
Etape Kedua : Batang – Semarang – Blora – Bojonegoro – Mojokerto = 388km
Senin 10 juli 2006,
Setelah packing saya lakukan pengecekan kondisi mat item scorpioku, kebocoran oli dari tutup cover Four makin parah, olinya mbleber ...(hehehe istilahnya keren ya) sampai ke sirip-sirip pendingin mesin, hitam dan kotor...duh sedih ngeliatnya. Saya intip lubang aquarium oli untuk liat ketinggian oli wah koq sekarang posisinya sudah ditengah-tengah antara garis maksimum dan garis minimum...berarti mat item mengalami dehidrasi lebih parah dari yg saya duga...gawat juga nih musti beli oli buat nambahin. Sebelum turing mat item memang sudah mengalami gejala dehidrasi tapi gak parah2 amat paling setelah 1500 km baru keliatan oli agak berkurang sedikit.
Saya juga cek setelan rem belakang, soalnya kemarin waktu di cadas pangeran terasa banget rem belakang agak dalem. Ternyata setelan remnya baut ulirnya sudah hampir mentok, artinya kampasnya sudah hampir habis.....wah padahal masih ratusan kilometer lagi nih yg mesti ditempuh dengan kondisi jalan yang bermacam-macam.
Tidak mau ambil resiko saya putuskan nanti di Semarang harus mampir ke bengkel yamaha untuk ganti oli sekaligus ganti kampas rem belakang.
Pagi itu sekitar jam 08.30 setelah sarapan saya dan arif kembali menunggangi mat item menuju semarang, sempet ngisi bensin dulu sebanyak Rp 38.500,- lalu motor kami pacu menyusuri jalur alas Roban. Alas Roban tidak lagi angker seperti dulu sekarang lebih cocok disebut sebagai Boulevard Alas Roban, karena jalurnya sudah lebar dan ada pemisah jalannya, masing-masing ruas memiliki 2 lajur. Kondisi aspalnya mulus pokoknya memungkinkan untuk memacu kendaraan cukup cepat dengan aman dan nyaman, kelokan-kelokannya juga cukup lebar buat penyuka rebahan.
Kondisi jalan yang mulus dan lebar ini terus bertahan sampai kota Kendal maupun sampai menjelang masuk kota Semarang. Walaupun jalan mulus mat item saya pacu hanya 80-90 kpj saja, seperti biasa saya harus jaga kondisi motor dan nikmati perjalanan.
Mendekati pukul 10.00 saya sudah memasuki kota semarang, meskipun jalanan masih lebar tapi tidak semulus tadi sekarang jalanan bumpy dan mulai padat dengan angkot dan kendaraan lainnya. Saya terus masuk ketengah kota dengan menyusuri jalanan yang mulai padat merayap dan mata saya harus awas setiap kali bertemu dengan simpang lima (coba deh perhatikan di Semarang banyak banget bunderan dengan simpang jalan lebih dari empat), saya harus perhatikan penunjuk arah ke kota Purwadadi, dan untungnya rambu ini cukup jelas.
Sambil menyusuri jalan mata saya juga mencari-cari bengkel Yamaha yang cukup besar, soalnya untuk motor kelas premium seperti Scorpio ini biasanya bengkel kecil jarang punya stock spare partnya. Akhirnya di Padanaran saya jumpai Bengkel Yamaha besar persis seperti bengkel Flag Shop Yamaha di Cempaka Putih Jakarta, besar dan mewah. Sayangnya waktu saya tanya kampas rem belakang scorpio mereka bilang sedang kosong, mereka sarankan untuk ke bengkel Yamaha di Pedurungan. Akhirnya saya menuju bengkel Yamaha di Pedurungan ini, untungnya bengkel ini letaknya searah dengan jalan yang menuju Purwadadi jadi saya gak perlu muter-muter.
Bengkel Yamaha di pedurungan ini juga besar tapi bentuknya tidak seperti bengkel flag shop yang mewah, disini spare part yang saya cari komplit tersedia, maka jadilah saya ganti oli dan kampas rem belakang. Harganya sama seperti di Jakarta saya habis Rp 72.000,- (kampas rem Rp 24.500, olie Rp 40.000 –( 2 botol yamalube) sisanya ongkos pasang). Setelah menghabiskan sepiring rujak buah yang segar dan dua botol soft drink, akhirnya pekerjaan ganti kampas rem dan ganti oli ini selesai juga. Sisa olie saya bawa pulang saya taruh diatas tangki mat item dengan menggunakan jaring elastis (cargo net) sebagai pengikatnya. Jam 11.00 siang saya tinggalkan bengkel untuk lanjutkan perjalanan ke Purwadadi...aduh panasnya kota semarang....ampun deh.
Waktu solo turing ke Surabaya, Januari 2006 lalu saya mengambil rute pantai utara jawa yaitu lewat Demak, Kudus, Lasem dan Tuban; turing kali ini saya ambil jalur agak lebih keselatan yaitu Purwadadi, Blora, Cepu dan Bojonegoro. Memang jalur ini suasananya agak lebih dingin daripada lewat jalur utara, namun dari segi kondisi jalan raya jalur utara lebih mudah untuk mengembangkan kecepatan, karena walaupun jalannya berlubang tapi relatif lebih sepi.
Sedangkan jalur Purwadadi ini jalannya cukup padat dengan kendaraan, kemudian kondisinya bergelombang, bukan bumpy lagi menurut saya tapi pating mleyot-mleyot gak karuan....(isitilahnya bener gak ya....hihihi). Dijalur ini kita harus cukup awas apakah permukaan jalan cekung atau cembung dan miringnya ke arah mana, shock breaker dan kaki-kaki motor kerja keras mengikuti ayunan dan ajrut-ajrutannya motor. Dijalur ini saya hanya bisa mengembangkan kecepatan di 60 – 75 kpj... kasihan motornya apalagi dalam kondisi full loaded seperti ini (box Givi + Side Bag + Boncenger + Rider).
Jalur Purwadadi ini menyadarkan saya akan keagungan ciptaan Allah, ternyata Allah menciptakan manusia ini lengkap dengan super komputer dengan prosesor high speed yg luar biasa. Bayangkan dalam kecepatan 70kpj, mata saya menyapu permukaan jalan, melihat apakah permukaannya rata atau tidak data ini seketika itu juga terekam di otak yg merupakan prosesornya, kemudian mengambil keputusan apakah jalan didepan bisa dilibas dengan cukup aman, atau perlu direm atau harus dihindari, keputusan ini diteruskan ke anggota badan seperti tangan atau kaki untuk dilaksanakan, semua proses ini berlangsung dalam hitungan mili detik mungkin nano detik dan proses ini berlangsung terus menerus, sambil sensor-sensor lainnya mempertahankan keseimbangan dan laju motor...(multi tasking)....luar biasa. Mungkin selama ini kita naik motor ya naik motor begitu saja, tapi kalo dikaji ternyata tubuh kita ini memiliki sensor-sensor, prosesor super cepat dan sistim motorik yang membuat kita mampu mengendarai motor......Subahanallah, Maha Suci Allah.
Tidak terasa akhirnya saya tiba di Purwadadi sekita pukul 12.15 siang, karena perut sudah laper apalagi dengan jalan yg bergelombang sehingga menuntut konsentrasi tinggi badan juga menjadi terasa lelah, ditambah matahari lagi lucu-lucunya bersinar, maka saya putuskan untuk istirahat dan santap siang dulu.
Menjelang pukul 13.00 kami lanjutkan perjalanan, kondisi jalan masih sama mleyot-mleyot gak karuan, tapi sekarang saya sudah lebih terbiasa melibasnya sehingga kecepatan sesekali mencapai 80kpj. Sehingga kota Blora kota sesudah Purwadadi kami lalui dengan cepat.
Adalah kota Cepu yang menyambut kami di Propinsi Jawa Timur, dan yang membuat kami senang kondisi jalanan di jawa timur lebih baik tidak mleyot-mleyot lagi. Buat Arif boncenger saya juga menyenangkan karena dia bisa tidur lebih enak dijalur ini, saya tau kalo dia tidur pasti tangannya ngganduli ransel saya dan kepalanya disandarkan dipunggung kiri atau punggung kanan saya. Berat memang saya seakan naik motor sambil gendong orang di punggung tapi buat saya lebih aman, karena tau posisi dia, dan titik berat jadi satu berada ditengah di posisi rider.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 ketika kami sampai di Bojonegoro, kami disini mengisi bensin lagi Rp 30.000,- dan juga istirahat untuk sholat Dzuhur dan Ashar. Saya review perjalanan sejenak, kelihatannya hari ini kami bakal terlambat dari schedule yg direncanakan, karena kota yang dituju hari ini adalah Mojokerto dan itu masih sekitar 110km lagi. Saya teringat kami kehilangan waktu hampir satu jam di Semarang tadi karena ganti oli dan ganti kampas rem belakang, jadi wajar kalo kami terlambat dari jadwal.
Kami segera melanjutkan perjalanan mengingat kota yg kami tuju - Mojokerto masih cukup jauh. Sengaja saya memilih menginap di Mojokerto bukan di Surabaya dikarenakan saya ingin menghindari jalur macet akibat luapan lumpur panas di sidoarjo – porong. Nanti dari Mojokerto kami akan ambil jalur Gempol – Pasuruan – Probolinggo jadi kembali ke jalur utara lagi.
Untunglah jalanan di Jawa Timur ini lebih mulus, sehingga kami segera tiba di kota Babat (34km dari Bojonegoro) dengan cepat, dari Babat kami mengambil jalur yang ke selatan ke arah Ploso – Jombang. Jalur ini mulus dan pemandangannya cukup menarik sedikit berkelok-kelok dan naik turun karena memotong perbukitan hutan jati. Pemandangannya menjadi menarik karena saat itu matahari sore menjelang terbenam, warna langit semburat kemerah-merahan, sisa-sisa cahaya ini menembus sela-sela pepohonan jati yang daunnya meranggas karena musim kemarau. Sangat indah...jadi siapa bilang sunset hanya indah kalau di pinggir pantai saja.
Adzan Magrib sudah terdengar ketika kami tiba di Ploso (kota sebelum Jombang), dari ploso ini kami langsung mengambil jalan yang ke arah Mojokerto. Jalannya kelihatannya seperti menyusuri sungai, karena disebelah kanan saya ada gundukan seperti tanggul sungai (sungai berantas kah?), tidak terlalu jelas karena sudah mulai gelap. Jalan ini juga tidak terlalu lebar karena jika ada truk besar yang lewat maka mobil berlawanan arah harus ekstra hati2 supaya tidak senggolan dengan truk tsb.
Setelah menyusuri jalan ini cukup lama dan menyeberangi jembatan sungai Berantas yang lebar tibalah kami di kota Mojokerto, saya segera mencari hotel pertama yg bisa saya jumpai. Ketika dilampu merah seorang pengemudi mobil bak terbuka menyapa kami, (mungkin karena melihat plat motor saya yg dari Jakarta) dia menyarankan agar saya menginap di Trawas saja (Trawas itu seperti daerah Puncak kalo di Jawa Barat); tapi saya bilang terlalu jauh pak, badan sudah capek.
Dan memang sesungguhnya badan saya sudah capek sekali, saat itu jam menunjukan pukul 19.00 jadi sudah lebih sepuluh jam kami di jalanan. Badan rasanya lengket ingin segera mandi dan meluruskan punggung serta kaki. Hotel pertama yang saya jumpai adalah hotel Naga Mas saya gak tau ini hotel kelasnya apa, yang saya pikir cuma segera mandi dan istirahat. Tarip hotelnya murah Rp 68.000 semalam sudah pake AC, dan TV, kamar mandi didalam. Ya tentunya ada harga ada rupa, jangan dibayangkan kamar yang cozzy, tapi hanya kamar sederhana tapi bersih, untungnya AC nya menggunakan AC Split jadi tidak berisik dan yg terpenting berfungsi baik.
Disini juga mat item scorpioku bisa diparkir di teras kamar saya, bahkan tadinya sama penjaganya disuruh masukan aja ke kamar (kamarnya memang cukup luas sih), tapi saya tidak mau.....memangnya mat item seperti motor yg dalam iklan TV itu, tidur bareng tuannya hehehehe
Sebelum membongkar side bag dari punggung mat item, saya sempatkan untuk melihat trip meter, disitu tertera angka 878km, berarti hari ini saya sudah menyelesaikan 388 km....Alhamdulillah sudah sejauh ini dan masih diberikan keselamatan oleh NYA.
No comments:
Post a Comment