












Hi, my name Imam Arkananto. I love traveling especially on the motor bike. I write my touring report here in my blog to share with everyone who love traveling.....
dari arah selatan...(pasar burung) |
Tangga menuju lorong bawah tanah |
dari arah depan (utara) |
Kolam untuk anak2 Sultan |
Gerbang dengan Ornamen Hindu di atasnya |
Salah Satu sudut Kolam Pribadi Sultan |
Dari sudut yang berbeda masih kolam pribadi Sultan |
tempat tidur dengan aroma terapi /penghangat di bawahnya - seperti sauna |
kolam isteri-isteri sultan dari balik jendela |
pengrajin wayang kulit |
gerbang utama |
saya di Lotong mesjid bundar (dibawah tanah) |
tempat Imam Sholat |
di tempat sultan berdoa - di mesjid bundar - bawah tanah |
betapa megahnya dahulu...... |
Sabtu, 19 Mei 2012
Etappe 4 : Wonosari (Cave Tubing Gua Pindul) – Yogyakarta (Tamansari) – Temanggung = 121km
Sewaktu di Jakarta, ketika saya putuskan akhirnya berangkat solo riding dengan target utama adalah Pantai Timang dan Cave Tubing Gua Pindul di wonosari, maka saya berusaha mengontak provider Cave Tubing gua Pindul ini untuk mencari tau mengenai harga, waktu, lokasi dan lain sebagainya mengenai Cave Tubing – (biasanya tugas seperti ini dilakukan oleh bro Hendro, teman yg batal berangkat itu).
Saya kirim email ke pengelola cave tubing gua pindul yaitu WiraWisata dengan alamat email wirawisatacrew@gmail.com; yang tidak lama kemudian dibalas dengan permintaan maaf bahwa Gua Pindul di tutup sementara, dan disarankan untuk cave tubing di Gua Kalisuci saja (ada 2 lokasi dan
penyelenggara cave tubing di wonosari ini, Gua Pindul dan Gua Kalisuci di kelola oleh dua provider yg terpisah). – Mereka (wirawisata) bersedia mengantarkan ke lokasi Gua Kalisuci.
Saya kirim SMS ke PIC Gua Kalisuci menanyakan keinginan saya untuk ikut cave tubing di gua Kalisuci dan di jawab untuk datang saja langsung ke TKP pada saat saya tiba di Wonosari
Nah ketika saya tiba di Wonosari hari Jum’at sore, saya pun segera menghubungi PIC Gua Kalisuci ini, saya coba hubungi berberapa kali namun HPnya tidak aktif…..waduh gimana ini, Gua Pindul di tutup – sedangkan Gua Kalisuci di hubungi tidak bisa, saya harus cari info kemana.
Akhirnya saya kontak Wirawisata kembali, kan katanya dia bersedia mengantarkan saya ke lokasi gua kalisuci – Saya kontak HP PIC Wirawisata (Mas Haris) – berhasil; dan berita bagusnya ternyata Gua Pindul sudah di buka kembali untuk Cave Tubing, jadi saya daftar untuk ikut Cave Tubing di gua Pindul – dari pembicaraan tersebut disepakati kami akan di jemput oleh orang dari wira wisata besok pagi jam 07.30 untuk kemudian bersama-sama menuju lokasi Cave Tubing.
Saya sengaja minta di jemput pagi – agar bisa selesai cave tubing sebelum tengah hari, dan selanjutnya saya akan ke Yogya untuk exploring Taman Sari sebagai target berikutnya. Apabila exploring Taman Sari bisa selesai sekitar jam 15.00 maka saya akan lanjut melalui Weleri menuju Batang – disini menginap baru lanjut ke Jakarta esok harinya – itulah plan saya untuk hari ini; tapi kenyataannya tidak semua rencana bisa berjalan mulus hehehehe;
Hari itu jam 05.00 saya sudah bangun lanjut dengan aktivitas packing dan mempersiapkan pakaian untuk di pakai di Cave Tubing nanti, selanjutnya sekitar 06.30 saya sarapan dengan nasi soto kalasan, yang gerobaknya berhenti di depan hotel tempat saya menginap……..plus minum tolak angin (saya selalu minum tolak angin kalo pas turing atau berpergian dengan mobil jarak jauh).
Tepat jam 07.30 mobil dari Wira Wisata datang, selain saya ada dua tamu lain juga yang di jemput di hotel tempat saya menginap namanya Rico dan teman wanitanya. Setelah siap kami pun berangkat saya menunggangi Bimbi mengikuti mobil penjemput dari belakang.
Kurang dari setengah jam (sekitar 7km) dari tempat kami berangkat kami pun tiba di markas wira wisata di Pindul, disana saya lihat sudah ada empat orang remaja (2 laki2 dan 2 gadis) mereka dari Surakarta (solo). Berarti kami ada 7 orang, yang tampaknya akan merupakan kloter pertama pagi itu. Saya juga bertemu mas Haris pagi itu – dia ini yang jadi ketua pengelola wisata gua Pindul ini, orangnya ramah dan helpful banget.
Setelah menyelesaikan administrasi kami bersiap-siap, ganti pakaian untuk basah2an, sementara pakaian ganti dan barang2 berharga lain saya titipkan ke kasir (tempat penitipannya blm buka). Selanjutnya kami mengenakan life jacket dan mengenakan sepatu khusus, selanjutnya kami mendengarkan briefing dari pemandu kami.
Satu kloter cave tubing ini berisi 7 orang peserta, di pandu oleh satu pemandu dan dibantu oleh dua orang pembantu guide. Jadi total 10 orang – cukup aman perbandingan antara peserta 7 orang dan petugas yang totalnya 3 orang jadi hampir 2 : 1.
Selesai briefing kami pun bergerak mengambil ban dalem truck (tube tyre) yang akan kami gunakan sebagai rakit (rafting) untuk menyusuri sungai yang mengalir menuju ke dalam gua. Beriringan kami menyusuri jalan setapak dan kadang menyusuri pematang sawah sambil membawa ban dalam truck tersebut menuju lokasi dimana kita akan turun ke air dan menuju perut gua pindul.
Tidak sampai 10 menit kamipun sampai di lokasi, kami tiba di semacam dermaga kecil sebuah sungai yang tenang, di ujung kiri terlihat mulut Gua Pindul dengan lorong gelapnya, air sungai tersebut mangalir memasuki mulut Gua Pindul tersebut; ban-ban dalam pun diturunkan kedalam air, dirangkai di ikatkan satu sama lain selanjutnya kami diminta duduk diatas ban-ban tersebut dengan posisi duduk terlentang.
Para pemandu turun ke air dan mendorong rangkaian ban tadi menuju ke mulut gua Pindul, petualangan memasuki gua dengan ban dalem (Cave Tubing)pun dimulai.
Nama Pindul konon diambil dari kata-kata Pipi njendul (pipi yang bengkak/benjol)……cerita lengkapnya mungkin bisa dilihat di web sitenyaWirawisata.blog.com …hehehe
Perlahan rangkaian ban dalam ini masuk ke dalam mulut gua Pindul, pemandu menjelaskan berbagai hal unik dan menarik tentang gua pindul ini, antara lain tempat pertapaan/semedi, Stalaktit terbesar no 4 di dunia, bagaimana mengetahui stalaktit itu masih aktif atau tidak (jika masih ada tetesan air maka bisa dikatakan stalaktit tersebut masih aktif).
Kami juga melalui tetesan air yang konon bisa membuat awet muda, selanjutnya juga ada watu gong (batu gong) yaitu stalaktit yang apabila di pukul bisa mengeluarkan suara mirip Gong.
Di bagian gua yang bernama zona gelap total kami berhenti sejenak, pemandu mematikan lampu senter kepala agar kami bisa merasakan sensasi gelap total sekaligus kami berdoa. Dari sana kami terus bergerak sampai ke sebuah ruangan gua yang berbentuk kubah besar, dilangit-langit kubah tersebut tertutup semak belukar ada lubang/celah, dari celah-celah tersebut menerobos masuk cahaya matahari pagi – sehingga di ruangan ini tidak gelap total.
Kami berhenti disini untuk foto-foto, sayangnya saya tidak bisa banyak mengambil foto dan tidak bisa menikmati sensasi gua Pindul ini secara lepas, pasalnya entah mengapa tidak berapa lama setelah memasuki gua Pindul saya merasa pusing dan eneg/mual seperti orang masuk angin – saya tidak tahu apakah ini karena life jacket yang terlalu ketat menekan badan saya, atau posisi duduk di ban dalem yang tidak pas dan tidak nyaman yang menyebabkan perut saya menekan ulu hati saya – sehingga merasa eneg dan ingin muntah. Sampai saat ini saya masih bingung penyebab rasa eneg dan pusing tersebut, kalo di bilang masuk angin rasanya bukan wong saya sudah sarapan dan minum tolak angin, kalo di bilang mabuk tidak juga wong airnya sangat tenang tidak bergelombang sama sekali – fenomena yang aneh…….
Dari ruangan kubah besar ini sudah kelihatan mulut gua yang mengarah keluar, kami diperbolehkan berenang ke arah luar – tenang saja life jacketnya berfungsi dengan baik koq jadi buat yang tidak bisa berenang tidak perlu kuatir. (kedalaman air di dalam gua bervariasi ada yang sampai 9m kata si pemandu)
Kami keluar di dari mulut gua Pindul dan tiba di dam Banyumoto yang merupakan pintu air irigasi tampaknya – untuk bisa keluar kami harus memanjat dinding turap yang lumayan miring, tapi tenang saja sudah di kasih tambang untuk memudahkan pegangan…..
Keluar dari gua pindul kami kembali berjalan menyusuri pematang-pematang sawah sambil membawa ban dalam truk kami masing-masing, kali ini kami ke Kali Oya untuk rafting dengan ban dalam ini. Tidak lama kami tiba di Kali Oya yang saat itu mengalir cukup deras dan berwarna kecoklatan – kemungkinan karena hujan tadi malam nih yang menyebabkan debit airnya meningkat.
Satu-satu kami meluncur dengan ban kami, kemudian berhenti di pertemuan antara kali Pindul dan Kali Oya – air dari sungai dari gua Pindul ini membentuk air terjun kecil yang jatuh dan masuk ke Kali Oya, disini juga saya masih merasa eneg dan pusing – pemandu yang mengetahui kondisi saya tidak fit, menawarkan kalau saya ingin duluan kembali ke base camp bisa di antar oleh salah satu petugas.
Tawaran ini saya terima, saya ditemani seorang petugas duluan jalan – dan berhenti disebuah jembatan dimana ada petugas wira wisata yang memantau dengan alat komunikasi – mereka minta base camp untuk menjemput saya dengan sepeda motor; sementara teman-teman yang lain melanjutkan rafting mereka.
Tidak lama menunggu motor penjemputpun datang – saya diantar sampai di base camp, mas Haris menanyakan kondisi saya, dan mempersilahkan saya istirahat sampai pulih – dia tau kalo saya sedang dalam perjalanan solo riding naik motor, dan jika butuh ruang istirahat bisa menghubungi dia.
Untungnya wira wisata menyediakan air jahe hangat untuk setiap orang yang baru kembali dari cave tubing – saya segera meminumnya untuk menghangatkan perut saya, setelah itu saya mandi dan ganti baju, rasa eneg dan pusing itu masih belum hilang – akhirnya saya minta izin ke mas Haris untuk bisa tiduran dan mas Haris menyuruh menggunakan kamarnya……wah salut saya atas pelayanan dan cekatannya para crew wira wisata ini dalam menangani pelanggannya – cukup professional.
Mungkin ada 1 sampai 1,5 jam saya tertidur di kamar mas Haris ini, yang jelas ketika saya bangun jam menunjukan pukul 12.30 – lumayan sudah lebih segar sekarang, saya segera sholat kemudian mencoba mencari makanan yang ada Cuma penjual mie ayam – ya sudah saya sikat aja mie ayam itu supaya perut jangan kosong. Sambil membenahi barang-barang saya ke atas motor saya minum lagi tolak angin yang saya bawa plus doping satu butir enervon c hehehehe, saya biasanya tidak pernah melakukan doping Cuma karena kali ini situasi darurat maka saya perlu tablet multivitamin ini agar mendukung daya tahan tubuh saya.
Menjelang pukul 14.00 semua barang-barang sudah rapi diatas motor, sayapun pamit ke mas Haris untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, tidak lupa foto dulu dengan mas Haris. Belakangan dari mas Haris dan dari Koran yang ditunjukan kepada saya – saya tahu penyebab kenapa gua Pindul ditutup sementara, rupanya seminggu sebelumnya ada wisatawan gelap – (menyelundup masuk kawasan pindul tanpa sepengetahuan pengelola) 2 remaja yang tewas tenggelam di Dam Banyumoto; dan wisata gua Pindul baru dibuka kembali Jum’at kemarin setelah ditinjau oleh pejabat pemda – untuk meyakinkan factor keselamatannya.
Sebetulnya kalo dilihat factor keselamatan, apa yang dilakukan oleh wira wisata sudah sangat baik, jumlah petugas yang mendampingi setiap kloter mencukupi, perlengkapan safety sperti life jacket dan sepatu semuanya dalam kondisi baik – jaringan komunikasi dengan menggunakan HT untuk memonitor pergerakan kloter dari satu posisi ke posisi lain sudah ada. Tapi ya repotnya kalo ada wisatawan yang menyelundup masuk, karena kawasan pindul cukup luas…..hehehe, ya mudah2an kesadaran masyarakat akan keselamatan lebih tinggi lagi sehingga tidak perlu ada yg jadi korban sia-sia.
Dengan hati yang senang karena dua target utama solo riding ini sudah tercapai saya meninggalkan kawasan Gua Pindul – saya menuju Yogyakarta yang berjarak kurang dari 40 km saja. Di Yogya saya akan mengexplore Taman Sari – saya belum pernah berkunjung ke sini.
Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu …
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Bait-bait lirik lagu Kla Project melintas di benak saya saat saya memasuki jalan-jalan kota Yogya – Yogyakarta kota kelahiran saya (eh tepatnya kota numpang lahir sih) memang meberikan nuansa dan aura tersendiri buat saya – waktu serasa berjalan melambat di sini; tidak terlihat rush seperti Jakarta atau kota besar lainnya, disini terasa ayem – slow but sure….hehehe
Saya ikuti rambu-rambu jalan yang menuntun saya ke arah Keraton – kalo tidak salah letak Taman Sari berada di belakang keraton; barulah setelah tiba di alun-alun Keraton saya mengandalkan CPS (Cangkem Positioning System) alias Tanya-tanya sama orang letak Taman Sari.
Hampir jam 14.30 ketika saya tiba di Taman Sari, saya tiba di gerbang belakang (selatan?) yang ada pasarnya motor saya parker disini penjaga parkirnya sudah tua tapi cukup ramah, saya melewati reruntuhan Water Castle, kemudian melalui lorong bawah tanah menuju ke tempat penjualan tiket.
Setelah membayar tiket; kalo tidak salah Rp 4 ribu rupiah plus Rp 1 ribu untuk retribusi kamera, sayapun menuju pintu masuk, tiket saya diperiksa oleh petugas yang mana petugas ini kemudian menjadi guide saya yang menemani saya berkeliling kompleks Taman Sari dan menjelaskan mengenai fungsi bangunan/ruangan serta sejarahnya.
Kang Dimas nama si guide saya tersebut orangnya masih muda tubuhnya tegap berisi – rupanya dia ahli bela diri Tarung Drajat – AA Boxer; dan menurut dia beberapa guide di Taman Sari dan Keraton ini memang alumnus Tarung Drajat, dia sendiri menjadi guide di Taman Sari hanya pada saat liburan panjang dari tempat kerjanya sebagai pelaut di sebuah kapal pesiar; sebagai anak Abdi Dalem Keraton dia merasa terpanggil mengabdikan dirinya disini.
Kang Dimas sangat faham menjelaskan mengenai fungsi dan sejarah dari tiap-tiap bangunan di Taman Sari ini, seperti bagaimana sultan senang menyaksikan tari-tarian dari atas balkon gerbang sedangkan tata suaranya (gamelannya) di pecah di empat penjuru sudut di bangunan yg mirip gazebo sementara si penari ada di tengah-tengah pelataran di kelilingi ke empat penjuru gamelan. Mungkin ini untuk menciptakan efek stereo atau dolby mungkin ya hehehehe…..
Selanjutnya ketika tiba di kolam umbul sari dan umbul binangun kang Dimas menceritakan bagaimana Sultan memilih satu dari selir-selirnya yang sedang bermain di kolam umbul sari untuk menemani Sultan.
Kang Dimas juga menjelaskan filosofi kenapa pintu-pintu di Taman Sari ini dibuat pendek sehingga untuk bisa masuk orang harus sedikit menunduk atau membungkuk (kalo orangnya tinggi) maksudnya adalah supaya kita jika memasuki ruangan orang lain haruslah menghormati si pemilik ruangan yang di simbolkan dengan menunduk atau membungkuk ini.
Banyak lagi yang di jelaskan kang Dimas tentang kompleks Taman Sari ini, tentang danau buatan yang kini sudah berubah jadi perkampungan, tentang mesjid bundar dibawah tanah dimana tata suaranya bergema sehingga tidak perlu pengeras suara. Tidak terasa lebih dari dua jam kami berkeliling kompleks Taman Sari ini yang menurut kang Dimas luas asalnya adalah 10 hektar……wow pastinya keren banget kalo danau buatannya itu masih ada…..melihat sisa-sisanya saja sudah menakjubkan….
Kami sempat mampir ke rumah kang Dimas yang merangkap gallery lukisan2 batik dan kain batik dari sana kang Dimas mengantar saya ke tempat parkiran motor, kami berpisah setelah bertukar nomor HP (sayangnya seminggu setelah dari yogya hp saya rusak kena air yang menyebabkan semua data hilang hehehe, untungnya catatan2 penting perjalanan ini sudah sempat saya pindahkan ke computer….).
Menjelang pukul 17.00 di parkiran motor koq tiba-tiba saya merasa laper, di tunjuki sama tukang parker warung nasi di dalam pasar – ya udah saya makan disana (gak jelas ini makan siang apa makan malam – yang jelas makan sore….hehehe).
Sambil makan saya mengatur rencana perjalanan selanjutnya – rasanya tidak mungkin melintasi weleri malam ini untuk menuju Batang/Pekalongan; selain badan yang sudah lelah juga jalur weleri yang berkelok-kelok menuntut fisik yang prima; jadi saya putuskan untuk menginap saja malam ini disekitar kota sebelum jalur weleri; kalau menginap di Magelang masih terlalu jauh dari jalur Weleri jadi saya putuskan untuk menginap saja di Temanggung (ini adalah kota besar terdekat sebelum masuk jalur weleri).
Yogya ke Temanggung tidak terlalu jauh paling-paling sekitar dua jam perjalanan dengan motor, jadi kalo saya start jam 17.00 dari Yogya maka sekitar jam 1900 saya insya Allah sudah bisa tiba di Temanggung.
Keluar dari Yogyakarta menuju Magelang tidak sulit, rambu-rambu petunjuk arahnya cukup jelas dan mudah dipahami…ketika hari mulai gelap antara Yogya – Magelang sebuah motor Yamaha vega dengan box dengan biker yang menggunakan touring gear melewati saya sambil memberi salam tet-tot khas biker.
Disebuah lampu merah sebelum masuk Magelang kami berhenti berjejer dan berdialog, saya katakana saya dalam perjalanan ke Jakarta tapi mau nginep dulu di Temanggung dan besok baru lanjut lagi. Si biker ini yang bernama Chandra rupanya memang orang Temanggung dan mau kumpul-kumpul kopdar dengan club nya Yamaha Vega Club Indonesia – Temanggung (YVCI-Temanggung), saya di ajak mampir yang saya iyakan.
Kami beriringan menuju Temanggung – tepatnya menuju ke Alun-alun temanggung dimana malam itu (malam minggu) ternyata sudah ramai dengan kelompok-kelompok motornya masing-masing. Kami menuju salah satu sudut alun-alun dimana teman-teman YVCI-T biasa berkumpul. Saya berkenalan dengan bro Sofyan – yang tampaknya menjadi ketua disana; sebagai sesame biker dengan mudah kami menjadi akrab dan saling bertukar pengalaman – mereka banyak bertanya tentang Bimbi, Hyosung Karion RT125 tunggangan saya yang memang punya tampilan beda….hehehehehe (gak nyombong lho tapi emang tampilan karion ini beda banget….padahal Cuma 125CC ixixixi)
Dari bro Sofyan saya dapet kabar kalo jalur weleri sekarang kondisinya kurang bagus banyak berlubang-lubang dan bumpy, jadi sudah benar keputusan saya untuk melewati jalur weleri pada pagi hari saja. Alhamdulillah dapat info yang berharga mengenai jalur weleri – info lain adalah hotel yang rekomended.
Jam 21 setelah berpamitan dengan teman-teman YVCI-T saya diantar bro sofyan ke hotel, hotel Chandra namanya tarifnya Rp 100 ribu semalam, kamarnya lumayan besar tapi tetap tanpa AC hehehe. Setelah memastikan semua Ok bro Sofyan pamitan dia mau kumpul lagi ke alun-alun.
Saya segera mandi kemudian sholat dan segera pergi tidur……aahh nikmatnya semua target solo riding tercapai – mission accomplished, tinggal satu etappe lagi besok pagi saya akan menuju Jakarta……
Minggu, 20 Mei 2012
Etappe 5 Temanggung – weleri – Cirebon – Jakarta = 450 km
Pagi ini saya bangun dengan penuh semangat dan tubuh segar (tidak ada lagi sisa rasa mual dan pusing kemarin)…. hari ini adalah etappe terakhir dari solo riding saya. Semenjak pagi saya sudah packing barang-barang saya diatas motor – saya tinggal menunggu sarapan di antar oleh petugas hotel hehehehe, jam 06.45 sarapan tiba langsung segera saya santap habis……
Jam 07.05 saya sudah ada di jalanan bersama Bimbi, begitu ketemu SPBU pertama saya langsung mampir untuk mengisi penuh tangki Bimbi – nah kini kami berdua sudah sama-sama kenyang dan siap menempuh perjalanan panjang kembali ke Jakarta.
Minggu pagi yang dingin belum banyak kegiatan yang terjadi di jalanan, maklum Temanggung – Parakan berada di dataran tinggi sehingga udara dingin pagi ini mungkin menyebabkan orang-orang malas keluar rumah…….
Setelah melewati parakan saya tiba di ruas weleri….ternyata yang di bilang bro Sofyan memang benar jalanan di ruas weleri ini bumpy (bergelombang) dan berlubang-lubang. Untunglah postur Bimbi dan peredam kejut yang empuk mampu menjinakan lubang-lubang tersebut.
Perjalanan pagi itu sangat lancar, rasanya sebentar saja tiba-tiba saya sudah berada di Kendal, yang berarti kini saya dan Bimbi sudah berada disisi Utara pulau jawa. Saya terus melaju menuju arah barat melalui Alas Roban yang kini sudah kehilangan ke angkerannya…..karena jalannya sudah di perlebar, sehigga seremnya hutan jati sudah tidak terlihat lagi.
Di jalur Alas Roban ini sempet macet panjang yang disebabkan adanya truk mogok yang kemudian di Derek. Saya sempet was-was juga takutnya macetnya parah karena saat itu merupakan arus balik dari long weekend, untunglah kekuatiran saya tidak terjadi – setelah truk mogok tadi terlewati arus lalulintas kembali ramai lancar…….
Batang dan Pekalongan pun segera saya lewati…..kini saya menuju Tegal, ketika Tegal terlewati dan saya memintasi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, hati saya semakin senang…semakin pede bahwa solo Riding ini bisa tuntas hari ini apalagi ketika saya tiba di Cirebon sekitar pukul 12.00, berarti sudah lima jam saya berada diatas motor sejak start dari Temanggung tadi, pantesan berasa panas dan pegel di bokong saya……
Saya putuskan akan istirahat sebentar di Cirebon isi bensin Bimbi dan isi Perut saya………di SPBU saya isi bensin dan tidak jauh dari SPBU tersebut saya lanjutkan dengan mengisi perut saya dengan empal gentong dan segelas es teh manis……..nikmat banget bo…..
Jam 13.30 saya lanjutkan pejalanan menuju Jakarta, dari pengalaman saya sebelumnya Cirebon – Jakarta ini dapat ditempuh dalam lima – enam jam, sehingga saya perkirakan akan tiba di Jakarta sekitar jam 18.30 – 19.30.
Di jalur Pantura ini saya mulai bertemu dengan rombongan-rombongan motor yang pulang turing, jadi suasana jalan cukup ramai dan meriah hehehe, setidaknya ada club thunder 250, kemudian juga ada club Kaisar Ruby 250cc, juga ada club Yamaha scorpio SC225 dan masih banyak lagi……
Menjelang jam 15.30 saya tiba di Cikampek dan baru teringat saya belum sholat – jadi saya berhenti dulu di sebuah mesjid untuk menunaikan sholat dzuhur dan sholat ashar. Di Bulak Kapal – Bekasi saya kembali mengisi bensin dan ini akan menjadi pengisian bensin terakhir saya sampai tiba di rumah nanti.
Adzan magrib terdengar ketika saya melintas di Kalimalang – aah sholat di rumah saja aah toh sudah dekat lagipula tidak enak kalo sholat sekarang karena badan rasanya lengket semua demikian pikiran saya sekaligus sambil pelintir grip gas agar Bimbi melaju lebih kencang supaya segera bisa tiba di Rumah.
Alhamdulillah jam 18.30 saya tiba di halaman rumah saya di Poltangan – Pasar Minggu dengan selamat, anak dan isteri saya menyambut gembira kedatangan saya – kami tidak langsung masuk rumah tapi malah ngobrol dulu di halaman samping rumah….hehehehe.
Terima kasih ya Allah akhirnya saya bisa menyelesaikan solo riding saya menjelajahi jalur pantai selatan Gunung Kidul dengan total jarak pulang – pergi = 1.265km
Dengan selesainya misi ini, maka tinggal jalur pantai selatan Jawa Timur yang belum saya sentuh (jalur pantai selatan Banten, Jabar, Jateng dan DIY sudah semua)….doakan saja supaya saya bisa menyelesaikannya ya……Amiin.
Salam Biker
Imam Arkan.
Samudera Indonesia Motor Community (SIMC) 018
Skywave Owner Club (SOC) 157
Mailing List Yamaha Scorpio (MiLYS) 170
Rekap angka dan data
Jarak tempuh PP = 1.265km
BBM = Rp 206.000,- = 39,22 ltr
Konsumsi bensin = 1 : 32
Penginapan = Rp 210.000,- (3 malam)
Makan = Rp 128.000,- (makan se adanya)
Tiket dan Retribusi = Rp 92.000,- termasuk Cave Tubing dan Rafting Kali Oya sebesar Rp 60 ribu.
Lain-lain = Rp 112.000,- termasuk di dalamnya tip buat guide Taman Sari
Total Rp 748.000,-
Ucapan Terima Kasih.
Terima kasih untuk Isteri dan Anak-anakku yang sudah memberi izin dan support doa untuk solo riding kepada saya.
Terima kasih untuk Bro Maryanto dan Bro Catur yang sudah menyiapkan Bimbi sehingga siap tempur.
Terima kasih untuk Bro Sofyan dan teman-teman Yamaha Vega Club Indonesia – Temanggung.
Terima kasih untuk mas Haris dan Wira Wisata Crew atas penanganan yang baik selama saya berada di kawasan Gua Pindul.
Terima kasih buat Nelayan Teluk Penyu yang telah mengijinkan saya istirahat di pondokan nelayan.
Terima kasih untuk Kang Dimas, yang telah memandu saya di Taman Sari.
Terima kasih untuk Pemda DI Yogyakarta karena telah mampu menyediakan sarana jalan yang mulus sampai di pelosok pesisir selatannya…..salut.
Terima kasih untuk Bro Catur SOC 156 dan Bro Hendro atas dukungannya lantaran ente berdua solo riding ini jadi terlaksana....ixixixi (tapi nggak rame nggak ada loe pade)