
Etappe VI : Malang – Blitar – Ponorogo – Solo – Semarang – Batang = 485 km
Jum'at 14 Juli 2006.
Jum'at pagi setelah sarapan bersama keluarga Dik Tjuk, saya pun segera menyiapkan mat item, oli saya tambahkan lagi, side bag saya pasang, sekarang bahkan diatas tangki saya letakan kotak sepatu berisi safety shoes saya yang masih basah tentunya lagi-lagi menggunakan cargo net sebagai pengikatnya, ternyata sungguh bermanfaat cargo net yang selalu saya sungkupkan ke tangki mat item ini.
Bill hotel segera saya selesaikan, dan beruntungnya ternyata Hotel Margo Suko ini melayani pembayaran dengan credit card, jadi lumayanlah bisa menghemat uang kas ditangan, hehehe padahal rate kamarnya cukup murah yaitu Rp 125.000,- semalam setelah diskon, rate aseli sebelum diskon Rp 180.000 kalo gak salah. Cukup murah menurut pendapat saya lho, soalnya kamarnya bersih dan apik, wah bisa jadi tempat nginep andalan nih kalo liburan ke Malang lagi....hehehehe.
Pukul 09.30 saya berpamitan dengan keluarga Dik Tjuk, dan kamipun segera menunggangi mat item. Cuaca pagi itu cukup cerah walaupun disana – sini tampak berawan. Keluar dari kota Malang tidak sulit tinggal menelusuri lagi jalan yang kemarin dengan arah yang berlawanan. Sedikit diluar kota Malang saya sempatkan untuk mengisi Bensin, saya minta petugas pom bensin untuk mengisi Full Tank, ternyata butuh Rp 33.000,- untuk mengisi penuh tangki besin mat item.
Malang – Blitar berjarak sekitar 77km, jalan menuju Blitar ini cukup baik, lebar dan mulus, suasananyapun cukup ramai, seperti umumnya jalan di jalur selatan pulau jawa jalanan menuju blitar ini juga berkelok-kelok dan naik turun, karena memang sebagian besar daerah selatan jawa adalah perbukitan atau dataran tinggi. Namun kelok2an dan suasananya kali ini tidak seperti jalur Lumajang – Malang kemarin. Satu lagi ciri khas jalur selatan pulau jawa ini adalah seramai-ramainya jalur selatan tetap saja tidak seramai jalur di Pantura, mungkin hal ini disebabkan juga karena jarak satu kota dengan kota lainnya tidak terlalu rapat.
Dengan kondisi yang demikian maka di jalur selatan ini lebih memungkinkan untuk mempertahankan kecepatan pada tingkat tertentu lebih lama – atau tingkat kecepatan konstan lebih lama. Jadi walaupun sulit untuk mengembangkan top speed karena jalurnya yang berkelok-kelok, namun jalur selatan tingkat hambatannya lebih sedikit, alhasil kadang waktu tempuh bisa lebih cepat. Lain dengan jalur pantura, yang kadang kita bisa menggapai top speed di 110 – 120 kpj, tapi setelah itu harus bermacet ria karena ketemu pasar tumpah, atau terhadang oleh truk yang berjalan lambat.
Mat item biasa saya pacu melalui jalur selatan ini di kecepatan 80kpj, tapi jika pas jalur memungkinkan, top speed hanya bisa mentok di 100 kpj, sebelum kemudian harus mengurangi kecepatan karena muncul kelokan berikutnya.
Blitar ternyata bisa kami lalui lebih cepat dari yang saya bayangkan, tapi sebelum sampai di Blitar kami melewati kota Wlingi disini terdapat bendungan Ir Sutami (waduk karang kates?), fisik bendungan bisa terlihat dari jalan raya. Sayangnya saya tidak sempat mengambil fotonya karena padahal pemandangannya lumayan cantik, mengingatkan saya pada bendungan Jatiluhur di Purwakarta.
Ketika mengarah keluar kota Blitar ada papan penunjuk jalan menuju makam Proklamator Indonesia – Presiden Pertama Indonesia Ir Soekarno, sayangnya karena Arif sudah pengen pulang dan tidak mau saya ajak untuk mampir ke sana jadi saya tidak mengunjungi makam sang Proklamator ini. Padahal pengen juga tahu seperti apa sih makamnya.
Alhasil kami teruskan perjalanan meninggalkan Blitar mengarah ke barat, dan karena situasi jalan seperti yg saya sampaikan diatas lebih sepi dan minim hambatan maka kota demi kota pun dapat kami lalui dengan cepat. Tulung Agung, Trenggalek lewat sudah, sampai akhirnya kami tiba di Ponorogo – kota Reog (kesenian khas ponorogo) dan juga kota Warok (mungkin semacam jawara kali ya kalo di Jakarta tempo dulu) pada jam 13.30. Karena tuntutan perut dan saya tertarik dengan banyaknya warung nasi gule dan sate kambing, akhirnya saya berhenti disebuah warung kecil disudut jalan yang menjual nasi gule dan sate kambing.
Saya dan arif pesan nasi gule dan masing-masing sepuluh tusuk sate kambing. Tempat gulenya terbuat dari Guci tanah liat, mengingatkan saya pada penjual nasi Gule Tikungan (Gul Tik) di jalan Mahakam – Bulungan dikawasan Blok M. Yang membedakan adalah gule yang di Ponorogo ini rasanya jauh lebih mantap....sedep bumbunya meresap dan seger serta porsinya lebih banyak, udah gitu harganya murah lagi. Sate kambingnya tusukan memang tidak besar-besar tapi dagingnya asli empuk banget. Saking uenaknya saya dan arif nambah lagi nasi gulenya.......Pas bayar kami kaget cuma ditagih Rp 21.500,- saya sampai meyakinkan diri lagi ke si ibu penjual, apa sudah dihitung semua? Katanya sudah dihitung semua, ya sudah saya bayar. Sampai diatas motor ketika melanjutkan perjalanan pada jam 14.00 saya masih kuwatir kalo2 si ibu penjual salah hitung.....; sebagai gantinya ya sudah saya do'a kan saja semoga di kasih rezeki yang banyak dan dagangannya laris manis..............
Country road, take me home...to the place I belong....south Jakarta, country momma....take me home...country road....Bait lagu country road dari John Denver terngiang di pikiranku, ketika menyusuri jalan antara Ponorogo dan Wonogiri........kombinasi pemandangan alam, jalanan yang berkelok-kelok dan kerinduan untuk segera kembali ke rumah cocok sekali dengan bait-bait lagu John Denver tadi......
Mat item terus menelusuri jalan selatan jawa yang indah, melewati wonogiri dan kemudian menuju Solo, jam 16.30 saya sudah tiba di Solo dilanjutkan mencari jalan ke Semarang via Boyolali – Salatiga – Bawen dan Ungaran..... Setelah sedikit berputar-putar dan bertanya akhirnya didapatlah jalan yang benar.
Sedikit diluar Solo sekitar jam 17.00 saya berhenti untuk sholat ashar dan istirahat sejenak, ketika akan melanjutkan perjalanan lagi sekitar pukul 17.30 saya cek kembali ketinggian oli Mat Item, ternyata agak berkurang cukup banyak walaupun masih sedikit dibawah garis atas, agak kuatir juga saya dengan kondisi tersebut karena jam segini sulit untuk cari bengkel yg jual oli Yamalube..(persediaan oli saya sudah habis di Malang).
Akhirnya saya tetap lanjutkan perjalanan dengan harapan dehidrasinya gak bertambah parah setidaknya oli masih ada sampai di Batang nanti (sekitar 90km dari semarang). Jalur Solo – Semarang via Boyolali ini ternyata cukup padat terutama dengan truk-truk Container dan Bus-bus Malam yang mulai keluar (Solo – Jakarta). Truk-truk Container ini kelihatannya membawa peti kemas yang akan dikapalkan dari Semarang jadi muatannya penuh makanya jalannya lambat dan berat.
Jam sudah menunjukan pukul 19.00, ketika saya masuk kota Semarang, sempat terhambat karena macet akibat adanya pembukaan sebuah Vihara di pinggiran kota Semarang, Vihara besar tersebut kelihatan Megah dan penuh dengan cahaya lampu. Untungnya sesudah melewati kemacetan tersebut jalan cukup lancar dan panduan arah menuju keluar semarang cukup terlihat jelas.
Lepas dari kota semarang kami tiba di ruas Kendal – Batang dengan jalan-jalannya yang bagus serta melalui Boulevard Alas Roban. Di ruas ini mat item ber duel dengan bus-bus malam dan truk-truk barang, saya bilang duel karena mat item saya pacu cukup kencang 80 – 100 kpj, menyalip bus-bus malam dan truk kadang juga mobil penumpang. Saya cukup percaya diri melibas jalur Boulevard Alas Roban ini karena tahu kondisinya cukup bagus tidak ada lubang2 dan jalurnya cukup lebar sehingga leluasa untuk menyalip.
Rasanya jalur ini lebih cepat saya tempuh pada malam hari dibandingkan waktu siang hari kemarin ketika saya berangkat. Mungkin hal ini disebabkan pada malam hari tidak ada lagi aktifitas orang dipinggir jalan, kalau siang kan ada aja orang yg bersepeda, atau menyeberang dan lain sebagainya.
Akhirnya jam 21.30 saya tiba di Batang, saya putuskan untuk menginap kembali di Hotel Sendang Sari, walaupun arif tidak setuju, dia pinginnya kita nonstop, langsung saja ke Jakarta. Tadinya saya pingin juga mencoba nonstop, tapi mengingat mat item dalam kondisi dehidrasi dan mempertimbangkan resiko yg mungkin terjadi maka saya putuskan untuk menginap saja.
Kali ini side bag tidak saya turunkan dari mat item, saya hanya ambil pakaian ganti untuk besok pagi saja, seperti biasa saya catet dulu trip meter yg dicapai oleh mat item hari ini, ternyata menunjukan angka 1.913 km....hmm lumayan berarti hari ini saya menempuh 485km, dan berkendaraan selama 12 jam yaitu dari jam 9.30 pagi sampai 21.30, rasanya ini etape terpanjang dari turing saya kali ini......pantes terasa capek banget malam ini.....habis mandi dengan air hangat saya langsung pules.....zzzzzzzzzzzzz...(sedangkan arif masih nonton tv)....
Etape VII : Batang – Pekalongan – Tegal – Cirebon – Bekasi – Jakarta = 378 km
Sabtu, 15 Juli 2006
Pagi itu setelah sholat subuh saya tidur-tiduran lagi, saya tidak terburu-buru karena semua muatan tetap diatas motor tadi malam, jadi tidak perlu ada packing lagi, sehingga saya bisa sedikit santai pagi itu. Apalagi ini adalah etape terakhir saya untuk sampai Jakarta, jadi beban mental semakin ringan dan percaya diri bahwa sore ini sampai di Jakarta makin menggumpal.
Sekitar jam 08.00 sambil menunggu arif selesai mandi saya check kondisi mat item Scorpio ku. Ketika saya coba start....ternyata hanya bunyi trrrrrrttt....trrrrrt, dam lampu netral juga langsung padam......waduh akinya kayaknya tekor, kemarin memang sepanjang siang dan malam lampu menyala terus, kemarin saya berjalan hampir 12 jam dari jam 9.30 sampai 21.30 apakah ini yang menyebabkan aki tekor saya tidak tau pasti. (sepanjang turing ini saya memang menyalakan lampu baik siang maupun malem).
Akhirnya dengan kick starter motor bisa saya hidupkan, sebelumnya saya periksa olinya dan posisinya ditengah-tengah antara batas atas dan bawah. Setelah dipanasi cukup lama, saya coba starter electric....ternyata bisa, hmm mungkin memang akinya yang drop nih, padahal itu aki baru, beli sebelum turing ini cuma karena mungkin dihajar siang malem dan mungkin sistem pengisiannya yang kurang bagus makanya jadi tekor. Sepertinya di Jakarta nanti musti di periksa lagi nih sistem kelistrikannya.
Jam 08.30 setelah semuanya beres kami pun melanjutkan perjalanan, motor keluar halaman hotel dan langsung saya arahkan ke barat menuju pekalongan, pemalang dan selanjutnya Tegal. Aktifitas orang dipagi hari menyebabkan jalanan menjadi ramai sehigga kami tidak bisa mengembangkan kecepatan, barulah setelah lepas dari keramaian kota sedikit demi sedikit kami bisa mengembangkan kecepatan.
Awal-awalnya sih kecepatan masih saya kembangkan di 70-80 kpj, tapi setelah tubuh, mata dan pikiran “tune in” dengan kondisi jalan dan kondisi motor maka kecepatan pun meningkat sampai 80 – 90 kpj. Setelah isi bensin di Tegal dan juga menambahkan oli ke mesin Mat Item, saya lebih percaya diri lagi untuk mengembangkan kecepatan menjadi 90 – 100 kpj.
Walaupun beberapa tempat di jalan pantura ini berlubang namun tidak menghambat saya untuk menjaga kecepatan di 90 kpj keatas. Pukul 11.00 saya sudah tiba di Cirebon (129km dari pekalongan). Lepas dari Cirebon kali ini mat item duel dengan bis-bis dan truk-truk di jalur pantura yg sudah seperti boulevard karena masing2 arah memiliki 2 lajur dengan pemisah jalan ditengahnya. Seperti malam sebelumnya di jalur Kendal – Batang, duel kali ini lebih seru karena dilakukan siang hari sehingga mata lebih awas memperhatikan jalanan.
Luragung Jaya, Dewi Sri, Deddy Jaya dan sejumlah angkutan Elf plus Truk-truk Cargo merupakan lawan duel mat item kali ini.... beberapa mobil penumpang juga sempat duel dengan mat item antara lain sebuah opel Blazer berplat nomor E, sempat beberapa kali saling susul, tapi akhirnya harus mengakui keunggulan motor ketika dia harus tertahan kemacetan akibat jembatan darurat........ mat item melenggang dengan melintas diantara kendaraan yg terjebak macet....hehehe.
Dijalur ini mat item cuma dikalahkan satu motor yaitu ninja KRR, dia juga boncengan tapi larinya kayaknya enteng banget, saya cuma bisa membuntuti sambil mengikuti racing line nya untuk menghindari lubang dan jalan rusak. Kalau pas jalan mulus saya ketinggalan jauh juga sih, tapi mungkin sayanya yang nyalinya kurang cuma manteng di 110 kpj.
Kalau waktu berangkat saya selalu berusaha menjaga kondisi motor, maka pas pulang di etape akhir ini, saya justru agak memforsir mat item, mungkin karena ingin lekas sampai rumah. Jam 13.00 dipemanukan kami berhenti untuk makan siang dan lanjut lagi setengah jam kemudian, dengan riding style masih sama geber abis....hehehe. (Akibat motor digeber terus yg jadi korban adalah side bag saya yang sebelah kanan bolong terbakar kena kenalpot mat item, satu celana juga bolong.....untungnya gak menyala jadi api ya....; saya baru tau setelah sampai rumah ketika bongkar side bag. Padahal turing-turing sebelumnya side bag ini juga kena kenalpot lho tapi gak apa-apa tuh).
Jam 15.30 saya sudah tiba di Bekasi.....asyiik bentar lagi nyampe rumah nih....eh gak taunya bekasi luar biasa macet cet, lepas dari bekasi, sampai di kali malang di pertigaan kranji macet lagi, kendaraan sudah pada untel-untelan saling serobot...huh menyebalkan.
Dengan susah payah mat item bisa keluar dari kesemrawutan di pertigaan tersebut, dan melanjutkan perjalanan.....sebel juga kehilangan banyak waktu karena kemacetan tadi. Lampu merah Halim lewat, Uki juga lewat, belok ke Dewi Sartika kemudian belok kiri lagi ke menyusuri jalan Kalibata.....hih sudah makin dekat rumah......siip deh paling tinggal kemacetan di Pasar Minggu nih. Pasar Minggu ....eh ternyata motor bisa nerobos under pass yg belum selesai, asiik gak jadi kena macet, rel kereta juga pas gak ada kereta lewat...jadi bablas aja.
Dan akhirnya tepat jam 16.35, saya tiba kembali di rumah di Jl Poltangan III/52a, langsung parkir di halaman samping.....Alhamdulillah. Saya segera lihat trip meter mat item, 2.291km. Berarti hari ini saya menyelesaikan 378km (dari Batang – Jakarta) dalam waktu 8 jam (jam 08.30 – 16.35) atau kecepatan rata-rata = 47,25 kpj.....lumayan tidak jelek2 amat.
Alhamdulillah sore itu saya berkumpul lagi bersama keluarga setelah menyelesaikan solo turing saya ke kawah Ijen dengan selamat. Saya tidak tau kapan akan solo turing lagi.....kayaknya sih masih lama deh.....hehehehe
Jakarta, 25 Juli 2006.
Imam Arkananto
MiLYS 170
SIM-C #018
Data dan Statistik :
Total km = 2.291 km (lebih sedikit dari yg direncanakan karena opsi ke Banyuwangi di drop)
tgl Turing 09 Juli – 15 juli 2006
BBM dibutuhkan = Rp 318.000,- setara 70,6 liter
Pemakaian bensin rata-rata = 32 km/liter
Total pengeluaran Rp 1.685.500,- terdiri dari
Hotel Rp 778.000 (7 malam)
Makan Rp 331.500,- (2 orang selama 7 hari)
Lain2 Rp 258.000,- (ganti oli, kampas rem, sepatu, tiket masuk dll)
BBM Rp 318.000,-
(data uang rupiah ini saya buka disini tidak ada maksud apa2 selain agar data ini bisa menjadi acuan bagi siapa saja yg ingin bersolo turing).
Nyungsep = 1 kali, ketika mat item roboh dihutan pinus.
Puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan keselamatan kepada saya dan Arif selama melakukan solo Turing ini.
Ucapan Terima Kasih saya sampaikan kepada :
Isteri Tercinta yang telah memberikan dukungan baik materi maupun immateril
Alin dan Aliya atas doa nya.
Kakak dan Adik-adik atas dukungan materi dan doanya
Mas Belo & keluarga atas bantuan penginapan
Mas Oth yg selalu memantau posisi saya
Teman-teman bikers atas doa dan dukungannya
Samudera Indonesia Motor Community = SIM-C
Samudera Indonesia Bikers = SI Bikers
Mailing List Yamaha Scorpio = MiLYS
Pihak-pihak lain yg tidak dapat disebutkan satu per satu