Friday, December 29, 2006

Touring Mount Ijen #5


Ettape V: Lumajang – Malang (128km), Mission Completed

Kamis, 13 Juli 2006

Seperti biasa saya terbangun jam 04.30 karena alarm handphone saya, Lho koq hujan ini kan musim kemarau....batin ku ketika mendengar suara rintik hujan diatas genting, setengah tidak percaya saya lihat dari jendela....ternyata memang hujan.

Hari ini rencananya saya akan menuju Malang, untuk menghadiri resepsi pernikahan keponakan saya. Rencananya saya akan mengambil jalur selatan dengan rute Lumajang – Tempeh – Dampit – Kepanjen – Malang dengan jarak sekitar 128km, rute ini memang pendek tapi tidak bisa dianggap enteng.

Jalur selatan yang satu ini terkenal dengan pemandangan indah dan menggentarkan, jalanannya sempit berkelok-kelok melipir pinggang perbukitan, dengan jurang-jurang sangat dalam siap menerima pengendara yang tidak waspada. Kalau gak salah rute ini melewati daerah yang dinamakan piket nol (CMIIW). (Sebenernya ada beberapa objek yg bagus buat di foto tapi karena hujan jadi gak jadi di foto)

Makanya saya sangat berharap ketika melewati jalur ini cuaca adalah cerah, supaya bisa menikmati pemandangannya dengan santai dan waspada, tapi pagi ini koq ndelalah hujan........ ..

Jam 08.30 semua sudah siap, side bag sudah diatas mat item, demikian juga mat item olinya sudah saya tambahin lagi....tapi hujan tidak kunjung berhenti, akhirnya saya putuskan untuk tidur-tiduran lagi sambil nunggu hujan, apalagi sebenernya capek sisa mendaki kemarin belum tergantikan dengan tidur semalem.

Jam 09.30 hujan masih turun juga, saya coba keluar untuk melihat situasi langit.....walah, awan mendung rata menutup daerah berkilo-kilo meter, tidak ada tanda-tanda bahwa matahari akan menembus pekatnya mendung ini. Akhirnya saya putuskan harus berangkat jam 10.00 baik cuaca hujan ataupun terang, karena kalau tidak segera berangkat maka akan terlalu siang sampai di Malang. Memang sih resepsinya malam jam 19.00 tapi saya tidak mau ambil resiko dengan datang mepet waktu.

Pukul 09.45 tidak ada tanda-tanda hujan berhenti, well saya segera keluarkan jas Hujan......Arif saya bantu mengenakan celana dan baju jas hujannya yang berwarna oranye mirip jack mania, kemudian saya sendiri mengenakan jas hujan kuning dekil saya, ransel eiger saya untungnya memiliki rain cover sendiri sama seperti side bag saya jadi tidak ada masalah untuk menerobos hujan ini.

Ternyata hujan ini memang merata hampir diseluruh Jawa bagian selatan, soalnya setelah pulang turing saya dapet laporan dari Alin (anak saya) yang pada hari yang sama sedang camping di Ujung Genteng dengan teman2nya, ternyata mereka juga mengalami hujan lebat pada hari itu sejak malam harinya malah. Benar-benar fenomena alam yang aneh.

Jam sepuluh tepat saya keluar dari halaman Warung Gunung Wonorejo, menerobos hujan yang masih turun, motor saya arahkan ke kota Lumajang, kemudian sebelum memasuki kota ada simpangan ke kanan mengarah ke Tempeh dan Senduro.

Di Senduro sendiri ada bangunan pura yang cukup besar yg sering kali digunakan upacara umat hindu jawa timur. Suasana puranya yang besar dan dibangun dengan desain mirip pura di Bali, sehingga benar2 menghadirkan suasana Bali di Jawa timur. Selain itu dari jalan yg ke Senduro ini ada jalan juga yang menuju Ranu Pane, dari sana konon bisa mendaki ke Gunung Semeru......Sayangnya saya tidak berkunjung ke kedua tempat itu kali ini, mungkin next turing lah.....ke Gunung Semeru....hehehe

Saya mengambil jalan yang mengarah ke Tempeh. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, saya merasakan ada yang aneh pada Mat Item scorpioku, tiap kali dari gigi 4 pindah ke gigi 5, begitu lepas kopling ada gelaja sedikit tersendat....saya tidak tau apakah aliran bensin yg tertahan atau karena apa. Selain itu pada posisi gigi 5 dan RPM 5000, jika gas saya buka agak cepat timbul suara ngelitik (knocking?), saya juga tidak tahu pasti apakah ini karena bahan bakar yang jelek atau setelan klep yang berubah.

Saya terpaksa mengubah gaya pengoperasian Mat Item, menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi, sambil berharap semua gejala tersebut berasal dari bahan bakar yang jelek, bukan dari setelan yang berubah. Terus terang kondisi mat item yang seperti ini membuat saya was-was takut terjadi masalah pada mesin mat item.

Perasaan was-was ini makin bertambah-tambah manakala memasuki wilayah perbukitan, hujan saat itu masih turun tidak terlalu lebat tapi cukup deras juga, suasana agak remang-remang karena mendung yang tebal dan rimbunan pepohonan mungkin lebih tepatnya hutan kali ya, jalanan berliku mengikuti kontur pinggang bukit yang kita lalui, disebelah kiri jurang2 dalam menganga (jurangnya dalem banget sampai2 pohon yg tingginya mungkin 20 – 25 m cuma kelihatan pucuk2nya saja, itupun masih disebelah bawah badan jalan), sedangkan disebelah kanan adalah dinding bukit cukup terjal dengan resiko rawan longsor. Aspal jalannya sih cukup baik tidak mulus sekali tapi yang jelas tidak berlubang-lubang, lebar jalan juga tidak lebar-lebar sekali.

Walaupun ini jalan utama namun frekuensi kendaraan yang melintasinya tidak terlalu tinggi, boleh dibilang sepi dan jauh dari pemukiman (siapa lagi yg mau bermukim dihutan seperti ini hehehe), makanya perasaan was-was muncul, takut ada masalah dijalanan tsb dan sulit mencari pertolongan.

Perasaan mencekam muncul manakala tiba-tiba turun kabut – aseli kabut, gila ini sudah hampir jam 11 siang dan ada kabut muncul didaerah ini,.....bener2 fenomena yang ganjil. Saya saat itu disergap rasa kuatir dan rasa sendirian yang hebat, apalagi arif yg walaupun saat itu hujan dia tertidur kecapekan (terasa dari tubuhnya yang gandoli punggung saya, dan kepalanya yg tergolek di bahu saya).....mana mat item juga dalam kondisi tidak fit......bener-bener was-was; kadang kalau lagi gini nyesel juga ber solo turing.....hehehe.

Akhirnya untuk memperkuat mental kembali, saya berdzikir sepanjang rute ini, bener-bener tulus berdzikir dan berdoa berserah diri kepada Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah sepertinya Allah mendengar do'a saya, walaupun tidak ada perubahan dalam kondisi mat item, tapi mat item tetep berjalan menembus hujan dan kelok-kelok perbukitan ini, sampai akhirnya kami tiba di Dampit, wah senengnya ketemu kota yang cukup ramai lagi.

Dampit rupanya kota yang cukup hidup terbukti dari banyaknya angkutan umum Malang – Dampit. Dengan banyaknya angkutan umum ini lalulintas tidak lagi sepi seperti ketika melewati perbukitan tadi, walaupun jalanan masih berkelok-kelok juga, namun jarak antar kampung kini semakin rapat. Jadi walaupun masih hujan juga saya tidak merasa was-was lagi.

Makin mendekati malang suasana lalu lintas semakin padat, Turen sebuah kota kecil lagi kami lewati, kami semakin mendekati tujuan kami yaitu Malang, walaupun masih mendung hujan sekarang tinggal gerimisnya saja, kelihatannya mau berhenti hujannya.

Dalam cuaca mendung - sudah tidak gerimis lagi, kami masuki kota Malang dari arah selatan, saat itu jam menunjukan pukul 13.15. Saya menyusuri jalan raya yang menuju pusat kota. Dari info yg saya peroleh di internet hotel Margo Suko, tempat resepsi pernikahan diadakan terletak di jalan KH Ahmad Dahlan, biasanya dikota besar di jawa kalo nama jalan pake nama pahlawan maka biasanya terletak ditengah kota dan biasanya ngumpul dengan pahlawan-pahlawan lainnya.

Maka sesuai kebiasaan tsb saya menuju pusat kota, saya lihat jalan yg saya susuri adalah Jl Gatot Subroto wah jangan2 deket2 sini nih jalan yg saya cari. Eh....ternyata benar salah satu ujung jalan yg bermuara ke jl Gator Subroto adalah jl Ahmad Dahlan ini, hanya saja dari Gatot Subroto jalan tsb verbodden alias tidak boleh masuk. Jadi saya musti cari jalan masuk dari ujung yg satunya lagi......setelah berputar balik dan juga dituntun sms dari sepupuku akhirnya saya sampai di halaman parkir Hotel Margo Suko pukul 13.30.

Dik Tjuk (Imam Tjuk) sepupuku yang punya hajat menikahkan putrinya, menyambut kedatangan saya, dia baru yakin kalo saya ke Malang naik motor, tadinya dipikirnya hanya guyon saja ketika diberi tahu saya ke Malangnya naik motor. Masih mengenakan jas hujan beberapa Saudara datang menghampiri kami di halaman hotel, Mas Belo (yg punya Warung Gunung Wonorejo) dan Mas Oth (rumahnya tempat saya nginep waktu solo turing ke Surabaya) juga menjumpai saya. Setelah bertegur sapa dan bersalaman dan mereka juga punya acara lain, akhirnya saya bisa memarkir mat item dan membongkar muatan, untuk selanjutnya menuju kamar saya. Trip meter di mat item menunjukan angka 1.428 km.

Hotel Margo Suko tidak begitu besar, tapi saya lihat penataannya cukup asri dan apik. Kamar yang saya tempati berukuran standar tidak terlalu besar, dengan dua tempat tidur yg tertata rapi dan perlengkapan kamar yg fungsional, AC, TV dan yang terpenting buat saya ada kamar mandi dengan air panas – paling nikmat kalo badan capek itu adalah mandi dengan air hangat......(kalo buat arif yg penting ada TV). Setiba dikamar saya rasakan badan saya sangat lelah dan juga kepala saya terasa berat (gejala migrain saya mau muncul nih), jadi setelah mandi dengan air panas dan santap siang, segera saja saya minum obat sakit kepala dan kemudian pergi tidur, saat itu jam 14.30, resepsi nanti jam 19.00, jadi masih ada waktu untuk istirahat......

Jam menunjukkan pukul 17.30 ketika saya sedang menyiapkan pakaian untuk resepsi (baju batik + celana formal....hehehe lucu juga turing koq bawa baju batik), baru saya sadar ketika melihat sepatu safety shoes saya basah kuyup di hajar hujan seharian tadi (sedangkan sepatu arif tidak terlalu basah karena posisinya sebagai boncenger jadi lebih terlindung)......wah-wah gak mungkin dipake nih, bisa masup angin kalo dipaksakan apalagi badan lagi kurang fit gini. Jadi terpaksa saya pergi keluar hotel untuk beli sepatu.

Saya jalan kaki menuju jalan Gatot Subroto karena siang tadi saya lihat jalan ini penuh dengan pertokoan, siapa tau ada toko sepatu disana. Tapi ternyata sebagian besar toko sudah tutup – (mirip pertokoan di glodok jakarta) yang terlihat cuma deretan rolling dor atau pintu besi model harmonika, lagi pula tidak terlihat toko sepatu. Harapan saya muncul ketika melihat sebuah toko perlengkapan ABRI masih buka, pasti disini jual sepatu abri untuk PDH (pakaian dinas harian) yg model kantoran. Yes bener juga ada sepatu model kantoran yg sampai mata kaki dengan resleting di sisi bagian dalam, segera cari ukuran 40...dapet, sekalian juga beli kaos kakinya total Rp 110 ribu.....fuii beres deh. Jadi nanti resepsi pake sepatu abri baru....hehehehe

Pukul 18.30 saya dan Arif keluar kamar dengan pakaian formal, kemeja batik dengan motip yang serupa dan celana hitam, bersepatu hitam, rapi, necis dan wangi ....hehehehe jauh dari kesan biker yang baru menempuh perjalanan jauh.

Resepsinya sendiri berjalan lancar, tamu yang menghadirinya banyak sekali, makanannya juga lezat-lezat, pokonya makan enak lah....; seperti biasa juga ada acara foto-foto. Menjelang pukul 21.15 acara resepsipun berakhir, saudara-saudara yg berasal dari surabaya dan lumajang pamit pulang.

Saya pun kembali ke kamar untuk istirahat, Wah lega sekali rasanya tugas sebagai utusan mewakili keluarga besar saya di jakarta untuk hadir dalam resepsi ini tuntas sudah, semua pesan dan salam dari jakarta sudah saya sampaikan kepada yg punya hajat. Jadi dengan demikian MISSION COMPLETED, (kalau main game komputer gitu kali pesan yg muncul di layar).

Tinggal lagi memikirkan perjalanan pulang ke jakarta, apalagi logistik terutama obat2an (vitamin dan jamu tolak angin ku) sudah habis plus kondisi mat item yg kurang fit agak mengganggu pikiran saya......hmmm tapi itu soal nanti yg penting sekarang tidur dulu.....gitu pikirku.....

to be continued.........

No comments:

Post a Comment