Wednesday, November 29, 2006

Tips Solo Turing bagi Biker Pemula #7


Solo Turing.

Bagi Biker Pemula #7

BAG 2 PELAKSANAAN TURING


Pada bagian dua ini saya hanya ingin menyampaikan tips atau saran selama pelaksanaan turing itu sendiri, sama sekali saya tidak ingin mengajarkan bagaimana ketrampilan bermotor (riding skill) yang baik. Soalnya riding skill saya juga pas-pasan aja.

Demikian juga saya tidak ingin bicara mengenai gaya bermotor (riding style) yang bener, karena riding style ini sangat dipengaruhi karakter si rider itu sendiri. Saya sendiri punya karakter slow rider, saya tidak speed maniac makanya kalo turing konvoi pasti saya keteteran di belakang.

Karena ini hanya kumpulan tips dari pengalaman saya selama melakukan traveling dengan kendaraan baik itu dengan motor ataupun dengan mobil, jadi agak bingung juga untuk mengelompokan topiknya. Akhirnya saya sampai pada format susunan seperti dibawah ini :

a. Prosedur Sebelum Jalan

  • Pengecekan Kendaraan

  • Do'a

  • Warming up Riding

b. Prilaku di Jalan

  • Sing Waras Ngalah

  • Hargai Pengguna Jalan Lain

c. Serba-serbi tentang Jalan

  • Jalan Siang VS Jalan Malem

  • Jalan Pegunungan VS Jalan Dataran Rendah

  • Lewat By pass VS Lewat tengah Kota

  • Jalan Waktu Hujan

d. Tentang Rambu Lalulintas

e. Kerusakan di Jalan

f. Istirahat di Jalan

a. Prosedur Sebelum Jalan

  • Pengecekan kendaraan

Pengecekan akhir motor sebelum jalan mutlak dilakukan baik pada saat awal turing maupun ketika start untuk etappe berikutnya. Biasanya saya mengecek fungsi lampu-lampu dan klakson, kemudian mengecek ketinggian oli mesin, dilanjutkan dengan mengecek minyak rem dan fungsi tuas2 rem.

Kemudian mesin dihidupkan untuk dipanaskan, sambil diperhatikan suara yang keluar apakah ada suara-suara yang aneh baik dari mesin ataupun dari body motor (biasanya suka ada baut yg kendor).

Memeriksa tekanan ban adalah prosedur selanjutnya. Kalau kurang angin ya kudu dipompa.

Memeriksa meteran bensin, mencatat trip meter. Ini beguna untuk menentukan kapan harus isi bensin berikutnya, dan juga sebagai catatan kalau nantinya mau menghitung konsumsi bensin, ataupun ingin tau rata-rata kecepatan kita dalam menyelesaikan suatu etape.

Jika ditemukan ketidak beresan segera diputuskan apakah bisa ditangani sendiri atau harus dibawa ke bengkel. Jika memang harus dibawa kebengkel, ya jangan ragu untuk dibawa dulu ke bengkel buat diperbaiki.

Ini sebenernya mirip pengecekan yang dilakukan ground crew (crew darat) maskapai penerbangan terhadap pesawat terbang yang akan tinggal landas. Hanya saja disini kita ya pilot tapi juga merangkap ground crew nya.

  • Do'a

Selain do'a dari diri sendiri untuk memohon keselamatan dalam perjalanan hal lain yg tidak kalah penting adalah pamit dan minta do'a dari orang-orang yang kita cintai, ortu, istri dan anak.

Boleh jadi justru do'a dari orang-orang yang tercinta inilah yang dikabulkan Allah sehingga kita diberikan keselamatan sampai ditempat tujuan dan sampai kembali ke Rumah.

Bisa jadi karena do'a inilah turing yang kita lakukan bisa sukses dan lancar dan bukan karena kita jago bawa motornya, hanya saja hal seperti ini seringkali tidak disadari oleh kita.

  • Warming up riding

Pada saat mulai mengendarai motor biasakanlah 5 – 10 menit pertama melakukan penyesuaian-penyesuaian agar seluruh konsentrasi kita “tune in” dengan karakter motor. Sehingga handling menjadi mantap.

Hal ini diperlukan karena pada saat turing, motor terisi dengan muatan penuh (full loaded) beda dengan pemakaian sehari-hari, saat turing ada bagasi, side bag plus boncenger (bila ada) akibatnya bobot motor berbeda jauh dari biasanya, sehingga perlu membiasakan diri dulu dengan kondisi ini. Baru setelah handling sudah bisa “tune in”, boleh deh mulai digeber habis. Inilah yang saya maksud dengan warming up riding. Pada balapan moto gp aja ada warming up lap, jadi tidak ada salahnya kalau ada warming up riding dalam turing motor.

Oh iya jangan lupa nyalakan lampu walaupun siang hari selama kita turing khususnya dijalanan luar kota. Walaupun aturan yang mewajibkan menyalakan lampu siang hari belum ada, namun demi keselamatan kita sebaiknya kita menyalakan lampu.

b. Prilaku di Jalan

  • Sing Waras Ngalah

Dijalanan pantura khususnya ataupun dijalanan luar kota dimanapun, sering kali kita jumpai pengendara arogan yang bertindak semau gue. Contoh pada saat menyusul dari arah beralawanan kendaraan arogan ini (biasanya sih bus-bus luar kota) tetap ngotot mengambil jalur kita.

Untuk yang seperti ini walaupun kita ada di pihak yang benar, sebaiknya sih gak usah ngotot untuk tetap dijalur kita, ini bukan masalah salah-benar atau menang-kalah, ini masalah ketrampilan atau kearifan kita untuk tetap selamat (survive).

Jadi yang paling baik adalah kurangi kecepatan ambil posisi ketepi kiri, jika perlu siap-siap turun ke bahu jalan, berilah si arogan ini ruang bebas untuk menyusul. Menjengkelkan memang tapi kita pake rumus Sing Waras Ngalah aja deh (Yang Nggak Gila Ngalah)

  • Hargai pengguna jalan lain

Jalan raya adalah milik kita bersama, karenanya kita patut menghargai pengguna jalan lainnya baik itu cuma pejalan kaki yang sedang menyeberang, ataupun becak yang kadang kelakuannya nyebelin.

Kalau ketemu sesama biker jangan saling ingin tunjukin kehebatan, cukup klakson dan acungi jempol tanda “we are brother”, syukur-syukur malah dapat teman seperjalanan.

Insya Allah kalau kita menghargai pengguna jalan lain kita akan mendapat kelancaran dijalan. Sebaliknya kalo kita arogan dijalan apalagi sampai mengundang sumpah serapah pengguna jalan lain, kuatirnya kita kena tulah (kualat) akhirnya ada saja hambatan yang muncul.

c. Serba-serbi Tentang Jalanan

  • Jalan Siang VS Jalan Malem

Jalan siang apa jalan malem pilihan ini masing-masing ada enak-gak enaknya. Tapi buat pemula saya sarankan jalan siang aja, malem buat istirahat, ini sesuai dengan jam biologis pada tubuh kita yang kodratnya adalah aktif pada siang hari dan istirahat pada malam hari.

Jalan malem :

Jarak pandang terbatas karena gelap. Mata lebih cepat lelah karena melawan kantuk dan bekerja lebih keras, silau lampu dlsbnya.

Lebih sepi karena aktifitas sebagian besar orang sudah tidak lagi diluar rumah (sekolah, kantor, pasar rata-rata ramai pada siang hari). Lebih adem baik buat pengendara maupun buat motor sendiri.

Biasanya saya jalan malem sewaktu pulang itupun biasanya pada etape akhir, alasannya karena pemandangannya sudah pernah liat waktu berangkat, dan biar cepet sampai rumah.

Kalau tidak terpaksa saya tidak mau melakukan jalan malem pada waktu berangkat, karena tidurnya tidak cukup dibayar dengan tidur seharian pada hari berikutnya hehehe.

Jalan malem juga tidak disarankan apabila kita melintas didaerah yang rawan kejahatan.

Jalan Siang

Jarak pandang luas, bisa menikmati pemandangan dengan jelas.

Jalanan lebih ramai, dan panas. Umumnya lebih aman, kejahatan siang hari lebih sedikit dari malam hari (konon begitu katanya).

Tapi panasnya kadang menyebabkan kita cepat lelah.

  • Jalan Pegunungan VS Jalan Dataran Rendah

Jalan pegunungan dan jalan dataran rendah, pilihan ini contohnya untuk di pulau Jawa apakah akan lewat jalur Utara yang merupakan dataran rendah atau lewat jalur selatan yang pegunungan. Manapun yang dipilih kita harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

Jalan Pegunungan

Jalan pegunungan biasanya lebih sepi, berkelok-kelok dan mendaki ataupun menurun, sulit untuk mengembangkan kecepatan maksimal. Namun memiliki pemandangan yang indah dan tidak membosankan. Pada saat melintasi kelokan-kelokan jangan pernah mengambil jalur lawan kita, usahakan kita tetap berada di jalur kita. Jadi jangan mengikuti racing line (lintasan ideal) seperti disirkuit, karena jalan raya bukanlah sirkuit.

Bunyikan klakson saat akan memasuki tikungan tajam yang ujungnya tidak terlihat, ini untuk memberi tahu kendaraan dari arah berlawanan bahwa kita ada diujung tikungan yang satunya.

Jika melintasi daerah pegunungannya malam hari, maka gunakan sinar lampu kendaraan lawan sebagai patokan bahwa ada kendaraan dari balik tikungan didepan kita.

Jika kabut turun didaerah pegunungan segera nyalakan lampu besar, bukan lampu dalam kota (lampu posisi), jangan nyalakan lampu hazard.

Cara lain untuk melintasi jalan pegunungan ini dengan nyaman adalah dengan membuntuti biker lokal. Biasanya biker lokal cukup hafal dengan kelokan-kelokan rute tersebut, sehingga dengan membuntutinya kita bisa lebih mudah melintasi daerah pegunungan ini. Tentu saja harus pilih biker lokal yang cukup cepat, kalo biker lokalnya kelihatan lebih bloon dari kita mending kita dahului aja.

Jalan dataran rendah.

Jalanannya datar, biasanya relatif lurus kalaupun ada tikungan biasanya merupakan tikungan cepat (fast corner) dan tidak setajam tikungan dipegunungan. Umumnya pemandangannya membosankan. Jarak pandang jauh dan luas.

Ketika melibas tikungan cepat, agar diperhatikan lintasannya, biasanya bagian dalam tikungan suka berpasir jadi kudu hati-hati jangan maen rebah aja. Juga harus diperhatikan ceceran solar atau oli. Umumnya ceceran solar atau oli lebih lama hilangnya dijalanan dataran rendah ini mungkin karena permukaannya yang rata. Sebaliknya kalo dipegungungan karena kontur tanahnya yang naik turun maka biasanya lebih cepat hilang karena tersapu air hujan.

Satu lagi yang harus diperhatikan adalah pada saat akan melintasi jembatan, umumnya permukaan jembatan ini lebih tinggi dari permukaan jalan, dan lagi-lagi umumnya tepat pada sambungan antara badan jembatan dan badan jalan selalu tidak rapi pemasangannya, sering kali ada lubang pokoknya tidak mulus dan rata.

Jadi sebaiknya kurangi kecepatan pada saat akan melintasi jembatan, jika tidak, motor bisa terbang, atau bisa juga menghantam lubang di sambungan jembatan tadi.

Satu kebiasaan saya yang ingin saya share disini pada saat di jalanan yang datar adalah saya senang memantain performa motor pada posisi optimum (bukan maksimum), disini saya selalu berusaha agar putaran mesin RPM tidak melebihi RPM pada torsi maksimum (torque maks).

Dalam spek motor kita biasanya dicantumkan mengenai Daya kuda maksimum dan torsi maksimum, kalau untuk scorpio Daya Maks = 19PS/8000rpm dan torsi mak = 1.86kgf.M/6500rpm. Nah saya selalu maintain cruising speed saya sedikit dibawah rpm dari torsi maks ini, dengan demikian konsumsi bahan bakar ada pada posisi paling optimum dan mesin juga tidak terlalu diforsir. Alhasil bensin irit dan mesin tidak overheated.

Untuk kecepatan yg dicapai pun tidak pelan, pada gigi 5 dan rpm disekitar 6.000 kecepatan Scorpio saya bisa mencapai 90-95 kpj, ini untuk dijalanan datar ya. Bagi saya ini cukup kencang dan dalam pengendalian juga cukup aman.

Nah untuk pembukitan silahkan cari spek motor anda dan coba terapkan cara ini lalu bandingkan konsumsi bensinnya jika anda pake gaya geber abiss, mana yg lebih boros.......

To be continued.........

No comments:

Post a Comment