Friday, June 08, 2012

track to sadeng beach




ini track saat saya menuju pantai sadeng. Jalanannya mulus....
di sisi kiri saya adalah jurang bekas aliran sungai bengawan solo purba.
pantai sadeng sendiri terletak di kecematan giri subo, kabupaten gunung kidul - DI Yogyakarta, dan merupakan pelabuhan nelayan.

ombak ganas pantai timang




clip ganasnya ombak di pantai timang, ada yg berani naik kereta gantung di jembatan yang terbuat dari tambang plastik tersebut???
video di ambil tanggal 18 Mei 2012, lokasi Pantai Timang - Gunung Kidul, Yogyakarta

Monday, June 04, 2012

Taman Sari - Yogyakarta




Salah satu target solo riding saya selama 4 hari (17 - 20 Mei) untuk jelajah jalur pantai selatan Gunung Kidul, antara lain adalah mampir ke Yogya untuk mengexplore Taman Sari, sebuah kompleks rekreasi air untuk keluarga Sultan Yogya pada masa dahulu.
Terbayangkah oleh anda bahwa dulu ada danau buatan di komplek Taman Sari ini dan luas kompleks ini konon mencapai 10 hektar.

Dari sisa bangunan yang ada sungguh keren sekali komplek Taman Sari ini....arsitekturnya paduan antara eropa, cina, hindu dan islam dibangun dengan penuh makna dan padat pesan; bukan cuma mengejar ke hebohan seperti waterboom jaman sekarang ini...hehehe

Jika anda ke Yogya selain mengunjungi keraton jangan lupa untuk mengunjungi Taman Sari ini......
Foto-fot berikut ini mudah2an bisa menggambar megahnya Tamana Sari.....
dari arah selatan...(pasar burung)

Tangga menuju lorong bawah tanah

dari arah depan (utara)

Kolam untuk anak2 Sultan

Gerbang dengan Ornamen Hindu di atasnya

Salah Satu sudut Kolam Pribadi Sultan 

Dari sudut yang berbeda masih kolam pribadi Sultan

tempat tidur dengan aroma terapi /penghangat di bawahnya - seperti sauna

kolam isteri-isteri sultan dari balik jendela

pengrajin wayang kulit

gerbang utama

saya di Lotong mesjid bundar (dibawah tanah)

tempat Imam Sholat

di tempat sultan berdoa - di mesjid bundar - bawah tanah


betapa megahnya dahulu......

Saturday, June 02, 2012

Solo Riding - Jelajah Jalur Pantai Selatan Gunung Kidul - 3 (tamat)

Sabtu, 19 Mei 2012

Etappe 4 : Wonosari (Cave Tubing Gua Pindul) – Yogyakarta (Tamansari) – Temanggung =  121km

Sewaktu di Jakarta, ketika saya putuskan akhirnya berangkat solo riding dengan target utama adalah Pantai Timang dan Cave Tubing Gua Pindul di wonosari, maka saya berusaha mengontak provider Cave Tubing gua Pindul ini untuk mencari tau mengenai harga, waktu, lokasi dan lain sebagainya mengenai Cave Tubing – (biasanya tugas  seperti ini dilakukan oleh bro Hendro, teman yg batal berangkat itu).


Saya kirim email ke pengelola cave tubing gua pindul yaitu WiraWisata dengan alamat email wirawisatacrew@gmail.com; yang tidak lama kemudian dibalas dengan permintaan maaf bahwa Gua Pindul di tutup sementara, dan disarankan untuk cave tubing di Gua Kalisuci saja (ada 2 lokasi dan 

penyelenggara cave tubing di wonosari ini, Gua Pindul dan Gua Kalisuci di kelola oleh dua provider yg terpisah).  – Mereka (wirawisata) bersedia mengantarkan ke lokasi Gua Kalisuci.


Saya kirim SMS ke PIC Gua Kalisuci menanyakan keinginan saya untuk ikut cave tubing di gua Kalisuci dan di jawab untuk datang saja langsung ke TKP pada saat saya tiba di Wonosari


Nah ketika saya tiba di Wonosari hari Jum’at sore, saya pun segera menghubungi PIC Gua Kalisuci ini, saya coba hubungi berberapa kali namun HPnya tidak aktif…..waduh gimana ini, Gua Pindul di tutup – sedangkan Gua Kalisuci di hubungi tidak bisa, saya harus cari info kemana.


Akhirnya saya kontak Wirawisata kembali, kan katanya dia bersedia mengantarkan saya ke lokasi gua kalisuci – Saya kontak HP PIC Wirawisata (Mas Haris) – berhasil; dan berita bagusnya ternyata Gua Pindul sudah di buka kembali untuk Cave Tubing, jadi saya daftar untuk ikut Cave Tubing di gua Pindul – dari pembicaraan tersebut disepakati kami akan di jemput oleh orang dari wira wisata besok pagi jam 07.30 untuk kemudian bersama-sama menuju lokasi Cave Tubing.


Saya sengaja minta di jemput pagi – agar bisa selesai cave tubing sebelum tengah hari, dan selanjutnya saya akan ke Yogya untuk exploring Taman Sari sebagai target berikutnya. Apabila exploring Taman Sari bisa selesai sekitar jam 15.00 maka saya akan lanjut melalui Weleri menuju Batang – disini menginap baru lanjut ke Jakarta esok harinya – itulah plan saya untuk hari ini; tapi kenyataannya tidak semua rencana bisa berjalan mulus hehehehe;



Hari itu jam 05.00 saya sudah bangun lanjut dengan aktivitas packing dan mempersiapkan pakaian untuk di pakai di Cave Tubing nanti, selanjutnya sekitar 06.30 saya sarapan dengan nasi soto kalasan, yang gerobaknya berhenti di depan hotel tempat saya menginap……..plus minum tolak angin (saya selalu minum tolak angin kalo pas turing atau berpergian dengan mobil jarak jauh).


Tepat jam 07.30 mobil dari Wira Wisata datang, selain saya ada dua tamu lain juga yang di jemput di hotel tempat saya menginap namanya Rico dan teman wanitanya. Setelah siap kami pun berangkat saya menunggangi Bimbi mengikuti mobil penjemput dari belakang.


Kurang dari setengah jam (sekitar 7km) dari tempat kami berangkat kami pun tiba di markas wira wisata di Pindul, disana saya lihat sudah ada empat orang remaja (2 laki2 dan 2 gadis) mereka dari Surakarta (solo). Berarti kami ada 7 orang, yang tampaknya akan merupakan kloter pertama pagi itu. Saya juga bertemu mas Haris pagi itu – dia ini yang jadi ketua pengelola wisata gua Pindul ini, orangnya ramah dan helpful banget.



Setelah menyelesaikan administrasi kami bersiap-siap, ganti pakaian untuk basah2an, sementara pakaian ganti dan barang2 berharga lain saya titipkan ke kasir (tempat penitipannya blm buka). Selanjutnya kami mengenakan life jacket dan mengenakan sepatu khusus, selanjutnya kami mendengarkan briefing dari pemandu kami.

Satu kloter cave tubing ini berisi 7 orang peserta, di pandu oleh satu pemandu dan dibantu oleh dua orang pembantu guide. Jadi total 10 orang – cukup aman perbandingan antara peserta 7 orang dan petugas yang totalnya 3 orang jadi hampir 2 : 1.


Selesai briefing kami pun bergerak mengambil ban dalem truck (tube tyre) yang akan kami gunakan sebagai rakit (rafting) untuk menyusuri sungai yang mengalir menuju ke dalam gua. Beriringan kami menyusuri jalan setapak dan kadang menyusuri pematang sawah sambil membawa ban dalam truck tersebut menuju lokasi dimana kita akan turun ke air dan menuju perut gua pindul.

Tidak sampai 10 menit kamipun sampai di lokasi, kami tiba di semacam dermaga kecil sebuah sungai yang tenang, di ujung kiri terlihat mulut Gua Pindul dengan lorong gelapnya, air sungai tersebut mangalir memasuki mulut Gua Pindul tersebut; ban-ban dalam pun diturunkan kedalam air,  dirangkai di ikatkan satu sama lain selanjutnya kami diminta duduk diatas ban-ban tersebut dengan posisi duduk terlentang.


Para pemandu turun ke air dan mendorong rangkaian ban tadi menuju ke mulut gua Pindul, petualangan memasuki gua dengan ban dalem (Cave Tubing)pun dimulai.

Nama Pindul konon diambil dari kata-kata Pipi njendul (pipi yang bengkak/benjol)……cerita lengkapnya mungkin bisa dilihat di web sitenyaWirawisata.blog.com …hehehe

Perlahan rangkaian ban dalam ini masuk ke dalam mulut gua Pindul, pemandu menjelaskan berbagai hal unik dan menarik tentang gua pindul ini, antara lain tempat pertapaan/semedi, Stalaktit terbesar no 4 di dunia, bagaimana  mengetahui stalaktit itu masih aktif atau tidak (jika masih ada tetesan air maka bisa dikatakan stalaktit tersebut masih aktif).


Kami juga melalui tetesan air yang konon bisa membuat awet muda, selanjutnya juga ada watu gong (batu gong) yaitu stalaktit yang apabila di pukul bisa mengeluarkan suara mirip Gong.


Di bagian gua yang bernama zona gelap total kami berhenti sejenak, pemandu mematikan lampu senter kepala agar kami bisa merasakan sensasi gelap total sekaligus kami berdoa. Dari sana kami terus bergerak sampai ke sebuah ruangan gua yang berbentuk kubah besar, dilangit-langit kubah tersebut tertutup semak belukar ada lubang/celah, dari celah-celah tersebut menerobos masuk cahaya matahari pagi – sehingga di ruangan ini tidak gelap total.


Kami berhenti disini untuk foto-foto, sayangnya saya tidak bisa banyak mengambil foto dan tidak bisa menikmati sensasi gua Pindul ini secara lepas, pasalnya entah mengapa tidak berapa lama setelah memasuki gua Pindul saya merasa pusing dan eneg/mual seperti orang masuk angin – saya tidak tahu apakah ini karena life jacket yang terlalu ketat menekan badan saya, atau posisi duduk di ban dalem yang tidak pas dan tidak nyaman yang menyebabkan perut saya menekan ulu hati saya – sehingga merasa eneg dan ingin muntah. Sampai saat ini saya masih bingung penyebab rasa eneg dan pusing tersebut, kalo di bilang masuk angin rasanya bukan wong saya sudah sarapan dan minum tolak angin, kalo di bilang mabuk tidak juga wong airnya sangat tenang tidak bergelombang sama sekali – fenomena yang aneh…….


Dari ruangan kubah besar ini sudah kelihatan mulut gua yang mengarah keluar, kami diperbolehkan berenang ke arah luar – tenang saja life jacketnya berfungsi dengan baik koq jadi buat yang tidak bisa berenang tidak perlu kuatir. (kedalaman air di dalam gua bervariasi ada yang sampai 9m kata si pemandu)

Kami keluar di dari mulut gua Pindul dan tiba di dam Banyumoto yang merupakan pintu air irigasi tampaknya – untuk bisa keluar kami harus memanjat dinding turap yang lumayan miring, tapi tenang saja sudah di kasih tambang untuk memudahkan pegangan…..


Keluar dari gua pindul kami kembali berjalan menyusuri pematang-pematang sawah sambil membawa ban dalam truk kami masing-masing, kali ini kami ke Kali Oya untuk rafting dengan ban dalam ini. Tidak lama kami tiba di Kali Oya yang saat itu mengalir cukup deras dan berwarna kecoklatan – kemungkinan karena hujan tadi malam nih yang menyebabkan debit airnya meningkat.


Satu-satu kami meluncur dengan ban kami, kemudian berhenti di pertemuan antara kali Pindul dan Kali Oya – air dari sungai dari gua Pindul ini membentuk air terjun kecil yang jatuh dan masuk ke Kali Oya, disini juga saya masih merasa eneg dan pusing – pemandu yang mengetahui kondisi saya tidak fit, menawarkan  kalau saya ingin duluan kembali ke base camp bisa di antar oleh salah satu petugas.


Tawaran ini saya terima, saya ditemani seorang petugas duluan jalan – dan berhenti disebuah jembatan dimana ada petugas wira wisata yang memantau dengan alat komunikasi – mereka minta base camp untuk menjemput saya dengan sepeda motor; sementara teman-teman yang lain melanjutkan rafting mereka.

Tidak lama menunggu motor penjemputpun datang – saya diantar sampai di base camp, mas Haris menanyakan kondisi saya, dan mempersilahkan saya istirahat sampai pulih – dia tau kalo saya sedang dalam perjalanan solo riding naik motor, dan jika butuh ruang istirahat bisa menghubungi dia.


Untungnya wira wisata menyediakan air jahe hangat untuk setiap orang yang baru kembali dari cave tubing – saya segera meminumnya untuk menghangatkan perut saya, setelah itu saya mandi dan ganti baju, rasa eneg dan pusing itu masih belum hilang – akhirnya saya minta izin ke mas Haris untuk bisa tiduran dan mas Haris menyuruh menggunakan kamarnya……wah salut saya atas pelayanan dan cekatannya para crew wira wisata ini dalam menangani pelanggannya – cukup professional.


Mungkin ada 1 sampai 1,5 jam saya tertidur di kamar mas Haris ini, yang jelas ketika saya bangun jam menunjukan pukul 12.30 – lumayan sudah lebih segar sekarang, saya segera sholat kemudian mencoba mencari makanan yang ada Cuma penjual mie ayam – ya sudah saya sikat aja mie ayam itu supaya perut jangan kosong. Sambil membenahi barang-barang saya ke atas motor saya minum lagi tolak angin yang saya bawa plus doping satu butir enervon c hehehehe, saya biasanya tidak pernah melakukan doping Cuma karena kali ini situasi darurat maka saya perlu tablet multivitamin ini agar mendukung daya tahan tubuh saya.


Menjelang pukul 14.00 semua barang-barang sudah rapi diatas motor, sayapun pamit ke mas Haris untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, tidak lupa foto dulu dengan mas Haris. Belakangan dari mas Haris dan dari Koran yang ditunjukan kepada saya – saya tahu penyebab kenapa gua Pindul ditutup sementara, rupanya seminggu sebelumnya ada wisatawan gelap – (menyelundup masuk kawasan pindul tanpa sepengetahuan pengelola) 2 remaja yang tewas tenggelam di Dam Banyumoto; dan wisata gua Pindul baru dibuka kembali Jum’at kemarin setelah ditinjau oleh pejabat pemda – untuk meyakinkan factor keselamatannya.


Sebetulnya kalo dilihat factor keselamatan, apa yang dilakukan oleh wira wisata sudah sangat baik, jumlah petugas yang mendampingi setiap kloter mencukupi, perlengkapan safety sperti life jacket dan sepatu semuanya dalam kondisi baik – jaringan komunikasi dengan menggunakan HT untuk memonitor pergerakan kloter dari satu posisi ke posisi lain sudah ada. Tapi ya repotnya kalo ada wisatawan yang menyelundup masuk, karena kawasan pindul cukup luas…..hehehe, ya mudah2an kesadaran masyarakat akan keselamatan lebih tinggi lagi sehingga tidak perlu ada yg jadi korban sia-sia.


Dengan hati yang senang karena dua target utama solo riding ini sudah tercapai saya meninggalkan kawasan Gua Pindul – saya menuju Yogyakarta yang berjarak kurang dari 40 km saja. Di Yogya saya akan mengexplore Taman Sari – saya belum pernah berkunjung ke sini.


Pulang ke kotamu

Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu …
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Bait-bait lirik lagu Kla Project melintas di benak saya saat saya memasuki jalan-jalan kota Yogya – Yogyakarta kota kelahiran saya (eh tepatnya kota numpang lahir sih) memang meberikan nuansa dan aura tersendiri buat saya – waktu serasa berjalan melambat di sini; tidak terlihat rush seperti Jakarta atau kota besar lainnya, disini terasa ayem – slow but sure….hehehe


Saya ikuti rambu-rambu jalan yang menuntun saya ke arah Keraton – kalo tidak salah letak Taman Sari berada di belakang keraton; barulah setelah tiba di alun-alun Keraton saya mengandalkan CPS (Cangkem Positioning System) alias Tanya-tanya sama orang letak Taman Sari.

Hampir jam 14.30 ketika saya tiba di Taman Sari, saya tiba di gerbang belakang (selatan?) yang ada pasarnya motor saya parker disini penjaga parkirnya sudah tua tapi cukup ramah, saya melewati reruntuhan Water Castle, kemudian melalui lorong bawah tanah menuju ke tempat penjualan tiket.

Setelah membayar tiket; kalo tidak salah Rp 4 ribu rupiah plus Rp 1 ribu untuk retribusi kamera, sayapun menuju pintu masuk, tiket saya diperiksa oleh petugas yang mana petugas ini kemudian menjadi guide saya yang menemani saya berkeliling kompleks Taman Sari dan menjelaskan mengenai fungsi bangunan/ruangan serta sejarahnya.


Kang Dimas nama si guide saya tersebut orangnya masih muda tubuhnya tegap berisi – rupanya dia ahli bela diri Tarung Drajat – AA Boxer; dan menurut dia beberapa guide di Taman Sari dan Keraton ini memang alumnus Tarung Drajat, dia sendiri menjadi guide di Taman Sari hanya pada saat liburan panjang dari tempat kerjanya sebagai pelaut di sebuah kapal pesiar; sebagai anak Abdi Dalem Keraton dia merasa terpanggil mengabdikan dirinya disini.


Kang Dimas sangat faham menjelaskan mengenai fungsi dan sejarah dari tiap-tiap bangunan di Taman Sari ini, seperti bagaimana sultan senang menyaksikan tari-tarian dari atas balkon gerbang sedangkan tata suaranya (gamelannya) di pecah di empat penjuru sudut di bangunan yg mirip gazebo sementara si penari ada di tengah-tengah pelataran di kelilingi ke empat penjuru gamelan. Mungkin ini untuk menciptakan efek stereo  atau dolby mungkin ya hehehehe…..

Selanjutnya ketika tiba di kolam umbul sari dan umbul binangun kang Dimas menceritakan bagaimana Sultan memilih satu dari selir-selirnya yang sedang bermain di kolam  umbul sari untuk menemani Sultan.


Kang Dimas juga menjelaskan filosofi kenapa pintu-pintu di Taman Sari ini dibuat pendek sehingga untuk bisa masuk orang harus sedikit menunduk atau membungkuk (kalo orangnya tinggi) maksudnya adalah supaya kita jika memasuki ruangan orang lain haruslah menghormati si pemilik ruangan yang di simbolkan dengan menunduk atau membungkuk ini.

Banyak lagi yang di jelaskan kang Dimas tentang kompleks Taman Sari ini, tentang danau buatan yang kini sudah berubah jadi perkampungan, tentang mesjid bundar dibawah tanah dimana tata suaranya bergema sehingga tidak perlu pengeras suara. Tidak terasa lebih dari dua jam kami berkeliling kompleks Taman Sari ini yang menurut kang Dimas luas asalnya adalah 10 hektar……wow pastinya keren banget kalo danau buatannya itu masih ada…..melihat sisa-sisanya saja sudah menakjubkan….


Kami sempat mampir ke rumah kang Dimas yang merangkap gallery lukisan2 batik dan kain batik dari sana kang Dimas mengantar saya ke tempat parkiran motor, kami berpisah setelah bertukar nomor HP (sayangnya seminggu setelah dari yogya hp saya rusak kena air yang menyebabkan semua data hilang hehehe, untungnya catatan2 penting perjalanan ini sudah sempat saya pindahkan ke computer….).


Menjelang pukul 17.00 di parkiran motor koq tiba-tiba saya merasa laper, di tunjuki sama tukang parker warung nasi di dalam pasar – ya udah saya makan disana (gak jelas ini makan siang apa makan malam – yang jelas makan sore….hehehe).

Sambil makan saya mengatur rencana perjalanan selanjutnya – rasanya tidak mungkin melintasi weleri malam ini untuk menuju Batang/Pekalongan; selain badan yang sudah lelah juga jalur weleri yang berkelok-kelok menuntut fisik yang prima; jadi saya putuskan untuk menginap saja malam ini disekitar kota sebelum jalur weleri; kalau menginap di Magelang masih terlalu jauh dari jalur Weleri jadi saya putuskan untuk menginap saja di Temanggung (ini adalah kota besar terdekat sebelum masuk jalur weleri).

Yogya ke Temanggung tidak terlalu jauh paling-paling sekitar dua jam perjalanan dengan motor, jadi kalo saya start jam 17.00 dari Yogya maka sekitar jam 1900 saya insya Allah sudah bisa tiba di Temanggung.


Keluar dari Yogyakarta menuju Magelang tidak sulit, rambu-rambu petunjuk arahnya cukup jelas dan mudah dipahami…ketika hari mulai gelap antara Yogya – Magelang sebuah motor Yamaha vega dengan box dengan biker yang menggunakan touring gear melewati saya sambil memberi salam tet-tot khas biker.

Disebuah lampu merah sebelum masuk Magelang kami berhenti berjejer dan berdialog, saya katakana saya dalam perjalanan ke Jakarta tapi mau nginep dulu di Temanggung dan besok baru lanjut lagi. Si biker ini yang bernama Chandra rupanya memang orang Temanggung dan mau kumpul-kumpul kopdar dengan club nya Yamaha Vega Club Indonesia – Temanggung (YVCI-Temanggung), saya di ajak mampir yang saya iyakan.


Kami beriringan menuju Temanggung – tepatnya menuju ke Alun-alun temanggung dimana malam itu (malam minggu) ternyata sudah ramai dengan kelompok-kelompok motornya masing-masing. Kami menuju salah satu sudut alun-alun dimana teman-teman YVCI-T biasa berkumpul. Saya berkenalan dengan bro Sofyan – yang tampaknya menjadi ketua disana; sebagai sesame biker dengan mudah kami menjadi akrab dan saling bertukar pengalaman – mereka banyak bertanya tentang Bimbi, Hyosung Karion RT125 tunggangan saya yang memang punya tampilan beda….hehehehehe (gak nyombong lho tapi emang tampilan karion ini beda banget….padahal Cuma 125CC ixixixi)


Dari bro Sofyan saya dapet kabar kalo jalur weleri sekarang kondisinya kurang bagus banyak berlubang-lubang dan bumpy, jadi sudah benar keputusan saya untuk melewati jalur weleri pada pagi hari saja. Alhamdulillah dapat info yang berharga mengenai jalur weleri – info lain adalah hotel yang rekomended.

Jam 21 setelah berpamitan dengan teman-teman YVCI-T saya diantar bro sofyan ke hotel, hotel Chandra namanya tarifnya Rp 100 ribu semalam, kamarnya lumayan besar tapi tetap tanpa AC hehehe. Setelah memastikan semua Ok bro Sofyan pamitan dia mau kumpul lagi ke alun-alun.

Saya segera mandi kemudian sholat dan segera pergi tidur……aahh nikmatnya semua target solo riding tercapai – mission accomplished, tinggal satu etappe lagi besok pagi saya akan menuju Jakarta……


Minggu, 20 Mei 2012

Etappe 5 Temanggung – weleri – Cirebon – Jakarta = 450 km

Pagi ini saya bangun dengan penuh semangat dan tubuh segar (tidak ada lagi sisa rasa mual dan pusing kemarin)…. hari ini adalah etappe terakhir dari solo riding saya. Semenjak pagi saya sudah packing barang-barang saya diatas motor – saya tinggal menunggu sarapan di antar oleh petugas hotel hehehehe, jam 06.45 sarapan tiba langsung segera saya santap habis……


Jam 07.05 saya sudah ada di jalanan bersama Bimbi, begitu ketemu SPBU pertama saya langsung mampir untuk mengisi penuh tangki Bimbi – nah kini kami berdua sudah sama-sama kenyang dan siap menempuh perjalanan panjang kembali ke Jakarta.


Minggu pagi yang dingin belum banyak kegiatan  yang terjadi di jalanan, maklum Temanggung – Parakan berada di dataran tinggi sehingga udara dingin pagi ini mungkin menyebabkan orang-orang malas keluar rumah…….


Setelah melewati parakan saya tiba di ruas weleri….ternyata yang di bilang bro Sofyan memang benar jalanan di ruas weleri ini bumpy (bergelombang) dan berlubang-lubang. Untunglah postur Bimbi dan peredam kejut yang empuk mampu menjinakan lubang-lubang tersebut.

Perjalanan pagi itu sangat lancar, rasanya sebentar saja tiba-tiba saya sudah berada di Kendal, yang berarti kini saya dan Bimbi sudah berada disisi Utara pulau jawa. Saya terus melaju menuju arah barat melalui Alas Roban yang kini sudah kehilangan ke angkerannya…..karena jalannya sudah di perlebar, sehigga seremnya hutan jati sudah tidak terlihat lagi.


Di jalur Alas Roban ini sempet macet panjang yang disebabkan adanya truk mogok yang kemudian di Derek. Saya sempet was-was juga takutnya macetnya parah karena saat itu merupakan arus balik dari long weekend, untunglah kekuatiran saya tidak terjadi – setelah truk mogok tadi terlewati arus lalulintas kembali ramai lancar…….


Batang dan Pekalongan pun segera saya lewati…..kini saya menuju Tegal, ketika Tegal terlewati dan saya memintasi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, hati saya semakin senang…semakin pede bahwa solo Riding ini bisa tuntas hari ini  apalagi ketika saya tiba di Cirebon sekitar pukul 12.00, berarti sudah lima jam saya berada diatas motor sejak start dari Temanggung tadi, pantesan berasa panas dan pegel di bokong saya……




Saya putuskan akan istirahat sebentar di Cirebon isi bensin Bimbi dan isi Perut saya………di SPBU saya isi bensin dan tidak jauh dari SPBU tersebut saya lanjutkan dengan mengisi perut saya dengan empal gentong dan segelas es teh manis……..nikmat banget bo…..

Jam 13.30 saya lanjutkan pejalanan menuju Jakarta, dari pengalaman saya sebelumnya Cirebon – Jakarta ini dapat ditempuh dalam lima – enam jam, sehingga saya perkirakan akan tiba di Jakarta sekitar jam 18.30 – 19.30.


Di jalur Pantura ini saya mulai bertemu dengan rombongan-rombongan motor yang pulang turing, jadi suasana jalan cukup ramai dan meriah hehehe, setidaknya ada club thunder 250, kemudian juga ada club Kaisar Ruby 250cc, juga ada club Yamaha scorpio SC225 dan masih banyak lagi……


Menjelang jam 15.30 saya tiba di Cikampek dan baru teringat saya belum sholat – jadi saya berhenti dulu di sebuah mesjid untuk menunaikan sholat dzuhur dan sholat ashar. Di Bulak Kapal – Bekasi saya kembali mengisi bensin dan ini akan menjadi pengisian bensin terakhir saya sampai tiba di rumah nanti.


Adzan magrib terdengar ketika saya melintas di Kalimalang – aah sholat di rumah saja aah toh sudah dekat lagipula tidak enak kalo sholat sekarang karena badan rasanya lengket semua demikian pikiran saya sekaligus sambil pelintir grip gas agar Bimbi melaju lebih kencang supaya segera bisa tiba di Rumah.


Alhamdulillah jam 18.30 saya tiba di halaman rumah saya di Poltangan – Pasar Minggu dengan selamat, anak dan isteri saya menyambut gembira kedatangan saya – kami tidak langsung masuk rumah tapi malah ngobrol dulu di halaman samping rumah….hehehehe.

Terima kasih ya Allah akhirnya saya bisa menyelesaikan solo riding saya menjelajahi jalur pantai selatan Gunung Kidul dengan total jarak pulang – pergi = 1.265km


Dengan selesainya misi ini, maka tinggal jalur pantai selatan Jawa Timur yang belum saya sentuh (jalur pantai selatan Banten, Jabar, Jateng dan DIY sudah semua)….doakan saja supaya saya bisa menyelesaikannya ya……Amiin.


Salam Biker

Imam Arkan.


Samudera Indonesia Motor Community (SIMC) 018

Skywave Owner Club (SOC) 157

Mailing List Yamaha Scorpio (MiLYS) 170


Rekap angka dan data

Jarak tempuh PP = 1.265km

BBM = Rp 206.000,- = 39,22 ltr

Konsumsi bensin = 1 : 32

Penginapan = Rp 210.000,- (3 malam)

Makan = Rp 128.000,- (makan se adanya)

Tiket dan Retribusi = Rp 92.000,- termasuk Cave Tubing dan Rafting Kali Oya sebesar Rp 60 ribu.

Lain-lain = Rp 112.000,- termasuk di dalamnya tip buat guide Taman Sari

Total Rp 748.000,-


Ucapan Terima Kasih.

Terima kasih untuk Isteri dan Anak-anakku yang sudah memberi izin dan support doa untuk solo riding kepada saya.

Terima kasih untuk Bro Maryanto dan Bro Catur yang sudah menyiapkan Bimbi sehingga siap tempur.

Terima kasih untuk Bro Sofyan dan teman-teman Yamaha Vega Club Indonesia – Temanggung.

Terima kasih untuk mas Haris dan Wira Wisata Crew atas penanganan yang baik selama saya berada di kawasan Gua Pindul.

Terima kasih buat Nelayan Teluk Penyu yang telah mengijinkan saya istirahat di pondokan nelayan.

Terima kasih untuk Kang Dimas, yang telah memandu saya di Taman Sari.

Terima kasih untuk Pemda DI Yogyakarta karena telah mampu menyediakan sarana jalan yang mulus sampai di pelosok pesisir selatannya…..salut.

Terima kasih untuk Bro Catur SOC 156 dan Bro Hendro atas dukungannya lantaran ente berdua solo riding ini jadi terlaksana....ixixixi (tapi nggak rame nggak ada loe pade)

Pantai Kukup - Gunung Kidul, Yogyakarta




Dari rangkaian pantai selatan gunung kidul, saya memasukan pantai Kukup ini sebagai pantai yg tercantik.

Gardu pandangnya memberikan view yang menakjubkan

bentang pantai di sisi kanan dari gardu pandang

Pantai Kukup in panoramic view

pantai pasirnya sempit tapi tidak mengurangi kecantikan pantai kukup

payung pantai

Gardu Pandang - memberikan view yang luar biasa

bentang pantai di sisi kiri gardu pandang

view sisi kanan gardu pandang

Saya di Pantai Kukup

Pantai Kukup dari atas bukit

Solo Riding - Jelajah Jalur Pantai Selatan Gunung Kidul - 2

Jum’at, 18 Mei 2012

Etape 3 Parangtritis -  Jelajah Jalur Pantai Selatan Gunung Kidul – Wonosari = 165 km.

Alarm HP membangunkan saya pada pukul 05.00, sebenernya masih pengen tidur – tapi teringat hari inilah salah satu target misi dari soloRiding ini harus di capai membuat saya semangat dan antusias untuk segera bangun.


Hari ini target saya adalah mengunjungi pantai-pantai selatan Gungung Kidul mulai dari pantai Baron sampai pantai Sadeng yang berada di ujung timur Gunung Kidul  dan yang menjadi target utama adalah Pantai Timang.


Kenapa Pantai Timang yang saya jadikan sasaran utama antara lain pertimbangannya sebagai berikut :

-          Ada sesuatu yang unik disana yaitu adanya kereta kabel, atau gondola yang menggantung di tambang plastik yang membentang menyeberangi tebing karang pantai menuju pulau karang.

-          Lokasi untuk menuju kesana sulit dan menantang, semi off road.

-          Tidak semua orang tau tentang Pantai Timang ini

-          Pernah diliput TV swasta. (pastilah sesuatu yang bernilai unik sehingga sampai diliput TV)


Buat saya kondisi tersebut memberikan value lebih untuk Pantai Timang dibandingkan pantai-pantai lain yang mungkin sudah terkenal dan ramai di kunjungi orang.


Saya memang lebih senang datang ke tempat-tempat yang belum banyak dikunjungi orang, dulu lima tahun lalu saya senang bisa mengunjungi Ujung Genteng – Sukabumi, karena masih natural dan sepi – tapi kini Ujung Genteng sudah makin dikenal sehingga selalu crowded pada saat musim libur, selain itu kini jadi lebih komersial. Hal ini juga terjadi dengan Pantai Sawarna – Banten, dulu tidak banyak yang tahu letak pantai Sawarna – kini sudah merupakan salah satu tujuan wisata hehehehe

.

Tahun lalu kami ke Teluk Kiluan – Lampung (spot menarik disini adalah melihat lumba-lumba di tengah laut – kalo mau ke sana harus mempertimbangkan cuaca agar bisa beruntung lihat lumba2), lumayan disana masih belum terlalu dikenal selain tempatnya juga cukup terpencil, fasilitas akomodasi juga masih sederhana hehehe, jadi bisa lebih menikmatinya, mirip-mirip ujung genteng 5 tahun yang lalu.


Agak susah juga saya ketika harus mengeluarkan Bimbi dari warung pak Har ini, terpaksa geser beberapa bangku panjangnya – setelah terpakir di depan warung segera  packing barang-barang saya. Kemudian sambil nunggu indomie yang saya pesan ke Bu Har matang, saya panaskan dulu si Bimbi…..


Setelah sarapan indomie rebus dengan potongan cabe rawit dan minum teh manis kental hangat…(nikmat banget bo) pagi itu sekitar jam 07.30 saya pamitan dengan pak Har dan Bu Har.


Saya sempatkan sebentar mengambil foto Bimbi di depan pantai Parangtritis, sebelum saya arahkan ke luar kawasan Parangtritis menuju Pantai Baron. Sesuai peta yang saya buat dari Google Maps saya harus melalui Panggang (saya gak tau ini kelurahan apa kecamatan), rute ini melalui perbukitan pegunungan kapur – makanya tidak mengherankan begitu keluar dari Parangtritis saya langsung di sambut tanjakan yang cukup curam dan panjang, barulah setelah di atas punggungan bukit jalan menjadi lebih datar.


Yang luar biasa walaupun jalannya agak sempit namun mulus banget – hot mix, situasi jalannya sepi (intensitas kendaraan rendah) mungkin karena masih pagi dan jalur ini bukan merupakan jalur utama dan enaknya suasana ini saya jumpai sepanjang hari selama saya menyusuri jalur pantai selatan Gunung Kidul ini, se akan-akan jalanan mulus ini disediakan buat saya……hehehehe.


Jalur utama yang biasa digunakan orang untuk menuju pantai selatan Gunung Kidul adalah melalui Wonosari menuju selatan. Jalur ini juga mulus dan lebar – namun intensitas kendaraannya lebih padat.


Yang menyenangkan selama perjalanan melintasi perbukitan kapur di Gunung Kidul selatan ini adalah keteduhannya – karena saat ini (mei 2012) baru awal musim kemarau maka daun-daun jati masih lebat dan rindang membuat jalanan menjadi teduh. Seandainya pas di tengah-tengah musim kemarau pasti daun-daun jati ini merangas dan udara menjadi terasa lebih panas lagi.


Setelah melewati kelokan-kelokan diatas perbukitan kapur tersebut selama hampir 1 jam, saya mencapai Pantai Baron (jarak Parangtritis – Pantai Baron sekitar 40 km), saya segera melewati pos pembayaran tiket setelah membayar tentunya hehehehe…..


Ini merupakan kunjungan ketiga saya di Pantai Baron, tidak banyak perubahan di Pantai Baron ini Pantai yang juga merupakan pantai nelayan ini mempunyai keunikan dimana salah satu sisinya ada muara sungai yang menuju laut.


Aliran sungai yang cukup deras ini memuntahkan air tawar menuju laut, kalo kita berenang atau main air di muara ini yang terasa adalah air tawar bukan air asin seperti air laut, cukup unik.


Sebagai tempat wisata tentunya banyak warung penjual makanan disini – Dawet dan Kelapa muda menarik minat saya untuk mencicipinya apalagi pagi itu (08.30) udara mulai terasa panas……Glek…glek…glek….aahhh segernya air kelapa muda ini (dengan es batu dan juruh/gula jawa cair di dalam buah kelapanya).


Saya tidak berlama-lama disini setelah mengambil beberapa foto, saya tinggalkan Pantai Baron dan menuju ke Pantai Kukup. Tidak sampai 10 menit saya sudah sampai di Pantai Kukup ….emang deket banget soalnya  cuma 2km dari pantai Baron saja….hehehehe.


Ini merupakan kunjungan saya yang kedua ke Pantai Kukup – pantai ini tidak terlalu lebar, tidak ada perahu nelayan – pantainya berkarang tapi datar. Yang unik dan menarik dari pantai Kukup ini adalah adanya spot gardu pandang diatas sebuah karang yang berdiri tegak di atas laut dan dihubungkan dengan jembatan beton dari tebing pantai.


Dari gardu pandang ini kita bisa melihat bentang pantai yang sangat indah baik ke arah barat maupun ke arah timur – cantik sekali.


Salah satu yang khas disini adalah banyak di jual ikan-ikan hias. Juga tentunya banyak penjual makanan matang olahan dari hasil laut (kepiting goreng, udang goreng dll).


Saya memasukan Pantai Kukup ini sebagai salah satu pantai tercantik selama perjalanan ini.


Selepas Pantai Kukup pantai berikutnya yang saya kunjungi adalah Pantai Spanjang yang memang memiliki bentang pantai pasir yang lebih panjang – dari pengamatan saya fasilitas di pantai ini lebih minim daripada ke dua pantai sebelumnya.


Ada pondokan2 di sepanjang pantai yang bisa kita gunakan untuk berteduh dan duduk2 menikmati pantai spanjang ini. Saya ketemu dan berkenalan dengan tiga anak muda pengunjung pantai ini mereka berasal dari magelang bro yudhy, bro putra dan seorang teman wanitanya  - saya minta bantuan mereka untuk motoin saya, kami ngobrol2 sebentar ketika saya sampaikan bahwa saya mau ke pantai timang, mereka tidak tau tentang pantai timang, namun ketika saya jelaskan bahwa di pantai timang ada kereta gantung yang unik dan pernah diliput tv – baru mereka teringat; berarti pantai timang memang masih banyak yang belum tahu………


Menjelang  jam 10 pagi saya tinggalkan pantai Spanjang ini, karena Pantai Drini sudah menunggu untuk saya kunjungi.


Jam 10 lebih saya sampai di Pantai Drini ini, pantai ini mirip seperti pantai Baron, bentang pasir pantainya tidak terlalu panjang  dan berada di semacam teluk yang lebih tenang gelombangnya – perahu2 nelayan dan tumpukan-tumpukan jaring memenuhi sebagian pantai ini.


Saya juga tidak berlama-lama disini karena safari dari pantai ke pantai Gunung Kidul ini masih harus berlanjut.


Pantai Krakal saya tidak sempat foto – hanya melihat dari atas motor saja kemudian lanjut ke Pantai Sundak (konon asal nama pantai Sundak ini berasal dari penggalan kata Asu-Landak atau Anjing dan Landak) pantai Sundak ini memiliki bentang pantai yang cukup panjang, ada beberapa payung pantai terkembang  menghiasi pantai pagi itu.

Suasananya tidak terlalu ramai tapi cukup menjanjikan untuk penikmat ketenangan dan mandi2 di pantai tanpa terganggu kepadatan pengunjung.


Untuk pecinta ketenangan tampaknya pantai Sundak ini cukup recommended menurut saya.


Ketika meninggalkan parkiran pantai sundak saya dapat informasi mengenai Pantai Indrayanti – yang menurut si tukang parkir sekarang ini pantai tersebut menjadi favorit wisatawan dan ramai dikunjungi. Info pantai ini sebenernya sudah saya dapatkan juga dari Internet – namun karena dikatakan saat ini sudah ramai dikunjungi orang – saya malah tidak tertarik untuk mengunjunginya hehehehe.



Hari semakin siang mendekati jam 11.00 – tujuan saya selanjutnya adalah Pantai Siung, ditengah perjalanan antara Pantai Sundak dan Pantai Siung ini saya melewati kawasan pantai Indrayanti yang memang ramai dikunjungi orang – sampai2 parkirannya aja ramai meluber ke pinggir jalan yang saya lewati.


Jam menunjukan hampir 11.30 ketika saya mencapai Pantai Siung – keunikan pantai Siung ini adalah adanya jalur2 untuk panjat tebing di dinding karang perbukitan di pantai tersebut. Namun saya tidak mengexpose jalur panjat tebing ini lebih jauh, karena butuh berjalan kaki kesana (jalan kaki panas2 nggak dulu deh hehehehe) selain itu waktunya sudah sangat mepet dengan waktu sholat jum’at.


Di Pantai Siung ini saya mulai mencari lokasi yang sebenarnya dari target utama saya yaitu Pantai Timang – menurut orang yang saya mintai info, Pantai Timang sudah kelewat – jadi antara pos tiket masuk sampai pantai suing (sekitar 2km) ada jalan ke kanan ke sanalah jalan menuju pantai Timang.

Alhamdulillah berarti target utama ada disekitar sini, saya putuskan untuk konsen ke sholat jum’at dulu, target utama akan saya capai nanti setelah sholat jum’at dan makan siang jadi bisa lebih menikmati.


Agak sulit juga mencari tempat sholat Jum’at di daerah ini, setelah Tanya sana sini ketemu juga sebuah mesjid, tapi koq sepi….tanya lagi sama orang yang lewat katanya memang ada jum’atan tapi belum mulai…(lho koq aneh padahal sudah jam 12.00 saat itu), kebingungan yang sama tampak juga dari dua orang pelintas seperti saya yang ingin sholat jum’at di situ (mereka pakai mobil), akhirnya kami sepakat menunggu. Jam 12.15 terlihat beberapa orang menuju mesjid – sholat jum’atpun dimulai, adzan di kumandangkan dan khotib naik ke mimbar untuk memberi khotbah – saya perhatikan yang hadir tidak sampai 30 orang termasuk anak-anak (wah sah tidak ya sholat jum’atnya? karena ada yg bilang sahnya harus 40 orang, namun dalil lain bilang tidak ada syarat jumlah yang penting adalah dilakukan secara berjemaah)……ya sudah kembalikan saja kepada Yang Maha Kuasa sah tidaknya yang penting niatnya sholat Jum’at ….hehehehe


Pukul 12.30 lebih sedikit Jumatan selesai saya segera berkemas kemudian segera mencari tempat makan siang – Cuma ada satu warung nasi di sekitar lokasi mesjid tersebut, warung nasi sangat sederhana yang ketika saya bilang pesen makan si Bapak penjaga warung bilang bahwa lauk ayam nya belum matang yang ada hanya itu saja (sambil menunjuk etalase) di situ Cuma ada telur asin, kering tempe dan sayur tumis tahu tauge…..hanya itu.


Si Bapak tua penjaga warung ini tidak terlalu ramah (sepanjang solo riding Cuma bapak ini yg tidak terlalu ramah – walaupun akhirnya ramah juga dia) menjelaskan ayamnya masih lama matengnya – sambil tersenyum saya bilang tidak apa-apa pak saya makan yang ada ini saja.


Senyum adalah bahasa universal yang paling basic untuk menyatakan persahabatan atau memulai kontak yang tulus dengan orang-orang yang belum dikenal. Selama perjalanan ini banyak sekali orang yang menatap saya dengan penuh selidik ataupun keingintahuan kepada saya, mungkin melihat kostum biker saya ataupun tunggangan saya yang aneh/asing di pandangan mereka – yang jelas mereka segera membalas senyum saya begitu saya tersenyum kepada mereka.


Setelah berbalas senyum biasanya kontakpun bisa dimulai dengan sapaan…. “Mau kemana Mas” atau “Dari Mana Mas” itu sapaan yang biasa mereka sampaikan. Selanjutnya terserah anda mau bicara tentang apa….


Nah si Bapak tua ini cenderung ketus….atau memang demikian karakternya hehehe, walau saya sudah tersenyum ke dia tapi kelihatan dia menjaga jarak – dengan saya orang asing yang aneh begitu mungkin pikirnya hehehehehe walaupun demikian saya berusaha tetap ramah kepadanya…..


Namun saat saya berkemas setelah makan siang dan menambah logistic dengan 2 botol aqua – si Bapak tua ini bertanya kepada saya….”Mau kemana Pak?”….tanya nya.

“Pantai Timang” jawab saya

“Wah tasih tebih Mas (wah masih jauh mas), tumut nderek ake (yang ini saya gak tau terjemahannya hahaha)” kata Bapak itu – ramah; (nah akhirnya ramah juga kan dia).


Kenapa nggak cari warung lain aja??? mungkin terlintas pikiran seperti itu  Hehehe ini di daerah pedalaman dan jalan yang saya lalui bukanlah jalur utama wisata,  lain dari itu jarak satu kampong dengan kampong lain cukup jauh, jikapun ketemu kampong yang lain situasinya pun tidak jauh beda  tidak banyak pilihan – kecuali mungkin ketemu kota kecamatan agak lebih ramai dan lebih banyak pilihan. Jadi jangan bayangkan saya berada di jalur utama wisata – dimana warung makan banyak tersebar hehehehe, jadi daripada mencari yang tidak jelas lebih baik makan saja apa yang sudah ada di depan mata hehehehe


Sholat Jum’at sudah, isi perut sudah, tambah logistic air minum pun sudah kini saya siap untuk mencapai pantai Timang – yang merupakan target utama misi solo riding kali ini. Seperti  info di internet memang perlu Tanya-tanya untuk bisa tau arah lokasi Pantai Timang ini. Pertama saya kembali ke gerbang loket Pantai Siung di situ saya Tanya petugas loket arah ke Pantai Timang – “Terus saja nanti ada jalanan beton menyimpang ke kanan nah ikuti jalan tersebut”


Ketika saya sampai di mulut jalan beton ini ada pengendara motor yang keluar dari jalan beton tersebut, saya Tanya kepada Bapak ini arah ke Pantai Timang – dan dia jawab bukan lewat sini, tapi sebelah sana menunjuk arah berlawanan dari saya datang……(lho gimana ini mana yang bener???).


Melihat kebingungan saya si Bapak ini berbaik hati mengantarkan saya kea rah pantai Timang…….


Ini dia yang nggak pernah kita dapatkan dari GPS (Geo Positioning System) hihihi, selama perjalanan ini walaupun HP saya ada fasilitas AGPS nya tapi tidak terlalu banyak saya gunakan saya lebih mengandalkan CPS alias Cangkem Positioning System – Cangkem = mulut artinya lebih mengandalkan bertanya kepada orang dimana posisi saya dan arah mana yang harus saya tempuh.


Hasilnya ya seperti ini saya malah dapat jasa pengantaran gratis – hehehe, saya mengikuti motor si Bapak baik hati memasuki jalan-jalan desa berupa jalan batu yang di beton pas di tapak kaki ban mobil, jadi ada dua jalur beton…..selebar ban mobil.


Rupanya memang banyak simpangan jalan antar dukuh/desa disini dibeberapa tempat simpangan ada petunjuk berupa papan kecil kea rah pantai Timang  tettapi ada juga yang tidak ada – seandainya saya tidak di antar agak susah juga saya menemukan jalan ini.


Sampai di suatu simpangan si Bapak berhenti, saya berhenti disebelahnya.

“Bapak terus saja dari sini – kira2 tiga kilometer ke Pantai Timang, dari sini sudah tidak ada simpangan2 lagi” demikian katanya sambil menunjuk jalan di depan saya….

“Oh begitu pak terima kasih” jawab saya

“Hati-hati ya pak, turut nderek ake” kata si Bapak sesaat sebelum berpisah….sampe sekarang saya belum tau arti "turut nderek ake' itu….hehehehe


Saya jalankan Bimbi menuju arah jalan yang di tunjuk bapak baik hati itu….semula sih enak masih ada jalur beton, tetapi kemudian berubah menjadi jalan berbatu (persis seperti info yg saya peroleh di internet), jalan batu ini tampaknya dibuat dari batu-batu karang (?) yang dibenamkan ditanah, permukaannya tidak ada yang rata sama sekali, pating mbrenjul….hehehehe (benjol2). Selain permukaannya pating mbrenjul….kontur jalannyapun juga tidak rata……


Saya melewati plang rambu bertuliskan “4 Whell Drive Track” tidak lama setelah melewati jalan batu2 tersebut……rambu bertuliskan “Slowdown – Safety first” tampak sebelum sebuah turunan terjal…..


Ban Bimbi tidak bisa mencengkeram dengan kuat di permukaan jalan seperti itu, walaupun bannya gambot tapi ban bimbi tidak di desain untuk permukaan seperti ini – ban Bimbi sebenarnya lebih cocok untuk aspal. Saya pun menjalankannya dengan hati-hati…..apalagi setelah ketemu turunan panjang yang curam dan terjal………


Sambil terus mengendalikan Bimbi di turunan terjal tersebut saya berpikir keras…..duh gimana pas baliknya nanti ya….kuat nggak nanjaknya atau mampu tidak saya melewati tanjakan ini, kalo nyungsep atau gak kuat nanjak siapa yang bantuin ya?; Kalo sudah seperti ini kadang terasa nyesel juga turing sendirian hehehehe. Maklum lah saya bukan off roader sejati dan bukan seorang Jeffrey Polnaja (http://rideforpeace.net/tag/jeffrey-polnaja/) – biker penjelajah 72 negara seorang diri yang punya mental baja hehehe

Dan saya juga tidak sedang dalam misi seperti expedisi ring of fire (http://ringoffireadventure.com/indonesia.php) yang turing dengan full support alat komunikasi canggih dan tim pendukung yang kumplit…….


Saya Cuma rider yang setengah nekat aja hehehe….


Ayo Bimbi! tiga km tidak jauh! sesulit apapun harus kita tempuh kita pasti bisa mencapai pantai Timang, seru saya memompa semangat diantara dzikir yang saya lantunkan, jaraknya memang hanya tiga km tapi rasanya cukup menguras tenaga hehehehe…..


Sekitar jam 14.00 saya sampai juga di pantai Timang, ada dua orang yang sedang membuat rangka untuk cor2an tendon air – selebihnya sepi tidak ada orang lain.

Salah satu orang tersebut menyuruh saya untuk memarkir di ujung jalan, yang kemudian buntu berubah menjadi jalan setapak menuju sebuah bukit karang – Bimbipun saya parker di samping tumpukab batu karang.


Saya Tanya orang tadi mana jalan menuju lokasi kereta kabel, si orang tersebut menunjukan jalanya katanya ikuti saja jalan setapak yang ada – dan membelah antar pohon cemara dan pandan laut, dia juga wanti-wanti apabila sudah di lokasi jangan terlalu ke tepi karang karena saat itu ombak sedang besar dan bisa menyapu sampai di bibir tebing karang. Kuatirnya saya kaget dan bisa terpeleset jatuh dari tebing tersebut.


Saya ucapkan terima kasih kepada dia dan berjanji untuk mengingat pesannya agar berhati-hati…….


Nah sekarang saatnya trekking hehehe, saya ambil ransel, topi rimba saya menggantikan helm, kedua kamera saya Olympus SP600UZ dan Canon Powershot juga saya bawa – tidak lupa bawa air minum; padahal trekingnya tidak sampai 500 m hehehehe tapi karena tadi di jalan semi off road tenaga saya terkuras –maka trekking jarak pendek ini pun terasa melelahkan.


Tapi kelelahan tersebut sirna setelah saya lewati jejeran pandan laut, didepan saya terbentang lokasi target utama saya – Pantai Timang dengan kereta kabelnya……!!!

Alhamdulillah saya sudah sampai…..


Saya berada di pelataran sebuah tebing karang, dimana di salah satu sudutnya terdapat tiang-tiang penyangga kabel tambang plastic biru yang menjulur menggelantung menyeberangi laut yang berada diantara tebing karang pantai dan tebing pulau karang di depan pantai Timang……..


Laut diantara tebing pantai dan pulau karang tersebut menggelora berombak besar…..yang memecah di tebing2 karang pulau……indah dan menggetarkan hati yang melihatnya.

Tiba-tiba byaarrrr…….air laut memecah tinggi melewati bibir tebing karang tempat saya berdiri….belum sempat hilang kaget saya tidak selang lama…..byyaaarrrr lagi air laut memecah tinggi melewati bibir tebing pantai kali ini lebih besar dari yang pertama…….huh untung saja saya mematuhi peringatan orang tadi untuk tidak terlalu ke tepi – seandainya saya saat itu ditepi pastinya saya basah kuyup, dan mungkin hal yang lebih buruk bisa saja terjadi……..benar2 menggentarkan hati. Silahkan liat ganasnya ombak Pantai Timang di http://www.youtube.com/watch?v=2MrfXzYXKo0

Video lainnya dapat dilihat disini : http://www.youtube.com/watch?v=LsW2novdrl8


Sayangnya saat saya disana posisi gondola – kereta gantung sedang berada di sisi pulau karang. Jadi saya tidak bisa mengabadikan dengan baik, dari kejauhan terlihat seseorang sedang berada di pulau karang tersebut – pulau karang ini memang tempat mencari lobster.

Itulah sebabnya nelayan setempat membangun kereta kabel ini agar memudahkan mereka menuju pulau karang tersebut.

Lama juga saya menikmati pemandangan unik di pantai timang ini, tidak ada orang lain yang menikmati pantai Timang – bener-bener masih alami dan bukan tempat wisata biasa hehehehe.


Jam 14.30 dengan hati yang puas karena sudah berhasil mencapai target utama dan juga puas menyaksikan pemandangan unik dan menggentarkan hati tersebut, sayapun turun dari tebing karang tersebut kembali ke tempat Bimbi menunggu.


Setelah berkemas saya lanjutkan perjalanan, kedua orang pembuat tendon tadi menyapa dan meminta saya mampir dulu, namun tidak dapat saya penuhi karena perjalanan saya masih jauh – masih ada dua pantai lagi yang akan saya kunjungi yaitu pantai Wedi Ombo dan Pantai Sadeng…..

Bimbi dan saya harus berjuang keras menaklukan tanjakan terjal untuk bisa keluar dari kawasan panti Timang ini – beberapa kali ban depan Bimbi kadang harus terangkat sedikit ketika menglibas permukaan yang tidak rata; akhirnya dengan di iringi dzikir saya berhasil keluar dari tanjakan tersebut – sempat sekali harus berhenti karena mesin hampir mati tidak kuat nanjak……untung tidak nyungsep….alhamdulillah

.

Kalo saya perhatikan jalur Pantai Timang ini akan segera di perbaiki karena saya melihat pasir dan kerikil yang di tumpuk2 di beberapa tempat di ruas ini, mudah2an jalannya bisa lebih baik dalam beberapa bulan ke depan.


Keluar dari pantai Timang saya segera mengarah ke Pantai Wedi Ombo – jalanan mulus sepi dan berbukit-bukit kembali saya nikmati, demikian juga dengan teduhnya pohon2 jati masih saya nikmati; memang pohon jati ini mendominasi pemandangan di perbukitan kapurgunung kidul ini…..

Menjelang jam 16.00 saya tiba di parkiran pantai Wedi Ombo, ternyata dari parkiran ini kita harus turun jalan kaki ke bawah untuk menuju pantai Wedi Ombo – Wah dengan kondisi badan sdh capek dari Pantai Timang dan jam yang sudah pukul 16.00 sementara masih ada satu target pantai lagi yang musti saya kunjungi akhirnya saya putuskan pantai Wedi Ombo ini saya abadikan hanya dari parkiran saja.


Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Sadeng, yang merupakan pantai paling ujung timur di Kabupaten Gunung Kidul ini. Pantai Sadeng merupakan pantai pelabuhan Nelayan yang cukup besar – hampir pukul 16.30 ketika saya tiba disana…… sebuah pohon besar seperti menjadi land mark pantai Sadeng – kebawah pohon inilah saya menuju untuk berhenti dan ngobrol dengan beberapa nelayan yang ada disana.


Didepan Tempat Pelelangan Ikan teredapat dermaga yang sore itu ramai oleh orang yang memancing ikan. Saya ngobrol dengan nelayan disana, termasuk saya Tanya dimana lokasi bekas Sungai Bengawan Solo Purba.


Menurut para ahli geologi (?) Sungai Bengawan Solo pada jaman purba mengalir ke pantai selatan jawa (pantai sadeng ini), namun karena sesuatu sebab alami aliran sungai bengawan solo berubah tidak lagi mengalir ke selatan tapi mengalir ke utara seperti yang saat ini ada.


Bekas aliran sungai bengawan solo purba ini dapat di lihat disini dengan adanya sisa lembah yang dibentuk oleh aliran sungai bengawan solopurba tersebut. Unik bukan?

Setelah mendapat  info rute menuju wonosari (sekitar 45km dari Sadeng) dan lokasi bekas aliran sungai bengawan solo purba maka menjelang jam 17.00 saya pamit dari nelayan2 tersebut.


Alhamdulillah pantai sadeng yang merupakan pantai terakhir dari deretan pantai-pantai gunung kidul ini selesai saya kunjungi, selanjutnya saya menuju Wonosari untuk bermalam disana……


Sebelum melanjutkan ke wonosari saya berhasil menemukan lokasi lembah bekas aliran sungai bengawan solo purba dan memfotonya Alhamdulillah…….


Jalanan menuju Wonosari mulus bahkan di beberapa tempat sedang di aspal ulang….hebat banget, menjelang 5 km dari kota Wonosari saya menemukan SPBU….ini adalah SPBU pertama yang saya jumpai sepanjang jalan dari Parangtritis hari ini, Bimbi segera saya isi tangkinya dengan premium.


Jam 18.00 lebih sedikit saya tiba di Wonosari, selanjutnya setelah bertanya sana sini, saya dapet tempat nginep murah yang rekomended yaitu di penginapan Tilam Sari – di Jalan Mayang; murah semalam Rp 60 ribu hehehehe


Saya segera memarkir Bimbi dan kemudian menurunkan barang-barang saya ke kamar hotel – Selanjutnya mandi…….aahhhh segarnya, setelah mandi dan sholat  Saya keluar sebentar untuk cari makan malam dan kemudian segera kembali ke kamar……istirahat dan tidur……besok masih ada target utama misi yang harus diselesaikan……..zzzzz……zzzz…..zzzzz (Alhamdulillah terima kasih ya Allah hari  ini saya menyelesaikan 165km dengan selamat)


To be continued……………