
Jum’at, 18 Mei 2012
Etape 3 Parangtritis - Jelajah Jalur Pantai Selatan Gunung Kidul – Wonosari = 165 km.
Alarm HP membangunkan saya pada pukul 05.00, sebenernya masih pengen tidur – tapi teringat hari inilah salah satu target misi dari soloRiding ini harus di capai membuat saya semangat dan antusias untuk segera bangun.
Hari ini target saya adalah mengunjungi pantai-pantai selatan Gungung Kidul mulai dari pantai Baron sampai pantai Sadeng yang berada di ujung timur Gunung Kidul dan yang menjadi target utama adalah Pantai Timang.
Kenapa Pantai Timang yang saya jadikan sasaran utama antara lain pertimbangannya sebagai berikut :
- Ada sesuatu yang unik disana yaitu adanya kereta kabel, atau gondola yang menggantung di tambang plastik yang membentang menyeberangi tebing karang pantai menuju pulau karang.
- Lokasi untuk menuju kesana sulit dan menantang, semi off road.
- Tidak semua orang tau tentang Pantai Timang ini
- Pernah diliput TV swasta. (pastilah sesuatu yang bernilai unik sehingga sampai diliput TV)
Buat saya kondisi tersebut memberikan value lebih untuk Pantai Timang dibandingkan pantai-pantai lain yang mungkin sudah terkenal dan ramai di kunjungi orang.

Saya memang lebih senang datang ke tempat-tempat yang belum banyak dikunjungi orang, dulu lima tahun lalu saya senang bisa mengunjungi Ujung Genteng – Sukabumi, karena masih natural dan sepi – tapi kini Ujung Genteng sudah makin dikenal sehingga selalu crowded pada saat musim libur, selain itu kini jadi lebih komersial. Hal ini juga terjadi dengan Pantai Sawarna – Banten, dulu tidak banyak yang tahu letak pantai Sawarna – kini sudah merupakan salah satu tujuan wisata hehehehe
.
Tahun lalu kami ke Teluk Kiluan – Lampung (spot menarik disini adalah melihat lumba-lumba di tengah laut – kalo mau ke sana harus mempertimbangkan cuaca agar bisa beruntung lihat lumba2), lumayan disana masih belum terlalu dikenal selain tempatnya juga cukup terpencil, fasilitas akomodasi juga masih sederhana hehehe, jadi bisa lebih menikmatinya, mirip-mirip ujung genteng 5 tahun yang lalu.
Agak susah juga saya ketika harus mengeluarkan Bimbi dari warung pak Har ini, terpaksa geser beberapa bangku panjangnya – setelah terpakir di depan warung segera packing barang-barang saya. Kemudian sambil nunggu indomie yang saya pesan ke Bu Har matang, saya panaskan dulu si Bimbi…..
Setelah sarapan indomie rebus dengan potongan cabe rawit dan minum teh manis kental hangat…(nikmat banget bo) pagi itu sekitar jam 07.30 saya pamitan dengan pak Har dan Bu Har.

Saya sempatkan sebentar mengambil foto Bimbi di depan pantai Parangtritis, sebelum saya arahkan ke luar kawasan Parangtritis menuju Pantai Baron. Sesuai peta yang saya buat dari Google Maps saya harus melalui Panggang (saya gak tau ini kelurahan apa kecamatan), rute ini melalui perbukitan pegunungan kapur – makanya tidak mengherankan begitu keluar dari Parangtritis saya langsung di sambut tanjakan yang cukup curam dan panjang, barulah setelah di atas punggungan bukit jalan menjadi lebih datar.

Yang luar biasa walaupun jalannya agak sempit namun mulus banget – hot mix, situasi jalannya sepi (intensitas kendaraan rendah) mungkin karena masih pagi dan jalur ini bukan merupakan jalur utama dan enaknya suasana ini saya jumpai sepanjang hari selama saya menyusuri jalur pantai selatan Gunung Kidul ini, se akan-akan jalanan mulus ini disediakan buat saya……hehehehe.

Jalur utama yang biasa digunakan orang untuk menuju pantai selatan Gunung Kidul adalah melalui Wonosari menuju selatan. Jalur ini juga mulus dan lebar – namun intensitas kendaraannya lebih padat.
Yang menyenangkan selama perjalanan melintasi perbukitan kapur di Gunung Kidul selatan ini adalah keteduhannya – karena saat ini (mei 2012) baru awal musim kemarau maka daun-daun jati masih lebat dan rindang membuat jalanan menjadi teduh. Seandainya pas di tengah-tengah musim kemarau pasti daun-daun jati ini merangas dan udara menjadi terasa lebih panas lagi.
Setelah melewati kelokan-kelokan diatas perbukitan kapur tersebut selama hampir 1 jam, saya mencapai Pantai Baron (jarak Parangtritis – Pantai Baron sekitar 40 km), saya segera melewati pos pembayaran tiket setelah membayar tentunya hehehehe…..
Ini merupakan kunjungan ketiga saya di Pantai Baron, tidak banyak perubahan di Pantai Baron ini Pantai yang juga merupakan pantai nelayan ini mempunyai keunikan dimana salah satu sisinya ada muara sungai yang menuju laut.
Aliran sungai yang cukup deras ini memuntahkan air tawar menuju laut, kalo kita berenang atau main air di muara ini yang terasa adalah air tawar bukan air asin seperti air laut, cukup unik.

Sebagai tempat wisata tentunya banyak warung penjual makanan disini – Dawet dan Kelapa muda menarik minat saya untuk mencicipinya apalagi pagi itu (08.30) udara mulai terasa panas……Glek…glek…glek….aahhh segernya air kelapa muda ini (dengan es batu dan juruh/gula jawa cair di dalam buah kelapanya).

Saya tidak berlama-lama disini setelah mengambil beberapa foto, saya tinggalkan Pantai Baron dan menuju ke Pantai Kukup. Tidak sampai 10 menit saya sudah sampai di Pantai Kukup ….emang deket banget soalnya cuma 2km dari pantai Baron saja….hehehehe.
Ini merupakan kunjungan saya yang kedua ke Pantai Kukup – pantai ini tidak terlalu lebar, tidak ada perahu nelayan – pantainya berkarang tapi datar. Yang unik dan menarik dari pantai Kukup ini adalah adanya spot gardu pandang diatas sebuah karang yang berdiri tegak di atas laut dan dihubungkan dengan jembatan beton dari tebing pantai.
Dari gardu pandang ini kita bisa melihat bentang pantai yang sangat indah baik ke arah barat maupun ke arah timur – cantik sekali.

Salah satu yang khas disini adalah banyak di jual ikan-ikan hias. Juga tentunya banyak penjual makanan matang olahan dari hasil laut (kepiting goreng, udang goreng dll).
Saya memasukan Pantai Kukup ini sebagai salah satu pantai tercantik selama perjalanan ini.
Selepas Pantai Kukup pantai berikutnya yang saya kunjungi adalah Pantai Spanjang yang memang memiliki bentang pantai pasir yang lebih panjang – dari pengamatan saya fasilitas di pantai ini lebih minim daripada ke dua pantai sebelumnya.

Ada pondokan2 di sepanjang pantai yang bisa kita gunakan untuk berteduh dan duduk2 menikmati pantai spanjang ini. Saya ketemu dan berkenalan dengan tiga anak muda pengunjung pantai ini mereka berasal dari magelang bro yudhy, bro putra dan seorang teman wanitanya - saya minta bantuan mereka untuk motoin saya, kami ngobrol2 sebentar ketika saya sampaikan bahwa saya mau ke pantai timang, mereka tidak tau tentang pantai timang, namun ketika saya jelaskan bahwa di pantai timang ada kereta gantung yang unik dan pernah diliput tv – baru mereka teringat; berarti pantai timang memang masih banyak yang belum tahu………
Menjelang jam 10 pagi saya tinggalkan pantai Spanjang ini, karena Pantai Drini sudah menunggu untuk saya kunjungi.
Jam 10 lebih saya sampai di Pantai Drini ini, pantai ini mirip seperti pantai Baron, bentang pasir pantainya tidak terlalu panjang dan berada di semacam teluk yang lebih tenang gelombangnya – perahu2 nelayan dan tumpukan-tumpukan jaring memenuhi sebagian pantai ini.

Saya juga tidak berlama-lama disini karena safari dari pantai ke pantai Gunung Kidul ini masih harus berlanjut.
Pantai Krakal saya tidak sempat foto – hanya melihat dari atas motor saja kemudian lanjut ke Pantai Sundak (konon asal nama pantai Sundak ini berasal dari penggalan kata Asu-Landak atau Anjing dan Landak) pantai Sundak ini memiliki bentang pantai yang cukup panjang, ada beberapa payung pantai terkembang menghiasi pantai pagi itu.
Suasananya tidak terlalu ramai tapi cukup menjanjikan untuk penikmat ketenangan dan mandi2 di pantai tanpa terganggu kepadatan pengunjung.

Untuk pecinta ketenangan tampaknya pantai Sundak ini cukup recommended menurut saya.
Ketika meninggalkan parkiran pantai sundak saya dapat informasi mengenai Pantai Indrayanti – yang menurut si tukang parkir sekarang ini pantai tersebut menjadi favorit wisatawan dan ramai dikunjungi. Info pantai ini sebenernya sudah saya dapatkan juga dari Internet – namun karena dikatakan saat ini sudah ramai dikunjungi orang – saya malah tidak tertarik untuk mengunjunginya hehehehe.

Hari semakin siang mendekati jam 11.00 – tujuan saya selanjutnya adalah Pantai Siung, ditengah perjalanan antara Pantai Sundak dan Pantai Siung ini saya melewati kawasan pantai Indrayanti yang memang ramai dikunjungi orang – sampai2 parkirannya aja ramai meluber ke pinggir jalan yang saya lewati.

Jam menunjukan hampir 11.30 ketika saya mencapai Pantai Siung – keunikan pantai Siung ini adalah adanya jalur2 untuk panjat tebing di dinding karang perbukitan di pantai tersebut. Namun saya tidak mengexpose jalur panjat tebing ini lebih jauh, karena butuh berjalan kaki kesana (jalan kaki panas2 nggak dulu deh hehehehe) selain itu waktunya sudah sangat mepet dengan waktu sholat jum’at.

Di Pantai Siung ini saya mulai mencari lokasi yang sebenarnya dari target utama saya yaitu Pantai Timang – menurut orang yang saya mintai info, Pantai Timang sudah kelewat – jadi antara pos tiket masuk sampai pantai suing (sekitar 2km) ada jalan ke kanan ke sanalah jalan menuju pantai Timang.
Alhamdulillah berarti target utama ada disekitar sini, saya putuskan untuk konsen ke sholat jum’at dulu, target utama akan saya capai nanti setelah sholat jum’at dan makan siang jadi bisa lebih menikmati.
Agak sulit juga mencari tempat sholat Jum’at di daerah ini, setelah Tanya sana sini ketemu juga sebuah mesjid, tapi koq sepi….tanya lagi sama orang yang lewat katanya memang ada jum’atan tapi belum mulai…(lho koq aneh padahal sudah jam 12.00 saat itu), kebingungan yang sama tampak juga dari dua orang pelintas seperti saya yang ingin sholat jum’at di situ (mereka pakai mobil), akhirnya kami sepakat menunggu. Jam 12.15 terlihat beberapa orang menuju mesjid – sholat jum’atpun dimulai, adzan di kumandangkan dan khotib naik ke mimbar untuk memberi khotbah – saya perhatikan yang hadir tidak sampai 30 orang termasuk anak-anak (wah sah tidak ya sholat jum’atnya? karena ada yg bilang sahnya harus 40 orang, namun dalil lain bilang tidak ada syarat jumlah yang penting adalah dilakukan secara berjemaah)……ya sudah kembalikan saja kepada Yang Maha Kuasa sah tidaknya yang penting niatnya sholat Jum’at ….hehehehe

Pukul 12.30 lebih sedikit Jumatan selesai saya segera berkemas kemudian segera mencari tempat makan siang – Cuma ada satu warung nasi di sekitar lokasi mesjid tersebut, warung nasi sangat sederhana yang ketika saya bilang pesen makan si Bapak penjaga warung bilang bahwa lauk ayam nya belum matang yang ada hanya itu saja (sambil menunjuk etalase) di situ Cuma ada telur asin, kering tempe dan sayur tumis tahu tauge…..hanya itu.
Si Bapak tua penjaga warung ini tidak terlalu ramah (sepanjang solo riding Cuma bapak ini yg tidak terlalu ramah – walaupun akhirnya ramah juga dia) menjelaskan ayamnya masih lama matengnya – sambil tersenyum saya bilang tidak apa-apa pak saya makan yang ada ini saja.

Senyum adalah bahasa universal yang paling basic untuk menyatakan persahabatan atau memulai kontak yang tulus dengan orang-orang yang belum dikenal. Selama perjalanan ini banyak sekali orang yang menatap saya dengan penuh selidik ataupun keingintahuan kepada saya, mungkin melihat kostum biker saya ataupun tunggangan saya yang aneh/asing di pandangan mereka – yang jelas mereka segera membalas senyum saya begitu saya tersenyum kepada mereka.

Setelah berbalas senyum biasanya kontakpun bisa dimulai dengan sapaan…. “Mau kemana Mas” atau “Dari Mana Mas” itu sapaan yang biasa mereka sampaikan. Selanjutnya terserah anda mau bicara tentang apa….
Nah si Bapak tua ini cenderung ketus….atau memang demikian karakternya hehehe, walau saya sudah tersenyum ke dia tapi kelihatan dia menjaga jarak – dengan saya orang asing yang aneh begitu mungkin pikirnya hehehehehe walaupun demikian saya berusaha tetap ramah kepadanya…..

Namun saat saya berkemas setelah makan siang dan menambah logistic dengan 2 botol aqua – si Bapak tua ini bertanya kepada saya….”Mau kemana Pak?”….tanya nya.
“Pantai Timang” jawab saya
“Wah tasih tebih Mas (wah masih jauh mas), tumut nderek ake (yang ini saya gak tau terjemahannya hahaha)” kata Bapak itu – ramah; (nah akhirnya ramah juga kan dia).
Kenapa nggak cari warung lain aja??? mungkin terlintas pikiran seperti itu Hehehe ini di daerah pedalaman dan jalan yang saya lalui bukanlah jalur utama wisata, lain dari itu jarak satu kampong dengan kampong lain cukup jauh, jikapun ketemu kampong yang lain situasinya pun tidak jauh beda tidak banyak pilihan – kecuali mungkin ketemu kota kecamatan agak lebih ramai dan lebih banyak pilihan. Jadi jangan bayangkan saya berada di jalur utama wisata – dimana warung makan banyak tersebar hehehehe, jadi daripada mencari yang tidak jelas lebih baik makan saja apa yang sudah ada di depan mata hehehehe

Sholat Jum’at sudah, isi perut sudah, tambah logistic air minum pun sudah kini saya siap untuk mencapai pantai Timang – yang merupakan target utama misi solo riding kali ini. Seperti info di internet memang perlu Tanya-tanya untuk bisa tau arah lokasi Pantai Timang ini. Pertama saya kembali ke gerbang loket Pantai Siung di situ saya Tanya petugas loket arah ke Pantai Timang – “Terus saja nanti ada jalanan beton menyimpang ke kanan nah ikuti jalan tersebut”
Ketika saya sampai di mulut jalan beton ini ada pengendara motor yang keluar dari jalan beton tersebut, saya Tanya kepada Bapak ini arah ke Pantai Timang – dan dia jawab bukan lewat sini, tapi sebelah sana menunjuk arah berlawanan dari saya datang……(lho gimana ini mana yang bener???).
Melihat kebingungan saya si Bapak ini berbaik hati mengantarkan saya kea rah pantai Timang…….
Ini dia yang nggak pernah kita dapatkan dari GPS (Geo Positioning System) hihihi, selama perjalanan ini walaupun HP saya ada fasilitas AGPS nya tapi tidak terlalu banyak saya gunakan saya lebih mengandalkan CPS alias Cangkem Positioning System – Cangkem = mulut artinya lebih mengandalkan bertanya kepada orang dimana posisi saya dan arah mana yang harus saya tempuh.

Hasilnya ya seperti ini saya malah dapat jasa pengantaran gratis – hehehe, saya mengikuti motor si Bapak baik hati memasuki jalan-jalan desa berupa jalan batu yang di beton pas di tapak kaki ban mobil, jadi ada dua jalur beton…..selebar ban mobil.
Rupanya memang banyak simpangan jalan antar dukuh/desa disini dibeberapa tempat simpangan ada petunjuk berupa papan kecil kea rah pantai Timang tettapi ada juga yang tidak ada – seandainya saya tidak di antar agak susah juga saya menemukan jalan ini.
Sampai di suatu simpangan si Bapak berhenti, saya berhenti disebelahnya.
“Bapak terus saja dari sini – kira2 tiga kilometer ke Pantai Timang, dari sini sudah tidak ada simpangan2 lagi” demikian katanya sambil menunjuk jalan di depan saya….
“Oh begitu pak terima kasih” jawab saya
“Hati-hati ya pak, turut nderek ake” kata si Bapak sesaat sebelum berpisah….sampe sekarang saya belum tau arti "turut nderek ake' itu….hehehehe
Saya jalankan Bimbi menuju arah jalan yang di tunjuk bapak baik hati itu….semula sih enak masih ada jalur beton, tetapi kemudian berubah menjadi jalan berbatu (persis seperti info yg saya peroleh di internet), jalan batu ini tampaknya dibuat dari batu-batu karang (?) yang dibenamkan ditanah, permukaannya tidak ada yang rata sama sekali, pating mbrenjul….hehehehe (benjol2). Selain permukaannya pating mbrenjul….kontur jalannyapun juga tidak rata……

Saya melewati plang rambu bertuliskan “4 Whell Drive Track” tidak lama setelah melewati jalan batu2 tersebut……rambu bertuliskan “Slowdown – Safety first” tampak sebelum sebuah turunan terjal…..
Ban Bimbi tidak bisa mencengkeram dengan kuat di permukaan jalan seperti itu, walaupun bannya gambot tapi ban bimbi tidak di desain untuk permukaan seperti ini – ban Bimbi sebenarnya lebih cocok untuk aspal. Saya pun menjalankannya dengan hati-hati…..apalagi setelah ketemu turunan panjang yang curam dan terjal………
Sambil terus mengendalikan Bimbi di turunan terjal tersebut saya berpikir keras…..duh gimana pas baliknya nanti ya….kuat nggak nanjaknya atau mampu tidak saya melewati tanjakan ini, kalo nyungsep atau gak kuat nanjak siapa yang bantuin ya?; Kalo sudah seperti ini kadang terasa nyesel juga turing sendirian hehehehe. Maklum lah saya bukan off roader sejati dan bukan seorang Jeffrey Polnaja (http://rideforpeace.net/tag/jeffrey-polnaja/) – biker penjelajah 72 negara seorang diri yang punya mental baja hehehe
Dan saya juga tidak sedang dalam misi seperti expedisi ring of fire (http://ringoffireadventure.com/indonesia.php) yang turing dengan full support alat komunikasi canggih dan tim pendukung yang kumplit…….
Saya Cuma rider yang setengah nekat aja hehehe….
Ayo Bimbi! tiga km tidak jauh! sesulit apapun harus kita tempuh kita pasti bisa mencapai pantai Timang, seru saya memompa semangat diantara dzikir yang saya lantunkan, jaraknya memang hanya tiga km tapi rasanya cukup menguras tenaga hehehehe…..

Sekitar jam 14.00 saya sampai juga di pantai Timang, ada dua orang yang sedang membuat rangka untuk cor2an tendon air – selebihnya sepi tidak ada orang lain.
Salah satu orang tersebut menyuruh saya untuk memarkir di ujung jalan, yang kemudian buntu berubah menjadi jalan setapak menuju sebuah bukit karang – Bimbipun saya parker di samping tumpukab batu karang.
Saya Tanya orang tadi mana jalan menuju lokasi kereta kabel, si orang tersebut menunjukan jalanya katanya ikuti saja jalan setapak yang ada – dan membelah antar pohon cemara dan pandan laut, dia juga wanti-wanti apabila sudah di lokasi jangan terlalu ke tepi karang karena saat itu ombak sedang besar dan bisa menyapu sampai di bibir tebing karang. Kuatirnya saya kaget dan bisa terpeleset jatuh dari tebing tersebut.
Saya ucapkan terima kasih kepada dia dan berjanji untuk mengingat pesannya agar berhati-hati…….
Nah sekarang saatnya trekking hehehe, saya ambil ransel, topi rimba saya menggantikan helm, kedua kamera saya Olympus SP600UZ dan Canon Powershot juga saya bawa – tidak lupa bawa air minum; padahal trekingnya tidak sampai 500 m hehehehe tapi karena tadi di jalan semi off road tenaga saya terkuras –maka trekking jarak pendek ini pun terasa melelahkan.
Tapi kelelahan tersebut sirna setelah saya lewati jejeran pandan laut, didepan saya terbentang lokasi target utama saya – Pantai Timang dengan kereta kabelnya……!!!
Alhamdulillah saya sudah sampai…..

Saya berada di pelataran sebuah tebing karang, dimana di salah satu sudutnya terdapat tiang-tiang penyangga kabel tambang plastic biru yang menjulur menggelantung menyeberangi laut yang berada diantara tebing karang pantai dan tebing pulau karang di depan pantai Timang……..
Laut diantara tebing pantai dan pulau karang tersebut menggelora berombak besar…..yang memecah di tebing2 karang pulau……indah dan menggetarkan hati yang melihatnya.
Tiba-tiba byaarrrr…….air laut memecah tinggi melewati bibir tebing karang tempat saya berdiri….belum sempat hilang kaget saya tidak selang lama…..byyaaarrrr lagi air laut memecah tinggi melewati bibir tebing pantai kali ini lebih besar dari yang pertama…….huh untung saja saya mematuhi peringatan orang tadi untuk tidak terlalu ke tepi – seandainya saya saat itu ditepi pastinya saya basah kuyup, dan mungkin hal yang lebih buruk bisa saja terjadi……..benar2 menggentarkan hati. Silahkan liat ganasnya ombak Pantai Timang di http://www.youtube.com/watch?v=2MrfXzYXKo0
Video lainnya dapat dilihat disini : http://www.youtube.com/watch?v=LsW2novdrl8
Sayangnya saat saya disana posisi gondola – kereta gantung sedang berada di sisi pulau karang. Jadi saya tidak bisa mengabadikan dengan baik, dari kejauhan terlihat seseorang sedang berada di pulau karang tersebut – pulau karang ini memang tempat mencari lobster.
Itulah sebabnya nelayan setempat membangun kereta kabel ini agar memudahkan mereka menuju pulau karang tersebut.
Lama juga saya menikmati pemandangan unik di pantai timang ini, tidak ada orang lain yang menikmati pantai Timang – bener-bener masih alami dan bukan tempat wisata biasa hehehehe.
Jam 14.30 dengan hati yang puas karena sudah berhasil mencapai target utama dan juga puas menyaksikan pemandangan unik dan menggentarkan hati tersebut, sayapun turun dari tebing karang tersebut kembali ke tempat Bimbi menunggu.

Setelah berkemas saya lanjutkan perjalanan, kedua orang pembuat tendon tadi menyapa dan meminta saya mampir dulu, namun tidak dapat saya penuhi karena perjalanan saya masih jauh – masih ada dua pantai lagi yang akan saya kunjungi yaitu pantai Wedi Ombo dan Pantai Sadeng…..
Bimbi dan saya harus berjuang keras menaklukan tanjakan terjal untuk bisa keluar dari kawasan panti Timang ini – beberapa kali ban depan Bimbi kadang harus terangkat sedikit ketika menglibas permukaan yang tidak rata; akhirnya dengan di iringi dzikir saya berhasil keluar dari tanjakan tersebut – sempat sekali harus berhenti karena mesin hampir mati tidak kuat nanjak……untung tidak nyungsep….alhamdulillah
.
Kalo saya perhatikan jalur Pantai Timang ini akan segera di perbaiki karena saya melihat pasir dan kerikil yang di tumpuk2 di beberapa tempat di ruas ini, mudah2an jalannya bisa lebih baik dalam beberapa bulan ke depan.
Keluar dari pantai Timang saya segera mengarah ke Pantai Wedi Ombo – jalanan mulus sepi dan berbukit-bukit kembali saya nikmati, demikian juga dengan teduhnya pohon2 jati masih saya nikmati; memang pohon jati ini mendominasi pemandangan di perbukitan kapurgunung kidul ini…..
Menjelang jam 16.00 saya tiba di parkiran pantai Wedi Ombo, ternyata dari parkiran ini kita harus turun jalan kaki ke bawah untuk menuju pantai Wedi Ombo – Wah dengan kondisi badan sdh capek dari Pantai Timang dan jam yang sudah pukul 16.00 sementara masih ada satu target pantai lagi yang musti saya kunjungi akhirnya saya putuskan pantai Wedi Ombo ini saya abadikan hanya dari parkiran saja.
Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Sadeng, yang merupakan pantai paling ujung timur di Kabupaten Gunung Kidul ini. Pantai Sadeng merupakan pantai pelabuhan Nelayan yang cukup besar – hampir pukul 16.30 ketika saya tiba disana…… sebuah pohon besar seperti menjadi land mark pantai Sadeng – kebawah pohon inilah saya menuju untuk berhenti dan ngobrol dengan beberapa nelayan yang ada disana.
Didepan Tempat Pelelangan Ikan teredapat dermaga yang sore itu ramai oleh orang yang memancing ikan. Saya ngobrol dengan nelayan disana, termasuk saya Tanya dimana lokasi bekas Sungai Bengawan Solo Purba.
Menurut para ahli geologi (?) Sungai Bengawan Solo pada jaman purba mengalir ke pantai selatan jawa (pantai sadeng ini), namun karena sesuatu sebab alami aliran sungai bengawan solo berubah tidak lagi mengalir ke selatan tapi mengalir ke utara seperti yang saat ini ada.
Bekas aliran sungai bengawan solo purba ini dapat di lihat disini dengan adanya sisa lembah yang dibentuk oleh aliran sungai bengawan solopurba tersebut. Unik bukan?
Setelah mendapat info rute menuju wonosari (sekitar 45km dari Sadeng) dan lokasi bekas aliran sungai bengawan solo purba maka menjelang jam 17.00 saya pamit dari nelayan2 tersebut.
Alhamdulillah pantai sadeng yang merupakan pantai terakhir dari deretan pantai-pantai gunung kidul ini selesai saya kunjungi, selanjutnya saya menuju Wonosari untuk bermalam disana……
Sebelum melanjutkan ke wonosari saya berhasil menemukan lokasi lembah bekas aliran sungai bengawan solo purba dan memfotonya Alhamdulillah…….
Jalanan menuju Wonosari mulus bahkan di beberapa tempat sedang di aspal ulang….hebat banget, menjelang 5 km dari kota Wonosari saya menemukan SPBU….ini adalah SPBU pertama yang saya jumpai sepanjang jalan dari Parangtritis hari ini, Bimbi segera saya isi tangkinya dengan premium.
Jam 18.00 lebih sedikit saya tiba di Wonosari, selanjutnya setelah bertanya sana sini, saya dapet tempat nginep murah yang rekomended yaitu di penginapan Tilam Sari – di Jalan Mayang; murah semalam Rp 60 ribu hehehehe
Saya segera memarkir Bimbi dan kemudian menurunkan barang-barang saya ke kamar hotel – Selanjutnya mandi…….aahhhh segarnya, setelah mandi dan sholat Saya keluar sebentar untuk cari makan malam dan kemudian segera kembali ke kamar……istirahat dan tidur……besok masih ada target utama misi yang harus diselesaikan……..zzzzz……zzzz…..zzzzz (Alhamdulillah terima kasih ya Allah hari ini saya menyelesaikan 165km dengan selamat)
To be continued……………