Tuesday, June 01, 2010

Touring Bromo Adventure #2

Savana dan bukit teletubies

Jum'at 14 Mei 2010, Ranu Pane ....jam 06.00

Kabut masih mengambang tipis, ketika kami bergerak meninggalkan Ranu Pane, saya minta ijin jalan di depan supaya motor saya tidak kehilangan ancang-ancang ketika melibas tanjakan menuju pertigaan jemplang.

Walaupun sambil menggigil kedinginan namun tangan saya masih mampu memainkan stang motor di jalanan rusak yang berkelok-kelok ini. Apalagi kini hari semakin terang sehingga jalanan agak lebih jelas terlihat walaupun masih ada kabut tipis mengambang......

Jalanan sekitar 1 km dari Ranu Pane masih menyisakan aspal jalanan, jadi masih enak dilalui, selanjutnya lebih banyak aspal yang terkelupasnya, di ruas yang lebih jauh dari Ranu Pane jalannya malah tersusun dari balok2 beton seperti paving blok, tapi sebagian sudah hancur, sehingga bongkahan2 betonnya berserakan....

me ditengah savana

Yang jelas rute ini sulit untuk dilewati kendaraan sedan, atau bahkan minibus biasa. yang biasa melalui rute ini adalah truk pengangkut hasil pertanian, ataupun jip dan kendaraan yang bergardan ganda. Lebar jalannya pas-pasan saja untuk lewat satu mobil, tadi malam saja ketika menunggu kopling motor saya dingin kami terpaksa meminggirkan motor ketepi supaya sebuah mobil Ford 4x4 akan lewat; si penumpang mobil sempet kelihatan terkejut melihat kita dini hari seperti itu ada ditengah hutan gitu, dia pikir kami rampok kali ya....hehehe; sepi sekali soalnya.

Memang rute Malang - Tumpang - Ngadas - Jemplang - Bromo ini bukanlah rute yang lazim dilalui wiasatawan, rute ini dan juga rute Lumajang - Senduro - Ranu Pane - Jemplang - Bromo lebih lazim dilalui oleh para pendaki gunung yang ingin mendaki ke gunung Semeru. Kalo ada wisatawan yg lewat sini pastilah dia wisatawan dengan minat khusus - adventurir, atau seperti kami wiatawan rada nekat hehehehe

Sehingga tidak heran jika jalannya hancur-hancuran seperti ini. bro Kholik aja sempet geleng-geleng kepala wah jadi jalan ancur gini yang kita lewati semalem koq bisa ya....hihihihi

Mendekati jemplang saya berhenti sebentar, selain untuk mendinginkan kopling kembali, juga untuk melihat pemandangan yang spektakuler.....disisi kanan kami tebing terjal....menuju ke lembah, di dasar lembah tersebut tampak padang savana dibelakang padang savana terdapat bukit2 selatan gunung bromo (sering disebut orang bukit teletubies), lautan pasirnya sendiri dan juga gunung bromonya masih tersaput kabut tebal..... pemandangan yang sangat indah ditambah udara yang masih dingin membuat kami merasa kecil......melihat ciptaan Allah yang sangat agung ini......Subahanallah


Dibawah sana juga terlihat garis-garis jalan setapak yang akan kita lalui menuju lautan pasir bromo ini....

Jum'at 13 Mei 2010, jam 06.30 - Pertigaan Jemplang

Dari pertigaan Jemplang kami membelok ke kekanan turun kebawah kaarah lautan pasir Bromo, kami menyusuri jalan kecil kira-kira lebar 2,5m terbuat dari blok-blok beton seperti paving block.

Jalan ini terus menurun membelah padang savana, kami berada disisi selatan dari gunung bromo yang hijau kecoklatan karena warna dari padang savana, dilatar belakang savana ini terdapat perbukitan yang sering disebut juga bukit teletubis.

jajaran jeep toyota hard top

Jalur yang kami ikuti ini melingkar dari sisi selatan menuju ke sisi samping timur bromo dan nantinya akan bertemu dengan jalur utama wisatawan yang berasal dari Ngadisari/Cemoro Lawang.

Jalur Ngadisari/Cemoro Lawang ini melintas disisi utara gunung bromo, yang selanjutnya apabila diteruskan ke Barat akan tiba di Penanjakan/Wonokitri.

Jalanan beton kini berakhir, motor-motor kami menjejakan rodanya ke dilautan pasir Bromo.....ada perasaan puas, setelah menempuh lebih dari 900 km akhirnya kami berhasil tiba di lautan pasir bromo, memang kami bukan orang pertama yang menjejakan roda motornya ke lautan pasir bromo, namun hal demikian tidak mengurangi kepuasan hati kami.....

jajaran kuda sewaan

Mengendarai motor di atas pasir bukanlah hal yang mudah, permukaan pasir yang lembut tapi masif, seringkali membuat ban motor kami tidak terkendali, sehingga kadang jadi geal - geol untuk menyeimbangkannya.

Beruntung hujan yang masih sering turun (harusnya sdh masuk kemarau lho) membuat permukaan pasir menjadi basah dan padat sehingga motor lebih mudah di kendalikan, begitupun saya sempat terjatuh ketika mencoba membetulkan letak handycam sambil mengendarai motor.....tiba2 saja ban depan melindas gundukan pasir dan membuat motor oleng dan hilang keseimbangan.....dan gubraaks motorku nyungsep, saya sendiri tidak terjatuh...... untungnya pasir yang lembut tidak membuat kerusakan sama sekali kepada motorku.....

Tips yang paling aman mengendarai motor di lautan pasir ini adalah dengan melintas diatas jejak-jejak roda mobil yang melintas sebelumnya.selain permukaannya sudah padat juga dijamin tidak kesasar.

stairway to bromo

Membuat jalan pintas sendiri mengandung resiko, terbenam dipasir dan kesasar.

Mengendarai motor diatas lautan pasir Bromo yang luas di pagi hari sungguh memberikan nuansa yang berbeda.....sensasinya kita seperti mengendarai motor di negeri atas awan, lautan pasir hitam membentang, kabut tipis mengambang, suhu yang dingin menusuk kulit, di kejauhan bukit2 yang merupakan dinding kaldera purba tersaput awan.......bener-bener spektakuler.

Kami beriringan menyusuri jejak roda mobil, yang akhirnya membawa kami ke jalur utama wisatawan - didepan pura, terdapat lapangan parkir, didalamnya telah berjejer belasan jeep toyota hardtop, yang baru saja mengantarkan wisatawan dari penanjakan dan sekarang mereka sedang menunggu wisatawan yg mereka antar tersebut menikmati Bromo.

menatap alam luas

Tidak mau kalah dengan jejeran Jeep Toyota tersebut, terdapat juga jejeran kuda-kuda sewaan yang siap mengantar wisatawan dari tempat parkiran sampai ke bawah tangga pendakian gunung Bromo.

Tarip resmi kuda sewaan ini Rp 100 ribu (pulang dan pergi) dari area parkiran ke bawah tangga Bromo tidak mau kurang dari itu. Namun jika kita mau jalan sedikit setidaknya sampai di pura maka tukang2 kuda sewaan ini bersedia menurunkan harganya menjadi Rp50 ribu (pulang dan pergi).

Kami menuju ke area parkiran, disini sekarang sudah ada Toiletnya (dua kali kunjungan saya sebelumnya th 84 dan 2002 toilet ini belum ada), setelah parkir yang kami cari pertama adalah penjual makanan, kami cari sarapan dulu mengingat saat itu sudah hampir pukul 08.00 pagi.

kuda ngobrol sama kuda, orang ngobrol sama orang

Setelah di isi nasi pecel Bromo dan segelas teh manis hangat, kami pun mulai exploring Bromo Saya, Bro UJ, Bro Kholik dan satu Keponakannya menuju ke puncak bromo, sementara Adik Bro Bromo ditemani keponakannya menunggu di parkiran karena merasa kurang enak badan (mungkin karena tenaganya terkuras setelah jalan semaleman menaklukan medan off road Tumpang - Ngadas - Ranu Pane).

Untuk menghemat waktu dan tenaga kami memilih naik kuda dari sekitar pura, dan hanya untuk berangkatnya saja, pulangnya kami putuskan jalan kaki saja, jadi kami hanya bayar Rp25 ribu per kuda.....hehehe pengiritan.

Tiba dibawah tangga Bromo, kini giliran dengkul-dengkul kami diuji ketangguhannya, saya sudah lama tidak badminton maupun futsal, terasa sekali pengaruhnya belum lama menapaki tangga - nafasnya sudah habis tersengal-sengal....hehehe, untung ada tempat istirahatnya.....

the horse and the temple

Akhirnya sampai juga diatas puncak gunung Bromo (2300mdpl), dan bisa menyaksikan pemandangan indah sekelilingnya, meskipun sudah tiga kali ke sini rasanya gak bosen-bosen ngeliat pemandangan disini.

Setelah foto session diatas puncak Bromo selesai kamipun kembali kebawah dengan berjalan kaki.

to be continued......

No comments:

Post a Comment