanggung – Parakan berada di dataran tinggi sehingga udara dingin pagi ini mungkin menyebabkan orang-orang malas keluar rumah…….


Setelah melewati parakan saya tiba di ruas weleri….ternyata yang di bilang bro Sofyan memang benar jalanan di ruas weleri ini bumpy (bergelombang) dan berlubang-lubang. Untunglah postur Bimbi dan peredam kejut yang empuk mampu menjinakan lubang-lubang tersebut.

Perjalanan pagi itu sangat lancar, rasanya sebentar saja tiba-tiba saya sudah berada di Kendal, yang berarti kini saya dan Bimbi sudah berada disisi Utara pulau jawa. Saya terus melaju menuju arah barat melalui Alas Roban yang kini sudah kehilangan ke angkerannya…..karena jalannya sudah di perlebar, sehigga seremnya hutan jati sudah tidak terlihat lagi.


Di jalur Alas Roban ini sempet macet panjang yang disebabkan adanya truk mogok yang kemudian di Derek. Saya sempet was-was juga takutnya macetnya parah karena saat itu merupakan arus balik dari long weekend, untunglah kekuatiran saya tidak terjadi – setelah truk mogok tadi terlewati arus lalulintas kembali ramai lancar…….


Batang dan Pekalongan pun segera saya lewati…..kini saya menuju Tegal, ketika Tegal terlewati dan saya memintasi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, hati saya semakin senang…semakin pede bahwa solo Riding ini bisa tuntas hari ini  apalagi ketika saya tiba di Cirebon sekitar pukul 12.00, berarti sudah lima jam saya berada diatas motor sejak start dari Temanggung tadi, pantesan berasa panas dan pegel di bokong saya……




Saya putuskan akan istirahat sebentar di Cirebon isi bensin Bimbi dan isi Perut saya………di SPBU saya isi bensin dan tidak jauh dari SPBU tersebut saya lanjutkan dengan mengisi perut saya dengan empal gentong dan segelas es teh manis……..nikmat banget bo…..

Jam 13.30 saya lanjutkan pejalanan menuju Jakarta, dari pengalaman saya sebelumnya Cirebon – Jakarta ini dapat ditempuh dalam lima – enam jam, sehingga saya perkirakan akan tiba di Jakarta sekitar jam 18.30 – 19.30.


Di jalur Pantura ini saya mulai bertemu dengan rombongan-rombongan motor yang pulang turing, jadi suasana jalan cukup ramai dan meriah hehehe, setidaknya ada club thunder 250, kemudian juga ada club Kaisar Ruby 250cc, juga ada club Yamaha scorpio SC225 dan masih banyak lagi……


Menjelang jam 15.30 saya tiba di Cikampek dan baru teringat saya belum sholat – jadi saya berhenti dulu di sebuah mesjid untuk menunaikan sholat dzuhur dan sholat ashar. Di Bulak Kapal – Bekasi saya kembali mengisi bensin dan ini akan menjadi pengisian bensin terakhir saya sampai tiba di rumah nanti.


Adzan magrib terdengar ketika saya melintas di Kalimalang – aah sholat di rumah saja aah toh sudah dekat lagipula tidak enak kalo sholat sekarang karena badan rasanya lengket semua demikian pikiran saya sekaligus sambil pelintir grip gas agar Bimbi melaju lebih kencang supaya segera bisa tiba di Rumah.


Alhamdulillah jam 18.30 saya tiba di halaman rumah saya di Poltangan – Pasar Minggu dengan selamat, anak dan isteri saya menyambut gembira kedatangan saya – kami tidak langsung masuk rumah tapi malah ngobrol dulu di halaman samping rumah….hehehehe.

Terima kasih ya Allah akhirnya saya bisa menyelesaikan solo riding saya menjelajahi jalur pantai selatan Gunung Kidul dengan total jarak pulang – pergi = 1.265km


Dengan selesainya misi ini, maka tinggal jalur pantai selatan Jawa Timur yang belum saya sentuh (jalur pantai selatan Banten, Jabar, Jateng dan DIY sudah semua)….doakan saja supaya saya bisa menyelesaikannya ya……Amiin.


Salam Biker

Imam Arkan.


Samudera Indonesia Motor Community (SIMC) 018

Skywave Owner Club (SOC) 157

Mailing List Yamaha Scorpio (MiLYS) 170


Rekap angka dan data

Jarak tempuh PP = 1.265km

BBM = Rp 206.000,- = 39,22 ltr

Konsumsi bensin = 1 : 32

Penginapan = Rp 210.000,- (3 malam)

Makan = Rp 128.000,- (makan se adanya)

Tiket dan Retribusi = Rp 92.000,- termasuk Cave Tubing dan Rafting Kali Oya sebesar Rp 60 ribu.

Lain-lain = Rp 112.000,- termasuk di dalamnya tip buat guide Taman Sari

Total Rp 748.000,-


Ucapan Terima Kasih.

Terima kasih untuk Isteri dan Anak-anakku yang sudah memberi izin dan support doa untuk solo riding kepada saya.

Terima kasih untuk Bro Maryanto dan Bro Catur yang sudah menyiapkan Bimbi sehingga siap tempur.

Terima kasih untuk Bro Sofyan dan teman-teman Yamaha Vega Club Indonesia – Temanggung.

Terima kasih untuk mas Haris dan Wira Wisata Crew atas penanganan yang baik selama saya berada di kawasan Gua Pindul.

Terima kasih buat Nelayan Teluk Penyu yang telah mengijinkan saya istirahat di pondokan nelayan.

Terima kasih untuk Kang Dimas, yang telah memandu saya di Taman Sari.

Terima kasih untuk Pemda DI Yogyakarta karena telah mampu menyediakan sarana jalan yang mulus sampai di pelosok pesisir selatannya…..salut.

Terima kasih untuk Bro Catur SOC 156 dan Bro Hendro atas dukungannya lantaran ente berdua solo riding ini jadi terlaksana....ixixixi (tapi nggak rame nggak ada loe pade)