Thursday, December 07, 2006

Touring Mount Ijen #1


Kawah Ijen – Touring Report

ditulis oleh : Imam Arkananto

Turing date : 9 juli – 15 juli 2006


Pendahuluan.

Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan khususnya masalah dana dan waktu yg tersedia, saya memutuskan untuk melakukan solo turing ke Jawa Timur dengan dua misi utama yaitu ke Kawah Ijen dan ke Malang menghadiri pernikahan keponakan saya, dan tentunya untuk mengisi liburan anak saya Arif.

Keputusan solo turing ke Ijen sebenarnya keputusan yang cukup berat karena artinya saya harus membatalkan beberapa rencana turing lainnya yaitu; ikut turing ke Serentaun Cisungsang (tgl 1-2 juli), karena waktunya terlalu mepet/beredekatan, batal ikut pre turing MiLYS (Mailing List Yamaha Scorpio) ke pelabuhan ratu karena tanggalnya bersamaan (tgl 8-9 juli) dan juga membatalkan rencana turing jelajah sumatera yg tadinya saya ingin lakukan di bulan Agustus – kalo yg ini terpaksa saya tunda karena jatah cutinya dipakai untuk ke Turing Ijen ini, lagi pula kabar kondisi jalanan lintas sumatera yg terus memburuk makin membulatkan tekad untuk menunda saja jelajah sumatera ini.

Solo turing ijen juga merupakan turing yang persiapannya paling tidak meyakinkan dari semua turing yang sudah saya lakukan, baik dari sisi dukungan dana yg sangat pas-pasan, maupun masalah kesiapan fisik saya sendiri yang akhir-akhir ini punya penyakit perianal fistel (istilah gampangnya sih bisul di pantat, yg kambuh2an kalo pas kondisi fisik drop dan jadi infeksi – kebayangkan kalo harus naik motor dengan pantat bisulan), belum lagi mat item scorpio ku didera banyak masalah, oli meler dari tutup four, aki yg rada soak, kabel RPM putus.

Sampai hari H-1 nya saja saya masih mengantongi plan B yaitu pergi ke jawa timur dengan kendaraan umum, dan keinginan untuk menggunakan plan B ini masih kuat. Bener-bener awal turing yg tidak mantap/ tidak meyakinkan, padahal untuk melakukan turing salah satu aspek yang terpenting adalah kesiapan mental yang bulat untuk melakukan turing tersebut.

Salah satu faktor yg akhirnya menjadikan saya melakukan solo turing adalah, kenyataan bahwa diri saya belum bersedia menggantungkan diri pada sistem transportasi umum indonesia hehehe, selain faktor biaya tentunya. Dengan motor saya bebas kapan mau berangkat dan kapan mau istirahat, dan bebas memilih rute yang akan saya lewati. Memang akan lebih melelahkan dengan naik motor, kalo naik tranportasi umum saya bisa simpen tenaga tapi itu tadi saya tidak mau jadwal saya bergantung pada jadwal transportasi umum. Akhirnya ide untuk menjadi backpacker kalah dengan semangat jiwa biker saya.......(walaupun dalam kondisi tertentu daya jelajah backpacker bisa lebih tinggi dari biker lho...)

Tentu saja untuk persiapan turing ini saya mengumpulkan berbagai informasi mengenai daerah yang akan saya tuju, jarak tempuh, fasilitas akomodasi, kondisi jalan, kondisi geografis dlsb nya, semuanya dikumpulkan dan di olah untuk merumuskan rute terbaik, budget dan waktu yang dibutuhkan serta schedule harian. Semua rencana ini harus match dengan waktu yg tersedia, dana yang ada dan juga kekuatan fisik kita. Makanya kecepatan rata2 yg saya patok untuk menyusun rute dan rencana perjalananpun cuma 35 kpj dan sehari hanya menempuh sekitar 350 km atau setara 10 jam berkendaraan.

Dari hasil perumusan perencanaan tersebut diperoleh estimasi jarak turing adalah 2500 km dengan option jalur kembali dari ijen lewat Banyuwangi dan mengunjungi Taman Nasional Alas Purwo di Blambangan, (ini serupa dengan Ujung Kulon hanya saja kalo ujung kulon ada di sebelah barat pulau jawa, sedangkan Blambangan ini ada disebelah timur pulau jawa).

Pengalaman dari solo turing ke Surabaya januari 2006 kemarin, menunjukan bahwa siku kanan saya terasa nyeri jika terlalu lama mengendarai motor, demikian juga lutut kanan saya terasa ngilu, berdasarkan hal tsb sebelum turing saya membeli elbow wrap dan knee wrap di toko olahraga (bentuknya seperti decker gitu). Saya juga membeli ransel eiger yg ada tempat kantong airnya, kantong air ini dihubungkan dengan selang yang menjulur keluar dari strap bahu ransel, kalo mau minum tinggal sedot aja dari ujung selang tsb. Mirip infus hehehe.....

Seperti biasa kelengkapan P3K plus sejumlah vitamin saya bawa serta, obat2an cukup lengkap mulai dari obat alergi, obat sakit perut, obat sakit kepala sampai antimabuk, tapi yg paling penting buat saya adalah jamu tolak angin hehehe....

Demikian juga suku cadang dan tool kit saya bawa cukup lengkap, arm relay ori dan con rod bandung juga saya bawa (yg terpasang di motor saat ini adalah arm relay versi 3, dan con rod ori), kabel kopling, bohlam, sekering, kunci ring 17 & 19 untuk bongkar roda, ban dalem cadangan, dan compressor kecil.......banyak banget dan cukup komplit tapi saya benar-benar tidak mengharapkan sampai harus menggunakan semua alat2 tsb dalam turing ini......hehehe. (Koq banyak banget yang dibawa, ya maklum aja solo turing kalo turing rame2 kita bisa berbagi tugas bawa alat2).

Minggu terakhir menjelang turing masalah aki soak solved dengan membeli aki baru, kabel RPM juga ganti baru yang masih masalah adalah rembesan olie dari tutup cover Four belum terpecahkan. Agak sedikit gambling saya pasang modul lampu melotot, yaitu alat yg membuat lampu scorpio terang terus tanpa terpengaruh dengan putaran mesin. Alat ini buatan seorang teman di MiLYS konon sudah diuji coba dan tidak membuat aki tekor, saya bilang gambling karena saya langsung pasang dan dipakai untuk turing jarak jauh artinya kalo ada masalah dengan modul ini bakalan repot minta tolong benerinnya...gitu loh.

Start dari Kantor.

Tidak seperti biasanya turing saya kali ini start dari halaman kantor di Tanjung Priok, hal ini karena saya harus mengawal turing kantor saya ke Cisaat, Sukabumi. Ceritanya temen-temen kantor Samudera Indonesia Priok bikin klub biker yaitu Samudera Indonesia Biker, dan karena saya dianggap yang paling tua maka saya diminta jadi penasehat dalam turing ini. Supaya saya tidak menjadi yang paling tua saya ajak lagi Pak Jafron (MiLYS 388) – scorpio rider untuk nemenin saya, sekaligus nanti mengawal turing waktu kembali ke Jakarta, karena rencananya saya akan memisahkan diri untuk solo turing ijen.

Maka jadilah pukul 15.15 Sabtu tanggal 08 juli 2006 sore hari itu setelah lepas jam kantor kami berangkat turing ke Cisaat – Situ Gunung, Sukabumi. Seperti biasa saya bertindak sebagai penutup rombongan alias paling buncit. Rute yang kami tempuh adalah Bypass – Jl Raya Bogor Lama – Bogor – Ciawi – Jl Raya Sukabumi.

Buat saya sore itu terus terang gak ada enaknya naik motor, jalannya macet berat mulai dari perempatan cocacola terus sampai raya Bogor. Bahkan di Bogor bukan cuma macet tapi ditambah hujan, kayaknya Bogor ini gak pernah membiarkan saya lewat tanpa kehujanan......(eh pernah sih sekali gak kehujanan; waktu turing garut, tapi itu mungkin lantaran lewatnya udah tengah malem jadi si Bogor gak liat waktu saya lewat....hehehe).

Lepas dari Ciawi masuk jalan raya Sukabumi bukan berarti lepas dari penderitaan, rute ini lalulintasnya sangat padat dan belum lagi diwarnai kemacetan ditiap pasar yg dilewati (mungkin karena malem minggu kali ya?) sudah gitu jalanannya banyak lubang dan bergelombang. Motor yg gak sabaran dan terus main sodok kanan kiri dan gak hati-hati bisa dipastikan menghajar lubang-lubang ini. Resikonya pelek bisa peyang.......

Untuk menjaga kondisi motor, karena saya masih harus melahap ratusan kilometer lagi maka saya musti jalan pelan dan hati-hati. Akhirnya rombongan sampai di Cisaat pukul 20.45....wuih berarti 51/2 jam waktu yang dibutuhkan untuk jarak yang ternyata cuma 118 km. Malam itu tenaga saya cukup terkuras makanya saya tidak bisa lama-lama ngobrol dengan teman-teman, tapi langsung pergi tidur setelah santap malam.......untungnya udara dingin Cisaat membantu saya untuk cepat terlelap.....

Etappe Pertama : Cisaat – Pekalongan (Batang) 372 km

Minggu 09 Juli 2006 jam 08.15 setelah packing dan memasang kembali side bag ke atas mat item scorpioku, saya dan arif pun pamitan dengan teman-teman untuk memulai etape pertama menuju pekalongan. Sedangkan teman-teman Samudera Indonesia Biker akan main ke Situ Gunung baru siangnya kembali ke Jakarta. Hari ini rute yang saya akan tempuh adalah Cisaat – Sukabumi – Cianjur – Bandung – Sumedang – Cirebon – Tegal – Pekalongan – dan berakhir di Batang.

Tidak lama setelah keluar dari gerbang villa tempat kami menginap, laju scorpioku tertahan oleh rombongan karnaval lokal, saya sendiri gak tahu dalam rangka apa karnaval tersebut (yg jelas bukan untuk menyambut saya dan arif tuh), hampir dari tiap RW (mungkin) mengeluarkan rombongan karnavalnya sendiri-sendiri. Kreatif2 juga mereka ada yg bikin Tank Panser, Truk Tangki dengan tulisan 5000 lier (bukan liter), bis AKAP (antar kota antar propinsi) semuanya dari bambu dan kertas diusung beramai-ramai dan berjalan ke arah Sukabumi.

Dengan susah payah akhirnya saya bisa lewati rombongan-rombongan karnaval ini. Memasuki kota Sukabumi lain lagi keramaian yang menghadang laju mat item, yang ini konvoi motor kopi ABC semua pesertanya menggunakan kaos dengan sponsor kopi ABC dan stasiun Radio di Sukabumi (Menara FM?). Saya juga gak tau konvoi ini dalam rangka apa, yang jelas pesertanya mungkin seribuan. Saya tanya ke seorang peserta konvoi yg naik Tiger arah konvoi ini kemana...dia jawab ke Cianjur....waduh searah dengan saya donk.

Demikian banyaknya peserta dan tidak teraturnya konvoi kopi ABC ini sehingga lebih mirip mudik bareng ketimbang rolling thunder. Saya sendiri sudah menduhului puluhan peserta tapi tetap saja di depan saya masih ada peserta konvoi ABC, bahkan sampai saya tiba di cianjur pun didepan saya ada peserta konvoi tsb. Rasanya mirip lomba lari Kelinci dan Kura-kura, tiap kali menyusul si kura-kura ternyata didepannya masih ada si kura-kura......hehehehe.

Lepas dari Cianjur kami masuk daerah Raja Mandala dengan trek yang lurus dan datar motor saya pacu di 80kpj, saya tidak terlalu ngotot geber motor karena musti jaga kondisi, perjalanan masih jauh....bahkan boleh dibilang baru dimulai...jadi ngapain ngebut, dalam turing jarak jauh seperti ini satu-satunya yang perlu dibuktikan adalah sampai di tujuan dengan selamat dan kembali pulang dengan selamat, bukan jago ngebut atau dapet top speed tinggi. Santai nikmati perjalanan dan sampai tujuan dan pulang dengan selamat itulah sasaran solo turing jarak jauh.

Di daerah Raja Mandala ini kami melewati tiga biker menunggangi Honda Tiger seperti biasa toet-toet memberi salam antar bikers.....; kalo diperhatikan selama turing ini saya paling sering ketemu rombongan biker itu didaerah jawa barat, di jawa tengah dan jawa timur nyaris tidak ketemu biker2 club semacam ini, atau mungkin pas lagi hari kerja ya jadi pada gak ketemu hehehehe.

Kelokan-kelokan dan tanjakan Cipatat-Padalarang segera menghadang kami begitu kami melewati trek Raja Mandala yang lurus dan datar, inipun kami bisa lewati dengan baik. Hanya saja menjelang padalarang jalanan macet kita dipaksa muter lewat pasar, baru deh bisa lanjut ke arah Cimahi.......

Karena hambatan-hambatan diatas, karnaval, konvoi kopi ABC dan macet di padalarang menyebabkan kami kehilangan waktu cukup banyak. Jam sudah menunjukan pukul 11.15 ketika saya mengisi bensin di salah satu pompa Bensin yang ada sepanjang jalan Soekarno – Hatta, Bandung.

Setelah mengisi bensin Rp 30.000,- kami menyusuri jalan Soekarno – Hatta mengarah ke cileunyi. Rasanya suasana jalan Soekarno - Hatta ini makin familiar saja buat saya khususnya setelah beberapa kali turing selalu melewati jalan ini untuk masuk dan keluar kota Bandung.

Saya ambil jalan yg ke arah ke Sumedang/Cirebon ketika jalan ini bercabang dua, yang satu menuju Tasikmalaya/Garut dan satunya menuju Sumedang/Cirebon. Kami juga melewati kampus STPDN di Jatinangor yg menggodok calon2 pamong pradja, situasi jalannya sendiri saat itu padat merayap. Akhirnya setelah lepas dari kepadatan kota Bandung kami memasuki daerah Cadas Pangeran (??), tapi sebelumnya kami istirahat untuk makan siang didaerah rest area (kalo gak salah dikelola perhutani???) yg banyak warung2nya dan banyak pohon2 pinusnya, jam waktu itu menunjukan pukul 12.30 pantes......laper!

Jam 13.15 kami tunggangi lagi mat item scorpio ku, sebenernya ada rasa aras-arasan (kalo orang jawa bilang), atau rasa males untuk melanjutkan perjalanan, soalnya kebayang masih jauh banget dari tujuan....hehehe; tapi ini biasa terjadi pada hari pertama atau awal2 solo turing, apalagi rasa capek dari turing semalem masih terasa. Tapi the show must go on, jadi saya pacu lagi mat item meliuk-liuk mengikuti jalanan Cadas pangeran yang melipir pinggang bukit.

Kota Sumedang dengan produksi tahu sumedangnya kami lalui, saya gak tau apakah isu formalin juga memukul industri tahu di sumedang ini, yang jelas masih terlihat tuh toko-toko penjual tahu sumedang menjual produknya. Jalanan terasa terus menurun dan sudah tidak terlalu berkelok-kelok lagi selepas Sumedang. Jatiwangi dengan produksi gentengnya yg terkenal juga kami lewati.

Beberapa kilometer menjelang pertemuan dengan jalan pantura ada perbaikan jembatan yang mengharuskan pengguna jalan bergantian lewat, disini kami tertahan sekitar sepuluh menitan. Jembatan ini kelihatannya dikerjakan siang malam mengejar waktu musim mudik di bulan Oktober nanti. Tidak sampai setengah jam setelah proyek jembatan tadi saya sudah tiba di jalur Pantura.

Menjelang pukul 15.00 kami sudah masuk kota Cirebon, ini penting buat saya entah mengapa tiap kali pergi jarak jauh ke jawa tengah/timur baik dengan mobil ataupun motor secara psikologis kalo saya sudah lewat kota ini rasanya tujuan itu sudah dekat atau pasti tercapai. Kota Cirebon ini semacam point of no return buat saya, tidak ada jalan kembali yg ada maju terus.....

Kondisi jalan pantura sendiri selepas kota Cirebon mengarah ke Pekalongan, cukup baik dalam artian banyak lubang sudah ditambal namun tambalannya tidak rapi, tidak rata dengan jalan aslinya jadi ya terasa jegluk-jegluk (halah bahasa apa ini jeglug2...) di stang motor ketika melibas tambalan2 tersebut. Ada juga di beberapa tempat yg lubang2nya masih terbuka belum ditambal...dan lokasi lubangnya tersebar di badan jalan....tapi jalan masih bisa dipilih untuk menghindari lubang2 tersebut (kondisi siang hari ya....kalo malem gak tau deh). Motor saya pacu tidak lebih dari 80kpj di jalur ini, supaya handling lebih mudah saat menghindari lubang dan juga karena saya mulai terasa lelah.

Tiba di Tegal jam 16.30, saya putuskan untuk beristarahat di mesjid sambil menunaikan sholat dzuhur dan ashar. Jam 17.00 kami lanjutkan perjalanan menuju Pekalongan. Arif boncenger saya ngajakin langsung aja nginep di Semarang tapi saya tolak karena jarak ke semarang masih terlalu jauh bisa-bisa terlalu malam sampai disana sehingga akan mengurangi waktu istirahat kita. Jadi saya tetap sesuai rencana yaitu nginep di Batang (10km dari Pekalongan).

Hari sudah gelap ketika kami sampai di halaman hotel Sendang Sari – Batang, saya liat jam menunjukan pukul 18.30, ini artinya lebih cepat setengah jam dari jadwal saya yang seharusnya. Hotel Sendang Sari ini hotel favorit saya kalau jalan ke Jawa Tengah atau Jawa Timur, tarifnya relatif murah, kamar standarnya Rp 150 ribu semalem, fasilitasnya AC, TV-parabola, Air panas & dingin plus sarapan pagi dan karcis gratis kolam renang. Yang menyenangkan kendaraan bisa kita parkir persis didepan kamar kita jadi untuk aktivas bongkar muat, packing unpacking memudahkan. Lagipula posisi hotel ini jaraknya pas ditengah-tengah dari jakarta sekitar 370-400km demikian juga dari Surabaya sekitar segitu jaraknya, dan biasanya setelah menempuh jarak segitu 350 – 400 km badan kita lagi capek-capeknya sehingga hotel ini pas banget untuk tempat istirahat.

Jadi malam itu saya akhiri etape pertama saya di kota Batang, dengan trip meter dimotor saya menunjukan angka 490km, berarti hari itu saya menyelesaikan 378km (dari cisaat trip meter menunjukan angka 118km). Lumayanlah jarak segitu saya tempuh sekitar 10 jam dari jam 08.15 pagi sampai jam 18.30. Dan yang terpenting tidak ada hambatan apapun semua selamat....Alhamdulillah.

No comments:

Post a Comment